Warga Mulai Bersiasat Atasi Keterbatasan Air Bersih
Warga di sejumlah desa di Kecamatan Borobudur melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan air. Upaya itu dilakukan karena bantuan air dari pemerintah tidak mampu memenuhi kebutuhan warga sehari-hari.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS- Karena bantuan air dari pemerintah tidak mencukupi, sebagian warga desa di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menempuh berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain mencari tambahan air dari luar desa dan kecamatannya, warga berupaya menghemat penggunaan air dengan memanfaatkan sisa air mandi dan menggunakan air hujan yang ditampung di rumah untuk kebutuhan mandi serta mencuci.
Tukini (70), warga Dusun Butuh, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, mengatakan, air hujan yang ditampung dalam sebuah bak di halaman rumahnya menjadi “penyelamat” dan bisa membantu dirinya menghemat penggunaan air bersih dari pemerintah.
“Air hujan adalah cadangan air yang harus saya gunakan sehingga bantuan air yang lebih bersih dari pemerintah bisa saya utamakan untuk kebutuhan makan, minum, dan memasak saja,” ujarnya saat ditemui di Magelang, Jawa Tengah, Selasa (26/9/2023).
Air hujan yang dia tampung tersebut diakuinya kurang bersih karena berada dalam bak terbuka di halaman. Dalam pengamatan di lapangan, di permukaan air tampak ada ranting kecil dan dedaunan mengapung di atasnya. Dasar bak juga tampak sedikit berlumut.
Dusun Butuh biasa mendapatkan kiriman airbantuan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang dua kali dalam sepekan. Oleh karena harus mengantre dan berbagi dengan banyak orang dalam satu kali pengiriman, Tukini biasanya hanya mendapatkan empat hingga lima jeriken air. Satu jerikennya memiliki ukuran bervariasi 20-30 liter.
Karena suplai air yang didapatkan tersebut tidak mungkin memenuhi kebutuhan empat anggota keluarganya di rumah, maka menghemat penggunaan air, termasuk dengan memanfaatkan air hujan, dianggap menjadi cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Terbiasa hidup di daerah yang sering mengalami krisis air, sekitar lima tahun lalu, Tukini dan keluarga berupaya menyiapkan cadangan air dengan membangun bak penampung air hujan. Bak tersebut berukuran 2 meter x 3 meter dengan kedalaman satu meter. Sejak digunakan dua bulan lalu, bak yang semula penuh, pada Selasa (26/9/2023) hanya tinggal memiliki air setinggi 30-40 sentimeter dari dasar.
Menghemat penggunaan air, termasuk dengan memanfaatkan air hujan, dianggap menjadi cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Upaya berhemat air juga dilakukan oleh Ria (26), salah warga Dusun Butuh lainnya. Dengan air yang terbatas, selama musim kemarau ini dia membiasakan diri memanfaatkan air sisa mandi putranya untuk menambah air untuk keperluan mencuci baju. “Setidaknya, tambahan air itu bisa digunakan untuk mencuci baju anak saya yang bayi,” ujarnya.
Adapun untuk baju dirinya dan suami, Ria biasa mencucinya di rumah ibunya di Kecamatan Mungkid, berjarak sekitar 15 kilometer dari tempat tinggalnya di Desa Candirejo. Aktivitas mencuci lintas kecamatan tersebut biasa dia lakukan tiga hari sekali.
Tukijem (75), warga Dusun Wonolelo, Desa Kenalan, Kecamatan Borobudur, mengatakan, Dusun Wonolelo sebenarnya sudah mendapatkan suplai air dari sumur bor di Balai Desa Kenalan. Namun, karena air yang didapatkan berwarna kuning keruh dan berbau karat, dia menganggap air tersebut kurang layak untuk dikonsumsi dan hanya cocok untuk keperluan mencuci dan mandi.
Untuk kebutuhan makan, minum dan memasak, Tukijem mengandalkan air bantuan dari BPBD atau dari sumber air di sekitar dusun. Namun karena debit yang mengecil, upaya mengisi air di sumber air menjadi hal yang membutuhkan kesabaran. “Pengisian air di jeriken berkapasitas 30 liter kini membutuhkan waktu sekitar satu jam,” ujarnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edi Wasono, mengatakan, sejak 12 Juni hingga Selasa (26/9/2023), BPBD Kabupaten Magelang sudah menyalurkan 730.000 liter air atau 146 tangki ke sembilan kecamatan. Titik penyaluran saat ini sudah lebih dari 20 lokasi. Selain dusun, air bersih juga disalurkan ke sejumlah tempat ibadah dan pondok pesantren.
Sejak 12 Juni hingga Selasa (26/9/2023), BPBD Kabupaten Magelang sudah menyalurkan total 730.000 liter air atau 146 tangki air ke sembilan kecamatan.
Permintaan dari sejumlah desa di Kecamatan Borobudur sudah menjadi permintaan rutin yang diterima setiap musim kemarau. Namun, panjangnya kemarau tahun ini membuat BPBD kali ini juga menerima permintaan dari desa di kecamatan lain yang biasanya tidak pernah mengalami kekeringan. Kendati demikian, kata Edi, pihaknya akan tetap berupaya memenuhi semua kebutuhan sesuai permintaan warga.