Kenaikan Ongkos Produksi Lambungkan Harga Beras di Jatim
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, terjadi kenaikan ongkos produksi sehingga harga gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) di petani sudah tinggi. Akibatnya, beras di konsumen jadi naik.
SURABAYA, KOMPAS — Kenaikan ongkos produksi melambungkan harga beras di Jawa Timur. Pemerintah mendorong kabupaten/kota dan swasta menggencarkan operasi pasar agar penjualan beras tidak terlalu melampaui harga eceran tertinggi atau HET.
Sampai dengan Rabu (6/9/2023), penjualan beras di Surabaya, ibu kota Jatim melampaui HET. Meski pemerintah mencoba mengintervensi dengan subsidi ongkos angkut dan menyederhanakan rantai distribusi, harga beras mencekik. Tiada pilihan lain kecuali menggencarkan operasi pasar.
Di Gunung Anyar, beras medium dijual dengan harga Rp 67.000 per zak isi 5 kilogram (kg). Artinya, beras dijual senilai Rp 13.400 per kg yang jauh di atas HET zona 1 Jawa Rp 10.900 per kg. Beras premium dijual Rp 80.000 per zak atau Rp 16.000 per kg yang juga melambung dari HET Rp 13.900 per kg.
”Harga semakin sulit dikendalikan,” kata Najib (35), pedagang bahan pokok di Gunung Anyar. Pedagang tidak tega mengambil untung besar dengan menjual beras terlalu tinggi. Keuntungan yang didapat sekitar Rp 3.000 per zak atau Rp 600 per kg.
Najib mengatakan, dirinya hanya mengetahui kenaikan harga beras akibat El Nino atau kekeringan berkepanjangan yang berdampak sebagian daerah puso atau gagal panen. Selain itu, sejak harga beras terkerek, pasokan mulai tersendat sehingga membuat pengecer seperti dirinya bingung.
Situasi serupa dijumpai di Pasar Pucang Anom. Di sini, beras medium dijual Rp 13.000 per kg. Beras premium dijual Rp 15.000 per kg.
”Dua minggu lalu, harga beras medium masih Rp 275.000 per zak atau 25 kg. Namun, sekarang naik ke Rp 295.000 per zak dan kemungkinan bisa tembus Rp 300.000,” ujar Hasanudin, pedagang beras di Pucang Anom.
Kenaikan harga beras ini bertolak belakang dengan klaim stok yang tersedia. Dengan stok beras di Jatim 4,23 juta ton hingga Agustus 2023 dan kebutuhan beras pada bulan yang sama mencapai 383.000 ton, seharusnya masih tersedia 3,84 juta ton. Harga beras terkerek saat stok komoditas ini berlimpah.
Menyikapi itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, terjadi kenaikan ongkos produksi sehingga harga gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) di petani sudah tinggi. ”Akibatnya, produk akhir, yakni beras, di konsumen menjadi naik,” ujar mantan Menteri Sosial ini saat meninjau Gudang Bulog Banjar Kemantren, Sidoarjo. Namun, gubernur tidak menyebut apa yang menjadi penyebab kenaikan ongkos produksi tersebut,
Badan Pusat Statistik Jatim mencatat beras termasuk gabah menjadi salah satu penyebab laju inflasi pada Agustus 2023 sebesar 0,11 persen secara month to month (mtm). Harga GKP di petani pada Agustus senilai Rp 5.946 per kg atau naik 6,09 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau naik 20,19 persen daripada tahun lalu (year on year/yoy). Harga GKG pada Agustus senilai Rp 6.927 per kg atau naik 4,77 persen secara mtm atau naik 22,16 persen secara yoy.
Khofifah mengatakan, untuk mengatasi lonjakan harga beras yang sedang terjadi, Bulog akan menyalurkan bantuan pangan kepada 3,4 juta keluarga penerima manfaat. Setiap keluarga mendapat 10 kg per bulan selama 3 bulan atau sampai dengan akhir tahun.
Harus diperbanyak lagi operasi pasar murah termasuk maksimalkan distribusi ke pedagang-pedagang di pasar. (Khofifah Indar Parawansa)
”Harus diperbanyak lagi operasi pasar murah, termasuk maksimalkan distribusi ke pedagang-pedagang di pasar,” kata Khofifah. Perluasan cakupan operasi pasar untuk penetrasi komprehensif atau menyeluruh yang melibatkan kabupaten/kota dan swasta atau dunia usaha.
Khofifah melanjutkan, stok beras di Jatim diklaim aman. Di Bulog Jatim tersimpan 350.000 ton beras yang akan cukup sampai akhir tahun. Jutaan ton lainnya ada di petani, koperasi penggilingan, gudang swasta, dan pasar.
Kepala Bulog Kanwil Jatim Ermin Tora mengatakan, stok beras yang ada cukup untuk mendukung operasi pasar. Sebagian stok di Jatim juga akan disalurkan ke Indonesia tengah dan timur, misalnya Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.