Peluang Pengembangan Terbentang Setelah Geopark Ijen Masuk Jaringan Global
Geopark Ijen akhirnya masuk jaringan ”geopark” dunia. Penetapan dilakukan pada Konferensi Internasional Ke-10 UNESCO Global Geopark di Maroko.
”Senang, Banyuwangi semakin dikenal,” kata Widi (42), warga Desa Rejosari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur, melalui Whatsapp, Sabtu (9/9/2023), kepada Kompas, menanggapi kabar masuknya Geopark Ijen atau Taman Bumi Ijen dalam jaringan geopark dunia.
Selama ini, lelaki paruh baya itu sudah sering mendengar istilah tersebut. Di beberapa tempat di penjuru Kota Banyuwangi juga tertera tulisan soal Geopark Ijen dalam beberapa tahun terakhir. Dia pun berharap lebih banyak warga Banyuwangi mendengar kabar ini.
Perjuangan panjang Banyuwangi untuk masuk dalam jaringan geopark dunia akhirnya terwujud. Saat ini, Geopark Ijen atau Taman Bumi Ijen resmi masuk Jaringan Geopark Dunia atau UNESCO Global Geopark. Penetapan dilakukan dalam Konferensi Internasional Ke-10 UNESCO Global Geopark (UGG) di Marrakes, Maroko, Kamis (7/9/2023)-Sabtu (9/9/2023).
”Ini merupakan momen penting untuk mendorong Banyuwangi, baik alamnya, wisata maupun budayanya, bisa bersaing di kancah internasional,” ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandari yang mengikuti langsung proses pengukuhan Ijen Geopark sebagai UNESCO Global Geopark di Maroko.
Ipuk tidak sendirian dalam penetapan itu. Ada sejumlah pemangku kepentingan lebih dari 195 geopark dunia dari 48 negara yang ikut hadir. Oleh karena itu, konferensi ini sekaligus menjadi wahana untuk menjalin kerja sama internasional.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pun menjalin nota kesepahaman dengan sejumlah pengelola UGG dunia. Di antaranya UGG Langkawi, Malaysia; UGG Aso, Jepang; dan UGG M’Goun, Maroko. Kerja sama meliputi pertukaran pengetahuan, riset, dan lainnya.
Menurut Ipuk, penetapan Geopark Ijen sebagai UGG akan meningkatkan awareness masyarakat internasional sehingga akan mendorong lebih banyak kunjungan orang ke Banyuwangi. Tentu saja, dampak lanjutannya bakal menggerakkan ekonomi dan membuka lapangan kerja baru di kabupaten paling timur di Pulau Jawa itu.
Kekayaan Geopark Ijen
Geopark Ijen merupakan taman bumi yang tak hanya memiliki keunikan bentang alam dan kekayaan budaya, tetapi juga didukung dengan semangat mewujudkan wisata berkelanjutan. Geopark Ijen unik karena menjadi bagian dari Godwana Land yang menjadi bagian dari Lempeng Australia.
Geopark Ijen ada di dua wilayah, yakni Banyuwangi dan Bondowoso. Adapun untuk wilayah Banyuwangi meliputi kawasan Gunung Ijen, Pantai Pulau Merah, dan Taman Nasional Alas Purwo.
Baca Juga: Alas Purwo dari Pendaratan Pertama Masyarakat Austronesia hingga Peselancar Modern
Kawasan Gunung Ijen tak hanya memiliki pemandangan api biru (blue flame) lengkap dengan aktivitas masyarakat petambang belerang, tetapi juga ada situs budaya Desa Adat Kemiren yang berisikan keseharian masyarakat Osing.
Sementara di Alas Purwo yang telah ditetapkan sebagai cagar biosfer dunia, terdapat kekayaan geologi dan hayati. Sebut saja Pantai Parangireng yang menyimpan fosil foraminifera dan lava basaltic yang membentuk struktur bantal dari gunung api purba, hingga goa-goa yang diyakini sebagai tempat bernaung masyarakat Austronesia kala pertama kali mendarat pada 3500 sebelum Masehi. Di kawasan ini juga kaya flora dan fauna.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi berkomitmen melestarikan kekayaan alam itu sembari mengelola untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Wisata berkelanjutan yang menekankan pelestarian alam dan budaya pun menjadi pilihan utama.
”Pariwisata yang dapat menjadi mata pencarian ini kami jadikan payung untuk menggerakkan masyarakat dalam melakukan konservasi hingga melestarikan budaya,” katanya.
Dihubungi secara terpisah saat di Maroko, General Manajer Geopark Ijen Abdillah Baraas mengatakan, jalan panjang telah dilalui sampai bisa ditetapkan sebagai geopark dunia. Pengajuan dilakukan sejak 2020 sebelum akhirnya tim asesor datang mengunjungi sejumlah wilayah di Geopark Ijen untuk melakukan penilaian.
Pariwisata yang dapat menjadi mata pencarian ini kami jadikan payung untuk menggerakkan masyarakat dalam melakukan konservasi hingga melestarikan budaya.
Tim asesor turun mengunjungi sejumlah situs geologi (geosite), hayati (biosite), dan budaya (culturesite), baik yang ada di wilayah Banyuwangi maupun Bondowoso. Mereka mencocokkan kesesuaian data di dokumen dan kondisi sebenarnya di lapangan.
”Prosesnya lama, menunggu dua tahun kemudian dinilai dan disidangkan oleh Dewan Eksekutif (Global Geopark Network) dan Dewan Legislatif (UNESCO). Akhirnya, Mei 2023 kemarin, ditetapkan dalam sidang di UNESCO,” ujarnya.
Masuknya Geopark Ijen dalam jaringan yang lebih luas, menurut Abdillah mesti dimanfaatkan. Dari situ akan muncul ide-ide baru, seperti penelitian, pertukaran pelajar, dan kegiatan positif lainnya. Sebelum diakui dunia, Geopark Ijen baru berstatus Geopark Nasional.
”Setiap jengkal tanah, terutama di kabupaten Banyuwangi, Anda menjejakkan kaki di Taman Bumi Ijen. Jadi, ini peran serta seluruh masyarakat Banyuwangi. Seluruh kegiatan dan destinasi yang ada di Banyuwangi dibalut menjadi satu nama dalam Geopark Ijen yang diakui UNESCO. Tujuannya untuk dikonservasi karena destinasi yang ada tidak bisa dibuat oleh manusia saat ini,” ucapnya.
Wisata
Para pelaku wisata pun menyambut baik keputusan ini. Mereka menilai pengakuan oleh Badan PBB, UNESCO, terhadap potensi yang ada di Banyuwangi, akan memberikan efek lanjutan dari apa yang selama ini sudah ada.
Ketua Perhimpunan Rumah Inap Banyuwangi Joko Subagio mengatakan, Geopark Ijen merupakan sesuatu yang baru. Pelaku wisata mulai belajar terkait hal itu. Sejumlah pelatihan untuk menambah pengetahuan telah diikuti.
”Ini hal baru yang menarik. Ada market baru yang bisa tercipta. Selama ini wisatawan datang untuk melihat kawah Ijen, api biru, melihat penambangan belerang, dan lainnya. Sekarang ada market baru terkait riset, edukasi, tentang potensi yang ada di Geopark Ijen,” ucapnya.
Baca Juga: Kawah Ijen yang Menarik Wisatawan
Dengan bergabungnya Geopark Ijen dalam jaringan dunia, menurut Joko, potensi ekonomi yang ada di Banyuwangi bisa lebih besar lagi. Kunjungan wisata ke Banyuwangi sendiri semakin membaik pascapandemi Covid-19.
Sepanjang 2022 terdapat 2,9 juta kunjungan wisatawan Nusantara dan 29.020 mancanegara. Memang, kondisinya belum bisa menyamai sebelum pandemi, tetapi pada 2023 ini diyakini angkanya bakal lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Joko yang memiliki penginapan Didu’s Homestay mencontohkan wisatawan yang menginap di tempatnya pada Juni mencapai 345 orang, Juli jumlahnya naik sedikit, dan Agustus mencapai 360-an orang. ”Saat pandemi banyak kosongnya. Paling dalam satu bulan 30-40 orang, 50 orang sudah baik,” ujarnya.
Setelah resmi bergabung dalam jaringan global, tantangan lebih besar terkait konservasi Geopark Ijen kian terbentang. Dengan pengelolaan yang baik dan keterlibatan berbagai pihak, keberadaan taman bumi itu juga berpeluang menghadirkan sejahtera bagi warga setempat.