Titik Api Bermunculan di Lahan Gambut Pesisir Selatan
Titik api bermunculan beberapa waktu terakhir di kawasan lahan gambut di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Warga diminta tidak membuka lahan dengan cara membakar, apalagi saat terjadi El Nino.
Oleh
YOLA SASTRA
·5 menit baca
PADANG, KOMPAS — Titik api bermunculan beberapa waktu terakhir di kawasan lahan gambut di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Dinas Kehutanan Sumbar meminta warga tidak membuka lahan baru dengan cara membakar, apalagi saat ini sedang terjadi El Nino.
Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi Usama Putra di Padang, Sumbar, Selasa (12/9/2023), mengatakan, ada dua titik api di daerah Lunang-Silaut, Pesisir Selatan, pada Senin (11/9/2023) kemarin. Keduanya berhasil dipadamkan Satgas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Dalkarhutla) Sumbar dan Brigade Dalkarhutla UPTD KPHP Pesisir Selatan.
”(Selasa) pagi ini ada tiga titik api di Pesisir Selatan. Satgas dan brigade sudah mengupayakan pemadaman. Kami dapat kabar, siang ini mereka sudah dapat mengendalikan api. Mudah-mudahan segera padam,” kata Yozarwardi.
Berdasarkan peta Sipongi KLHK, pada Selasa pukul 18.00, ada empat titik panas dengan tingkat kepercayaan sedang (kuning) di Pesisir Selatan. Tiga titik panas berada di Kecamatan Pancung Soal, sedangkan satu titik panas berada di Kecamatan Lunang.
Kami imbau juga kepada siapa pun yang ada di Sumbar, membuka lahan, tidak boleh dengan cara membakar.
Yozarwardi menjelaskan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Pesisir Selatan tersebut terjadi di lahan gambut kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK). Lahan gambut sulit dipadamkan dengan cara manual, kecuali dengan bantuan hujan. Meskipun demikian, upaya pemadaman tetap dilakukan.
”Untuk luas lahan yang terdampak, kami sedang melakukan pencermatan. Hari kami minta tim melakukan pemotretan di udara melalui drone. Datanya belum dapat diperoleh. Setelah pulang baru tahu berapa hektarnya,” katanya.
Menurut Yozarwardi, karhutla yang terjadi di Pesisir Selatan, memang terindikasi terjadi karena faktor kesengajaan oleh manusia. Dinas berupaya mencari alat bukti, tetapi sampai sekarang belum dapat menindaklanjuti. Kejatian tersebut kadang tidak diketahui siapa pelaku dan pemilik lahannya.
”Kami sedang berupaya mencari tahu dengan beberapa instansi dan lembaga lain untuk menindak pelaku pembakaran hutan secara sengaja ini,” ujar Yozarwardi. Terkait pelaku oleh warga ataupun perusahaan, tetap akan ditindak dan mendapatkan sanksi pidana dan denda bila terbukti bersalah.
Yozarwardi menambahkan, saat ini, beberapa wilayah Sumbar berdasarkan informasi BMKG memang terdampak El Nino yang memicu berkurangnya curah hujan meskipun sudah memasuki musim hujan. Kondisi ini patut diwaspadai karena dapat memicu bencana, termasuk karhutla.
”Kami imbau juga kepada siapa pun yang ada di Sumbar, membuka lahan, tidak boleh dengan cara membakar. Selain melanggar aturan dan bisa kena sanksi hukuman, cara membakar dapat menyebabkan kerugian besar, antara lain hilangnya keanekaragaman hayati, mengganggu kesehatan, dan merusak perekonomian setempat dan global,” ujarnya.
Berulang
Karhutla di Pesisir Selatan berulang kali terjadi dalam tahun ini. Pada 5 September lalu, BPBD Pesisir Selatan melaporkan kejadian karhutla di dua lokasi, yaitu Nagari Taluk Ampalu, Kecamatan Pancung Soal, dan Nagari Pondok Parian, Kecamatan Lunang. Ada sekitar 10 hektar lahan gambut perkebunan sawit yang terbakar (Kompas.id, 5/9/2023).
”Kejadiannya di lahan gambut yang akan ditanam sawit. Orang membuka lahan baru. Dari informasi kami terima, yang terbakar lahan warga, bersebelahan dengan PT Incasi,” kata Defri Siswandi, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Pesisir Selatan.
Sebelumnya, kebakaran lahan gambut juga terjadi di Pesisir Selatan, tepatnya di wilayah Pasir Janjang, Kecamatan Silaut, sejak 22 Mei 2023. Dinas Kehutanan Sumbar memperkirakan kawasan itu masuk ke hutan produksi yang dapat dikonversi (Kompas.id, 26/5/2023).
BPBD Pesisir Selatan menyebut, kebakaran pada Mei lalu itu diduga dipicu aktivitas pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Hingga 26 Mei, sedikitnya ada 100 hektar lahan yang terdampak kebakaran di lokasi yang berbatasan dengan lahan perkebunan sawit milik PT Sapta Sentosa Jaya Abadi ini.
Dampak El Nino
Kompas.id (22/8/2023) melaporkan, fenomena El Nino terus menguat dan diprediksi berlanjut hingga Februari 2024. Di Indonesia, El Nino berdampak pada mundurnya awal musim hujan sehingga kekeringan bisa berlangsung hingga Oktober 2023.
Kepala Stasiun Klimatologi Padang Pariaman BMKG Heron Tarigan, Rabu (6/9/2023), mengatakan, dampak El Nino ke wilayah Sumbar memang tidak signifikan. El Nino berdampak pada berkuranganya curah hujan pada beberapa wilayah Sumbar, terutama di bagian timur Sumbar atau zona ekuatorial II.
Heron menjelaskan, wilayah Sumbar terbagi atas dua tipe zona musim, yaitu ekuatorial I di pesisir barat dan ekuatorial II di bagian timur karena dibelah oleh pegunungan Bukit Barisan. Daerah di ekuatorial I hanya mengalami satu musim sepanjang tahun dan tidak mengalami musim kemarau. Adapun daerah di ekuatorial II mengalami musim hujan dan musim kemarau.
Daerah-daerah Sumbar yang masuk ekuatorial I, antara lain Padang, Padang Pariaman, Pesisir Selatan, sebagian Agam, Pasaman Barat, dan Kepulauan Mentawai. Adapun daerah masuk ekuatorial II, antara lain Pasaman, Limapuluh Kota, Tanah Datar, Sawahlunto-Sijunjung, sebagian Solok, dan Dharmasraya.
”Prediksi kami pada September ini, curah hujan pada wilayah timur (ekuatorial II) kondisinya menengah, sedikit rendah. Sementara itu, pesisir barat (ekuatorial I) kondisinya menengah hingga tinggi. Bulan September di Sumbar mestinya memasuki awal musim hujan,” ujar Heron.
Terkait karhutla di Pesisir Selatan, Heron mengatakan, meskipun kabupaten itu masuk ekuatorial I, beberapa lokasinya juga mengalami penurunan curah hujan, seperti daerah Lunang-Silaut. ”Titik-titik tertentu mungkin topografinya yang menyebabkannya seperti itu. Di Sumbar, lahan gambut ada di Lunang-Silaut, Pesisir Selatan, kemudian di Rao, Pasaman,” katanya.
Heron menambahkan, wilayah Sumbar tetap berpotensi mengalami karhutla saat El Nino di wilayah-wilayah tertentu, terutama di lahan gambut. Oleh sebab itu, ia meminta semua pihak menghindari membuka lahan dengan cara membakar. ”Mesti diwaspadai agar tidak terjadi karhutla yang cukup luas,” ujarnya.