Petani Kalsel Gencar Panen dan Tanam Padi di Musim Kemarau
Panen dan tanam padi selama musim kemarau gencar dilakukan untuk mengantisipasi turunnya produksi pangan akibat kekeringan. Targetnya seluas 100.000 hektar di Kalsel tahun ini.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
Sejumlah petani menanam padi unggul di Desa Sungai Rangas Hambuku, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Selasa (19/9/2023).
MARTAPURA, KOMPAS — Petani di Kalimantan Selatan gencar memanen dan menanam padi di musim kemarau untuk mengantisipasi penurunan produksi pangan akibat kekeringan atau El Nino. Gerakan itu terus berjalan hingga pertengahan Oktober mendatang.
Panen dan tanam padi sebagai bagian dari gerakan nasional antisipasi dampak El Nino berlangsung di Desa Sungai Rangas Hambuku, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Selasa (19/9/2023). Turut hadir Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dan Wakil Bupati Banjar Said Idrus.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kalsel Syamsir Rahman mengatakan, Kalsel ditunjuk Kementerian Pertanian untuk menopang kebutuhan pangan nasional di tengah ancaman El Nino. Dari 500.000 hektar (ha) lahan yang disiapkan Kementan untuk antisipasi El Nino, 100.000 ha diamanatkan kepada Kalsel.
”Sejak Juli, petani di Kalsel telah merealisasikan tanam padi seluas 65.000 ha dari target 100.000 ha yang ditetapkan Kementan. Sisanya sekitar 35.000 ha akan ditanam hingga pertengahan Oktober,” katanya di lokasi panen dan tanam padi.
Menurut Syamsir, penanaman padi untuk antisipasi El Nino dilakukan di sejumlah kabupaten, antara lain di Banjar (tiga kecamatan), Tanah Laut (10 kecamatan), Hulu Sungai Selatan (tiga kecamatan), dan Hulu Sungai Utara (empat kecamatan).
”Di Desa Sungai Rangas Hambuku, setelah panen akan langsung tanam lagi seluas 40 hektar. Dengan dana APBD Kalsel, kami siapkan bantuan benih, bibit, pupuk, dan obat-obatan. Semuanya gratis untuk petani,” ujarnya.
Syamsir optimistis Kalsel bisa memenuhi target tanam padi seluas 100.000 ha pada musim kemarau sehingga produksi padi bisa meningkat pada tahun ini. Sampai dengan September, produksi padi di Kalsel sudah mencapai 800.000 ton gabah kering giling (GKG).
”Sampai akhir tahun ini, target 1 juta ton GKG dipastikan tercapai karena panen masih berlangsung hingga pertengahan November,” katanya.
Ketua Kelompok Tani Hidup Baru Desa Sungai Rangas Hambuku Tugimin menyebutkan irigasi di wilayahnya masih cukup untuk mengairi sawah selama kemarau.
”Kami bisa melakukan dua kali tanam dalam setahun dengan produktivitas tahun ini mencapai 8-9 ton per hektar,” ujarnya.
Menurut Tugimin, petani setempat juga sudah menerapkan mekanisasi pertanian untuk menggarap lahan dan memanen padi. Setelah panen, lahan langsung digarap dan ditanam kembali dengan varietas padi unggul. ”Kalau ditanam sekarang, panennya 3,5 bulan ke depan,” katanya.
Produksi meningkat
Marliana Aksan selaku petugas pengendali organisme pengganggu tumbuhan Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel mengatakan, tanaman padi di Desa Sungai Rangas Hambuku tergolong baik. Petani setempat sudah menerapkan budidaya tanaman sehat dengan menggunakan pupuk dan obat-obatan organik.
”Di tengah ancaman El Nino tahun ini, petani di sini justru tersenyum karena hasil panennya bagus. Dengan penerapan budidaya tanaman sehat, produksi mereka meningkat dua kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya, yakni mencapai 8-9 ton per hektar,” ungkapnya.
Said Idrus mengatakan, tahun 2023 membawa berita baik bagi petani di Banjar karena hasil panen jauh lebih baik. Tahun-tahun sebelumnya, petani banyak yang mengalami gagal panen karena banjir.
Meskipun demikian, petani tetap tidak boleh lengah. Tahun ini, petani dihadapkan pada tantangan besar, yaitu fenomena El Nino yang berakibat kemarau lebih panjang dari biasanya.
”Dalam rangka menghadapi dampak El Nino, Pemkab Banjar berkoordinasi dengan pemprov dan Kementan untuk mencari solusi yang tepat dalam menjaga kesejahteraan petani,” kata Said Idrus. Salah satunya lewat gerakan nasional tanam padi antisipasi dampak El Nino.
Menurut Sahbirin Noor, petani Kalsel tak mengkhawatirkan El Nino. Di tengah ancaman El Nino, petani tetap gencar menanam dan memanen padi. Gerakan semacam ini tidak hanya dilakukan di Banjar, tetapi juga di wilayah lain.
”Meskipun kemarau melanda, kita harus terus berupaya untuk menanam padi. Di sini, kita bisa melakukannya. Setelah panen, tanam lagi, terus panen lagi, dan tanam lagi,” ujarnya.