Api Bermunculan di Berbagai Lokasi, Sumber Air Terbatas
Kepulan asap dari berbagai lokasi gambut yang terbakar di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, masih bermunculan. Proses pemadaman terus dilakukan. Sumber air kian terbatas.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Kepulan asap dari berbagai lokasi gambut yang terbakar di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, masih bermunculan, Senin (25/9/2023) siang. Proses pemadaman terus dilakukan. Di sisi lain, sumber air kian terbatas karena kekeringan.
Lokasi kebakaran di Kubu Raya salah satunya terpantau di Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya. Kepulan asap muncul dari lahan gambut di lokasi tersebut.
Tim pemadam dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Barat sejak pagi hingga siang memadamkan kebakaran tersebut. Tantangan mereka di lapangan adalah sumber air di parit-parit sekitar lokasi kebakaran kian mengering.
”Kebakaran di lokasi tersebut sejak Minggu (24/9/2023). Pemadaman sejak Minggu sore. Pemadaman dilakukan lagi pada Senin pagi saat patroli. Luasan yang terbakar sekitar setengah hektar,” ujar Edi Susanto, salah satu anggota tim pemadam dari BPBD Provinsi Kalimantan Barat.
Edi mengatakan, sejauh ini sumber air masih menjadi tantangan dalam pemadaman. Tim BPBD Povinsi Kalimantan Barat yang terdiri atas beberapa tim disebar di wilayah lain yang juga mengalami kebakaran lahan gambut.
Pantauan Kompas pada Senin siang, dari lokasi tersebut tampak pula kepulan asap cukup pekat bermunculan dari sejumlah lokasi lain di Kabupaten Kubu Raya, misalnya di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya. Tim dari instansi lainnya juga tampak di sejumlah lokasi yang terbakar dan bersiap memadamkan kebakaran. Lokasi lahan yang terbakar ada yang berjarak 300-700 meter dari jalan utama.
Sejauh ini sumber air masih menjadi tantangan dalam pemadaman.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Barat Nikodemus Ale menuturkan, penting membuat sekat kanal yang berfungsi bagaimana mengatur tata air yang baik di gambut untuk menjaga ekosistem gambut agar tetap basah. Konsepnya tidak mengeringkan gambut untuk area pembangunan.
Selain itu, penanganan kebakaran lahan tidak bisa hanya semata memadamkan terus-menerus. Namun, perlu juga dengan mengubah orientasi pembangunan. Program pembangunan bisa diubah melalui rencana pembangunan jangka menengah mulai dari desa hingga provinsi.
Konsepnya, bagaimana desa di area gambut difasilitasi membangun infrastruktur untuk pencegahan kebakaran lahan. Misalnya, dana desa dipergunakan untuk membangun sumur bor atau sekat kanal untuk tata air gambut agar tetap basah. ”Semuanya harus terprogram dan teranggarkan dengan baik,” ujar Nikodemus.
Berdasarkan data Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, dari sekitar 2,8 juta ha luas ekosistem gambut di provinsi itu, seluas 7.844 ha (0,28 persen) di antaranya rusak sangat berat, 77.040 ha (2,75 persen) rusak berat, dan 460.838 ha (16,45 persen) rusak sedang. Kemudian, seluas 2.253.204 ha (80,43 persen) rusak ringan dan 2.521 ha (0,09 persen) tidak rusak.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandara Supadio Pontianak, Tika, menuturan, potensi hujan masih sangat kurang hingga 27 September 2023. Sebagian besar wilayah Kalimantan Barat cerah berawan hingga berawan.
Potensi hujan mulai ada diprakirakan pada 28-30 September dimulai dari wilayah Kalimantan Barat bagian timur dan utara. Namun, Kalimantan Barat bagian selatan, khususnya sebagian Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Kayong Utara, dan Kabupaten Ketapang, potensi hujan belum ada. Hujan diprakirakan mulai merata pada 29 September di sebagian besar wilayah Kalimantan Barat dengan intensitas ringan hingga lebat.