Majukan Inisiatif Hijau untuk Kalimantan Berkelanjutan
Aksi nyata dan kolaborasi diperlukan untuk mewujudkan inisiatif hijau dalam pembangunan Kalimantan secara berkelanjutan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Semua daerah di Kalimantan harus segera bersiap bertransformasi ekonomi dengan meningkatkan peran sektor-sektor potensial selain pertambangan. Aksi nyata dan kolaborasi diperlukan untuk mewujudkan inisiatif hijau dalam pembangunan Kalimantan secara berkelanjutan.
Dorongan untuk memajukan inisiatif hijau dalam pembangunan ekonomi Kalimantan mengemuka dalam seminar internasional dengan tema ”Advancing Green Initiatives for The Sustainable Kalimantan through Action and Collaboration”, di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (7/9/2023).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalsel Wahyu Pratomo mengatakan, di tengah lanskap Kalimantan yang subur, ada peluang besar menjadikan keanekaragaman hayatinya menjadi percontohan pembangunan berkelanjutan yang menginspirasi dunia. Namun, semuanya memerlukan upaya bersama dalam mencegah deforestasi hingga promosi energi terbarukan.
”Inisiatif hijau tidak hanya tentang melindungi lingkungan, tetapi ini juga tentang menjaga warisan yang kita tinggalkan. Dengan berinvestasi dalam praktik berkelanjutan, kita berinvestasi pada kemakmuran Kalimantan dan Indonesia serta harmoni planet kita,” katanya.
Wahyu mengatakan, Kalimantan tidak selamanya dapat mengandalkan sektor pertambangan untuk menopang pembangunan mengingat hasil tambang merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan dan suatu saat akan habis. Selain itu, tidak dapat dinafikan bahwa sektor energi merupakan penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca.
Dalam 10 tahun terakhir, inefisiensi penggunaan sumber daya dan perubahan iklim yang ekstrem menjadi perhatian khusus dunia dan telah mendorong sejumlah negara untuk menyepakati Paris Climate Agreement (2015). Indonesia memiliki komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan usaha sendiri atau 41 persen dengan dukungan internasional pada 2030.
”Ini tentunya menjadi tantangan besar bagi Indonesia, terutama Kalimantan yang selama ini bertumpu pada sektor pertambangan, khususnya batubara, sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, Kalimantan perlu segera bersiap diri melakukan transformasi ekonomi dengan meningkatkan peran sektor-sektor potensial selain pertambangan,” katanya.
Menurut Wahyu, untuk membentuk Kalimantan baru di masa depan, strategi pendekatan pembangunan yang tepat adalah melalui pendekatan ekonomi hijau. Pendekatan pembangunan ekonomi hijau sangat menekankan pada penerapan pembangunan rendah karbon, mendorong efisiensi penggunaan energi dan sumber daya alam, memperkuat peran pembiayaan hijau, serta mencegah hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistem.
”Untuk merealisasikan ekonomi hijau tersebut, kehadiran embrio berupa inisiatif-inisiatif yang mengarah kepada tujuan ekonomi hijau perlu terus didorong,” ujarnya.
Netral karbon
Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn yang hadir secara virtual menyampaikan, keberlanjutan telah ditanamkan dalam upaya pembangunan komunitas ASEAN yang menekankan fokus regional pada perlindungan lingkungan, perubahan iklim, teknologi hijau, dan pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, ada momentum signifikan dalam beberapa tahun terakhir untuk mengonsolidasikan berbagai inisiatif keberlanjutan dengan cara yang lebih terkoordinasi untuk mengoptimalkan sumber daya dan memaksimalkan hasil di kawasan Asia Tenggara.
”Negara-negara ASEAN sudah mengadopsi the ASEAN Strategy for Carbon Neutrality yang akan menentukan arah masa depan ASEAN yang netral karbon. Strategi ini melengkapi kebijakan dekarbonisasi nasional masing-masing negara ASEAN agar dapat memenuhi tujuan iklim di bawah Paris Climate Agreement,” katanya.
Kao Kim Hourn menyebutkan, ada empat hasil kunci yang diharapkan dari strategi netral karbon, yang akan memastikan daya saing ASEAN di panggung global dan kesiapan untuk transisi hijau. Pertama, membantu mengembangkan industri hijau. Kedua, memungkinkan interoperabilitas antara negara-negara ASEAN. Ketiga, memastikan kepatuhan terhadap standar global dan kredibel. Keempat, mendorong pengembangan kapabilitas atau potensi ekonomi hijau.
”Transisi hijau adalah hal yang sangat penting untuk pertumbuhan dan keberlanjutan ASEAN di masa depan. Pentingnya kolaborasi untuk mempercepat transisi hijau dan mencapai masa depan rendah karbon,” katanya.
Perlu kolaborasi
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dalam sambutan yang disampaikan Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kalsel Nurul Fajar Desira mengatakan, isu ekonomi hijau dan pembangunan berkelanjutan merupakan komitmen pembangunan Indonesia agar pembangunan yang dilakukan tidak hanya dirasakan saat ini, tetapi juga dirasakan di masa depan.
”Kalsel terus berkomitmen terhadap pembangunan ekonomi hijau dan merupakan 12 besar provinsi dengan progres pembangunan hijau terbaik di Indonesia. Strategi yang extraordinary (luar biasa) ini memerlukan kolaborasi dari seluruh unsur pembangunan,” katanya.
Fajar menambahkan, Kalsel dalam rencana pembangunan jangka menengah maupun jangka panjang sudah menetapkan arah pembangunannya. Salah satunya melakukan transformasi dari industri ekstraktif ke non-ekstraktif. Kemudian, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kalsel yang sudah disusun juga ada kebijakan pembangunan ekonomi hijau.
”Dengan potensi hutan, rawa gambut, dan mangrove yang besar, Kalsel memiliki banyak peluang untuk pembangunan ekonomi hijau. Karena itu, kami mengajak perusahaan-perusahaan besar berkolaborasi dan berinvestasi dengan menjaga kembali gambut, mangrove, dan hutan,” katanya.