Kenangan Academy, Barista Boleh Asing, Kopi Tetap Indonesia
Kenangan Coffee ingin menyebarkan pengetahuan tentang kekayaan kopi Indonesia. Untuk itu, investasi sumber daya manusia diperlukan.
Sudiana Teng (32), warga Singapura, adalah seorang barista. Selama 13 tahun terakhir sejak lulus sekolah, ia menggeluti profesi itu di satu—dan hanya satu—perusahaan kafe waralaba. Ia menyukai pekerjaannya sebagaimana ia menyukai kopi, tetapi ia mendambakan suatu kebaruan.
Pada pertengahan 2023, ketika mendapat tawaran dari sebuah kedai kopi asal Indonesia bernama Kenangan Coffee, Sudiana memutuskan merengkuh kebaruan yang telah dinantikannya. Ia cukup bersemangat untuk segera mulai bekerja, apalagi karena peritel minuman jadi itu baru akan membuka gerai pertamanya di Singapura.
”Saya mulai (bekerja) di sini pada 4 September. So, mereka antar aku ke Kuala Lumpur untuk belajar seminggu. Jadi (sekarang) sudah dapat sertifikat (barista),” kata Sudiana dalam bahasa Indonesia yang sangat baik pada hari pembukaan gerai perdana Kenangan Coffee di mal Raffles City Singapura, Selasa (26/9/2023).
Sebelas bulan sebelumnya, Kenangan Coffee membuka gerai pertamanya di mal Suria yang terletak di kompleks Menara Kembar Petronas, Kuala Lumpur. Kini, sudah ada 20 gerai di ibu kota Malaysia tersebut. Bersamaan dengan itu, Kenangan Academy didirikan sebagai pusat pelatihan karyawan.
Dengan pengalaman lebih dari satu dasawarsa, Sudiana hanya perlu tiga hari untuk menguasai penggunaan mesin espresso Black Eagle Maverick, membuat berbagai olahan kopi susu, serta menghafal semua resep serta takaran aneka bahannya. Namun, ia sangat terkesan dengan konsistensi tempat kerja barunya dalam mempromosikan kopi Indonesia.
”Setiap perusahaan punya cara membuat kopi dan pakai beans (biji kopi) yang berbeda, tetapi saya rasa Kenangan (Coffee) sangat spesial. Mereka pakai blend yang mereka racik sendiri dari Indonesia,” kata Sudiana, kali ini dalam bahasa Inggris.
Yang Sudiana maksud adalah Archipelago Reserve (Suaka Nusantara), yaitu campuran 70 persen biji kopi arabika dan 30 persen robusta dari empat daerah, yakni Sidikalang, Aceh, Flores, dan Dampit. Secara musiman, mereka juga menyediakan biji arabika single origin dari tiga daerah, yaitu Solok, (Sumatera Barat), Flores (NTT), dan Malabar (Jawa Barat).
Baca juga: Mengenalkan Kopi Indonesia ke Mancanegara
Melalui pelatihan di Kenangan Academy serta magang (on-the-job training) di Malaysia, Sudiana juga dapat mengenal bagaimana kultur kopi di negara lain. Misalnya, orang Indonesia suka olahan kopi yang manis layaknya kopi susu gula aren, sedangkan di Malaysia dan Singapura, konsumen lebih suka kadar gula yang lebih rendah.
”Selain belajar membuat kopi, kita juga bisa belajar tentang orang serta kultur yang berbeda. Jadi, resep di setiap negara juga berbeda, tergantung konsumen yang kami layani. Orang Singapura, misalnya, lebih sadar soal kesehatan sehingga minuman-minuman kami di sini kurang manis,” tuturnya.
Investasi
Kini, ada lima cabang Kenangan Academy di tiga negara yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, Kuala Lumpur, dan Singapura. Semua calon barista Kopi Kenangan dan Kenangan Coffee wajib mengikuti pelatihan di sana dan mendapat sertifikat sebelum mulai bekerja di 850-an gerai di 65 kota di Indonesia, 20 di Kuala Lumpur, dan dua di Singapura yang seluruhnya dikelola sendiri oleh perusahaan.
Sejak didirikan pada 2017 hingga September 2023, Kenangan Academy telah melatih dan menerbitkan sertifikat barista bagi setidaknya 7.000 orang. Mereka pun diharapkan dapat meningkatkan keahlian untuk membuat kopi yang selalu konsisten dengan resep berdasarkan hasil riset pasar tentang selera konsumen di masing-masing negara.
Orang Singapura, misalnya, lebih sadar soal kesehatan sehingga minuman-minuman kami di sini kurang manis.
Menurut Jordan Lung, General Manager Kenangan Coffee di Malaysia dan Singapura, setiap gerai diperkuat oleh 5-7 orang. Dengan begitu, di kedua negara, sudah ada sekitar 200 orang yang dipekerjakan di level toko saja.
”Sampai sekarang kami terus merekrut orang baru secara nonstop di gerai dan kantor pusat kami. Idealnya, kami ingin membuka lebih banyak kesempatan kerja bagi warga Malaysia dan Singapura, dan siapa tahu, suatu hari kami juga bisa mendatangkan talenta dari Indonesia,” ujar Jordan.
Chin Hou Goh, Co-Chief Executive Officer (Co-CEO) Kopi Kenangan, menyebut pihaknya ingin menyebarkan pengetahuan tentang kekayaan kopi Indonesia serta cara penyajiannya ke seluruh dunia. Untuk itu, diperlukan investasi masif dalam meningkatkan keahlian serta pengetahuan orang-orang yang bekerja di sana sebagai aset tak berwujud (intangible asset).
Maka, ekspansi ke negara lain dengan selera kopi yang berbeda mutlak harus diiringi kehadiran Kenangan Academy. Chin Hou mengatakan, pihaknya memiliki seperangkat acuan yang tegas demi menjaga kualitas olahan kopi yang dihasilkan.
”Pelatihan rata-rata dua minggu secara intensif, di mana mereka diajari untuk mengapresiasi kopi (Indonesia), mengoperasikan peralatan, dan kemudian diikuti proses sertifikasi. Ada mentor yang senantiasa memberikan dukungan agar mereka bisa mengatasi berbagai tantangan,” ujarnya.
Menurut Edward Tirtanata, pendiri Kopi Kenangan yang kini menjadi CEO Kenangan Brands, tantangan terberat dalam menduniakan Kenangan sebagai jenama kopi asal Indonesia adalah menemukan orang yang tepat, termasuk di level barista. Namun, berbekal pengalaman di Malaysia dan Singapura, ia yakin ekspansi Kenangan Coffee akan berlanjut.
”Tujuan akhir kami adalah menjadi global brand seperti McDonald’s dan Starbucks yang ada di hampir setiap negara. Singapura bisa menjadi batu loncatan bagi kami. Dalam sepuluh tahun ke depan, kami ingin tidak hanya menambah satu negara per tahun, mungkin harus lebih banyak lagi,” katanya.
Seiring dengan itu, Edward menyatakan ingin memperluas pula jangkauan Kopi Kenangan di dalam negeri. Pasar domestik ia sebut masih jauh dari jenuh karena hanya ada 24 kafe untuk 1 juta warga Indonesia. Itu jauh dari Malaysia yang rasio kafe per orangnya mencapai 110 per 1 juta atau Singapura yang menyentuh 300 kafe per 1 juta orang.
Baca juga: Kopi Kenangan Kepakkan Sayap ke Negeri Jiran
Menurut Edward, Kopi Kenangan seharusnya bisa buka di 200-an kota. Dengan pendanaan triliunan rupiah dari beragam perusahaan modal ventura, ia berharap dapat segera merealisasikan target itu sambil membawa perubahan pada pola konsumsi kopi di Indonesia.
”Saat ini, (warga) Indonesia itu 87 persen minum kopi tubruk. Kami pengen mengubah consumption habit tersebut. Kami pengen orang ngopi ala kafe, bisa di Kenangan, Starbucks, Coffebean, di mana aja. Mudah-mudahan lebih banyak orang ngopi ala kafe daripada kopi tubruk,” katanya.
Mungkin tak semua orang akan setuju pada ambisi Edward. Namun, niscaya Kenangan Academy akan meluluskan lebih banyak lagi barista. Apalagi, unicorn pertama Asia Tenggara di bidang makanan dan minuman itu menawarkan jenjang karier yang jelas. Dari barista, mereka bisa dipromosikan sebagai supervisor, manajer toko, manajer area, manajer operasi, dan seterusnya.
Hal itu pula yang Sudiana alami. Ia menyebut Kenangan Coffee tak hanya membuka pengetahuannya soal kopi Indonesia, tetapi juga mengembangkan kariernya. Berbekal pengalaman 13 tahun di industri yang sama, ia kini menempati posisi manajer gerai di mal Raffles City.
Untuk sekarang, ia tak terlalu pusing soal gaji. Nilainya ia sebut ”okay” untuk seseorang yang sudah lama berada di industri kopi cukup lama. ”Saya tidak tahu bagaimana soal gaji di masa depan, tetapi sekarang, I think it’s lumayanlah,” ujarnya.