Universitas Airlangga Tambah Guru Besar Kedokteran
Guru Besar di Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, bertambah setelah pengukuhan empat mahaguru dari Fakultas Kedokteran.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Universitas Airlangga, Surabaya, memiliki 12 guru besar baru pada pekan ini. Semuanya diminta fokus meningkatkan kualitas keilmuan di Indonesia.
Sebanyak empat mahaguru baru dikukuhkan di Kampus C atau Mulyorejo, Rabu (6/9/2023). Mereka adalah Anggraini Dwi Sensusiati dalam bidang ilmu Neuro-KL dan Clinical Radiology, serta Nyilo Purnami (Ilmu Neurotologi Aspek Komunitas). Selain itu, ada Ahmad Suryawan (Ilmu Tumbuh Kembang Bayi dan Anak) serta Komang Agung Irianto (Ilmu Orthopaedic Spine).
Sebelumnya pada Selasa (5/9), Universitas Airlangga (Unair) mengukuhkan empat Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi. Selanjutnya, Unair akan kembali mengukuhkan empat Guru Besar pada Kamis (7/9). Mereka dari dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Hukum, Fakultas Kesehatan Masyarakat, serta Fakultas Farmasi.
Prof Anggraini dalam orasi ilmiah mengatakan, teknologi pencitraan (CT scan) dalam radiologi saraf dapat memberikan banyak manfaat, di antaranya ialah membuat interpretasi citra otak, tulang belakang, kepala, wajah, leher, dan bagian saraf lain. Hal itu diyakini bisa mendiagnosis infeksi saraf atau penyakit, seperti stroke, tumor, dan kelainan genetik.
”CT scan bisa mendeteksi stroke dalam waktu beberapa detik sehingga teknologi ini sangat diandalkan untuk deteksi cepat,” ujar Anggraini.
Adapun Prof Nyilo menekankan pentingnya deteksi dini gangguan pendengaran. ”Anak yang terlahir tuli masih mempunyai kesempatan untuk berkembang kemampuan berbicara dan berbahasa melalui intervensi pendeteksi dini,” ujarnya.
Nyilo menawarkan pengembangan resource center (RC) di seluruh wilayah Indonesia sehingga proteksi dan penanganan bisa teratasi lebih awal. Di Jatim, RC merupakan bentuk kerja sama dengan Australia Barat serta yayasan pendukung. Jatim mendirikan RC mulai tahun 2013, terutama di Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan. RC bertujuan mewadahi anak berkebutuhan khusus.
Nyilo melanjutkan, RC melayani informasi dan edukasi anak berkebutuhan khusus. Selain itu, seleksi dan pelacakan ke anak-anak lainnya untuk intervensi. Di RC juga dapat diberikan layanan audiologi, terapi wicara, stimulasi, dan pendidikan.
”RC perlu diperluas bukan sekadar menekan jumlah penyandang disabilitas pendengaran, melainkan membantu masyarakat melindungi kehidupan orang-orang tercinta,” katanya.
Sementara itu, Rektor Unair Mohammad Nasih bangga dengan penambahan guru besar untuk pengembangan iptek.
”Teman-teman guru besar agar tetap melakukan kegiatan akademik dan fokus pada Tri Dharma Perguruan tinggi. Jangan produktivitas menurun, layu sebelum berkembang,” ujar Guru Besar Ekonomi dan Bisnis itu.