Pemprov Papua Barat Daya Waspadai Penularan Demam Babi Afrika
Pemprov Papua Barat Daya meningkatkan kewaspadaan terkait masuknya daging babi dari daerah lain. Hal itu dilakukan setelah adanya pengiriman daging babi yang terpapar penyakit demam babi Afrika dari Sulawesi Utara.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya meningkatkan kewaspadaan demi mencegah masuknya daging babi dan produk olahannya yang diduga terpapar penyakit demam babi Afrika. Hal itu dipicu temuan pengiriman daging babi yang terpapar demam babi Afrika pada awal September lalu di Bandara Domine Eduard Osok, Kota Sorong, Papua Barat Daya.
Pada 2 September 2023, petugas Stasiun Karantina Pertanian Sorong menyita 51 kilogram daging babi di Bandara Domine Eduard Osok. Daging babi yang dikirim secara ilegal itu berasal dari Sulawesi Utara.
Pejabat Otoritas Veteriner Provinsi Papua Barat Daya Firdiana Krisnaningsih mengatakan, daging yang terpapar demam babi Afrika atau African swine fever (ASF) itu telah dimusnahkan pada Selasa (12/9/2023).
Ia menyatakan, setelah pemusnahan 51 kilogram daging itu, Pemprov Papua Barat bersama jajaran terkait telah menggelar rapat terbatas. Hasilnya, Pemprov Papua Barat Daya akan menyiapkan surat edaran pembatasan masuknya daging babi dan olahannya ke provinsi itu.
”Rencananya surat edaran ini akan dikeluarkan dalam dua atau tiga hari mendatang. Papua Barat Daya hanya akan menerima daging babi dan olahan dari wilayah Papua yang masih bebas virus ASF. Sementara daging dari daerah lain akan dikenakan syarat tertentu,” ujar Firdiana saat dihubungi dari Jayapura, Papua, Rabu (13/9/2023).
Surat edaran ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 17 Tahun 2023 tentang Lalu Lintas dan Pengawasan Produk Ternak. Regulasi ini untuk mencegah masuknya daging babi dan produk olahan dari daerah-daerah yang terpapar ASF, misalnya Sumatera Utara.
Firdiana memaparkan, hingga bulan September 2023 belum ada temuan kasus ASF di Papua Barat. Hal ini dibuktikan dengan pemeriksaan sampel 250 babi di Kota Sorong dan Kabupaten Sorong yang negatif virus ASF.
Ia menambahkan, pasokan daging babi untuk wilayah Papua Barat Daya masih memenuhi kebutuhan. Berdasarkan data terakhir, terdapat 32.444 babi di Papua Barat Daya.
”Kami akan terus meningkatkan sosialisasi tentang virus ASF di tengah masyarakat. Virus ini tidak menular ke manusia, tetapi menimbulkan kerugian ekonomi yang besar,” ujarnya.
Staf Ahli Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Pemprov Papua Barat Daya George Yarangga mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan rancangan regulasi pembatasan masuknya daging babi dan produk olahannya ke provinsi itu. Upaya sosialisasi tentang virus ASF akan ditingkatkan bagi para peternak babi di seluruh wilayah Papua Barat Daya.
”Kami juga telah meninjau lokasi sejumlah peternak babi di wilayah Sorong. Hasilnya kami belum menemukan ternak babi yang terpapar virus ASF,” ucap George.
Virus ini tidak menular ke manusia, tetapi menimbulkan kerugian ekonomi yang besar.
Nasip Napitupulu, salah seorang peternak babi di Sorong, mengatakan, tidak ada kasus kematian mendadak pada ternak babi miliknya. Meski begitu, dia tetap merasa khawatir dengan dampak yang ditimbulkan apabila virus ASF telah ditemukan di Papua Barat Daya.
”Saya telah menyiapkan sejumlah cara untuk mencegah babi terpapar ASF. Cara ini, antara lain, rutin membersihkan kandang dan memberikan makanan serta obat secara teratur,” kata Nasip.