Hamparan Sabana hingga Flora Endemik Anggrek Tosari Bromo Hangus
Selain menghanguskan vegetasi, kebakaran lahan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru juga menimbulkan kerugian. Pihak TNBTS belum menghitung kerugian lantaran masih fokus pemadaman.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur belum bisa memastikan berapa nilai kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran lahan dan hutan di wilayah itu dalam beberapa hari terakhir. Kawasan wisata Bromo pun ditutup beberapa kali akibat kebakaran lahan.
Kepala Balai Besar (BB) Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Hendro Wijanarko, Selasa (12/9/2023), mengatakan, pihaknya akan menghitung kerugian setelah pemadaman tuntas, termasuk kerugian yang dialami oleh pelaku usaha. Begitu pun soal luas lahan yang terbakar akan dihitung nanti.
”Kita masih fokus pemadaman dan pembasahan. Ini ada tim yang dikirim untuk pembahasan. Regu-regu masih dikirim ke lapangan. Tim drone juga kita minta identifikasi titik api, belum menghitung luas,” ujarnya di sela-sela pembasahan titik yang masih berasap di kawasan Jemplang, Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Soal vegetasi, selain rumput di sabana, menurut Hendro, juga ada flora endemik, seperti rumput mlelo, edelwais, hingga anggrek tosari yang terbakar. Namun, vegetasi ini akan tumbuh kembali saat musim hujan tiba. Sementara untuk fauna belum diketahui apa saja yang ikut terbakar.
Disinggung apakah sisa asap yang sedang dibasahi di Jempang merupakan dampak dari kegiatan foto pranikah menggunakan suar beberapa hari lalu yang kemudian memicu kebakaran di sabana lembah Watangan/Bukit Teletubbies? Hendro membenarkan hal itu. Api dari lokasi awal menjalar melalui Bukit Kursi, Bukit Watangan, dan ke lokasi saat ini.
Seperti diketahui, 6 September lalu, beberapa pengunjung melakukan foto pranikah menggunakan lima buah suar. Empat suar berhasil menyala dan satu gagal. Suar yang gagal ini kemudian membakar rerumputan kering yang ada di sekitar mereka.
Kepolisian Resor Probolinggo akhirnya menetapkan satu orang selaku penanggung jawab wedding organizer sebagai tersangka kegiatan foto pranikah itu dan lima orang lainnya sebagai saksi. Akibat kebakaran itu pula, sedikitnya 50 hektar lahan hangus terbakar.
Soal kebakaran secara keseluruhan, Hendro mengatakan, hingga Selasa siang, sudah terkendali. Dari informasi ada satu lagi titik api di daerah Keciri. Itu pun pihaknya telah mengirim tim untuk mengecek ke lokasi sekaligus pemadaman. ”Kalau yang lain tinggal pembasahan,” ujarnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Timur Gatot Soebroto mengatakan, pada Selasa pagi sudah dicoba pemadaman menggunakan helikopter untuk pemadaman di kawasan Bromo, tetapi kondisi angin yang kencang menjadi penghalang.
Tadi pukul 09.00 kita coba (helikopter) dua kali terbang di sini (Bromo) ternyata anginnya masih kencang dan berisiko dilakukan water boombing. Untuk sementara ini, pemadaman diperkuat dengan pemadaman darat.
Dari pantauan Kompas, embusan angin memang cukup kencang dan tidak beraturan. Di sabana yang terbakar bahkan beberapa kali muncul putaran angin (tornado berukuran kecil).
”Tadi pukul 09.00 kita coba (helikopter) dua kali terbang di sini (Bromo) ternyata anginnya masih kencang dan berisiko dilakukan water boombing. Untuk sementara ini, pemadaman di sini (Bromo) diperkuat dengan pemadaman darat,” ujarnya. Gatot berharap pembasahan di Jemplang menggunakan helikopter dengan maksud agar segera tuntas.
Seiring dengan kondisi angin yang kencang, akhirnya dua unit helikopter diarahkan kembalik untuk melakukan pemadaman di Gunung Arjuno di luar kawasan TNBTS. Di Arjuno muncul tiga titik api baru akibat lahan gambut dan langsung dilakukan pemadaman menggunakan helikopter.
Diakui Gatot, pemadaman di Arjuno lebih sulit ketimbang di TNBTS lantaran kondisi medan lebih curam dan akses darat yang minim. Sementara di TNBTS lebih mudah dijangkau kendaraan (ada akses jalan) dan penanganannya oleh balai besar, bukan pemerintah daerah seperti di Arjuno. Sejauh ini, luas lahan yang terbakar di Arjuno sekitar 4.800 hektar.