Gado-gado dan Harapan Nyala Mercusuar Ridwan Kamil untuk Indonesia
Gubernur Jawa Barat 2018-2023, Ridwan Kamil, menuntaskan jabatannya pada 5 September. Langkah politiknya belum pasti, tetapi sejumlah kode mulai diluncurkan.
Baru beberapa jam melepas jabatannya sebagai Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyebut perasaannya seperti gado-gado pada Selasa (5/9/2023) malam. Ada haru, bahagia, dan bangga campur aduk jadi satu. Masa depannya belum pasti. Namun, malam itu, ia memberikan banyak kode terkait kemungkinan panggung lebih besar yang bakal datang padanya kelak.
Dari Karawang pergi ke Tasik
Dari Subang pergi ke Cipatik
Dulu datang baik-baik dengan niat baik
Sekarang pulang baik-baik dengan hasil yang baik
Pantun itu menutup penampilan tunggal Ridwan Kamil dalam ”Malam Refleksi Gubernur Jawa Barat 2018-2023” di Bandung, Selasa malam. Hadir dalam kesempatan itu, ibu kandungnya, Tjutju Sukaesih atau akrab disapa Maci, hingga sukarelawan yang mengiringi perjalanannya memimpin Bandung dan Jabar dalam sepuluh tahun terakhir. Bey Machmudin, Penjabat Gubernur Jabar, ikut hadir dalam kesempatan itu.
Acara itu bisa jadi puncak perpisahan yang dilakukan Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil, setidaknya seminggu terakhir. Pada Selasa (29/8/2023), misalnya, dia pamit sembari mengemasi barang-barang pribadinya di Gedung Pakuan, rumah dinas Gubernur Jabar. Emil juga pamit pada ribuan warga di ajang West Java Festival di Bandung, 2-3 September.
Di malam refleksi, Emil yang berbusana serba hitam memulai acara dengan menundukkan setengah badannya ke hadirin. Setelah itu, ia panjang lebar bicara tentang perjalanan politik hingga kehidupan pribadi dan keluarganya dalam sepuluh tahun terakhir.
Emil mengatakan, memulai lembaran politik dalam hidupnya dari warga biasa yang resah dengan kondisi Kota Bandung. Dia merasa Bandung saat itu bukan tempat nyaman bagi anak-anaknya. Pembangunan Kota Bandung tidak membuat bahagia penduduknya. Potensi korupsi merajalela. Tidak ingin sekadar menggerutu, dia memberanikan diri maju sebagai wali kota.
”Daripada mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin dan bermanfaat bagi banyak orang,” katanya.
Baca juga: Tuntaskan Rindu untuk Penjaga Masa Depan Kota Bandung
Dinamikanya tidak mulus. Bukan kader partai, dia beruntung diberi kesempatan koalisi PKS dan Gerindra bersanding dengan Oded M Danial. Pasangan yang menamakan dirinya ”Ridho” itu di luar dugaan memenangkan kontestasi Pilkada Bandung 2013.
Terpilih menjadi wali kota, dia merajut janjinya menghadirkan kebahagiaan, mulai dari revitalisasi taman hingga alun alun. Ada juga layanan warga berbasis digital di bidang kependudukan hingga keamanan warga. Meski sejumlah masalah, seperti transportasi massal, belum memuaskan, Emil sudah punya modal kuat maju sebagai orang nomor satu di Jabar lima tahun kemudian.
Bersama popularitasnya yang meroket di media sosial, ia maju bersama mantan Bupati Tasikmalaya, Uu Ruzhanul Ulum, dalam Pemilihan Gubernur Jabar 2018. Dia menang dan naik menggantikan Ahmad Heryawan.
Emil mengatakan, kiprahnya sebagai gubernur tidak selalu sempurna. Banyak dinamika mengiringi perjalanan kariernya. Namun, ia menyebut setidaknya sudah membuat 555 perubahan. Jumlah itu merujuk pada penghargaan yang diterima Jabar dalam lima tahun terakhir.
”Tepat hari ini, sudah 1.800 hari dan 60 purnama saya memimpin lebih dari 50 juta orang. Saya bahagia dan berterima kasih atas kesempatan ini. Ada banyak tantangan yang tentu tidak mudah dilalui,” kata Emil.
Salah satu tantangan terbesarnya adalah tetap bekerja saat harus melepas anak sulungnya, Emmeril Kahn Mumtadz. Ia menyebut, harus bisa menyeimbangkan jeritan hati sebagai ayah yang kehilangan anaknya dengan pelayanannya sebagai gubernur pada warga. Dia berduka tapi tidak ingin memperlihatkannya begitu saja.
Beruntung dia dikelilingi orang baik. Doa untuk Eril, sapaan Emmeril, misalnya, tidak pernah putus. Setiap tahun ada ratusan ribu orang yang datang tempat peristirahatan Eril di Kabupaten Bandung. Apresiasi lain yang ia kenang lainnya bahkan datang dari China, tepatnya Provinsi Guangzhou. Daerah itu menjadi provinsi sahabat dengan Jabar.
Pemerintah daerah setempat, kata Emil, meminta izin untuk menyematkan nama Eril untuk salah satu jenis lotus yang tumbuh di pusat penelitian di Guangzhou. Emil jelas tidak menolak. Lotus merah itu akhirnya diberi nama Al Mumtadz.
”Hal itu melengkapi kebaikan Guangzhou yang ikut membantu Jabar ketika pandemi Covid-19. Mereka memberikan banyak bantuan, seperti masker hingga APD. Belum banyak orang tahu tentang itu. Jutaan warga Jabar terbantu dengan kebaikan itu,” katanya.
Pandemi dan gempa
Pandemi, kata Emil, menjadi ujian berat lain yang harus dia pikul. Sebagai daerah dengan penduduk terbesar di Indonesia, Covid-19 sangat rentan menebar bahaya di Jabar. ”Kami kehilangan lebih kurang 14.000 orang, termasuk beberapa kerabat dekat,” katanya.
Salah satu pengalaman yang dia ingat saat perang dengan pandemi adalah ketika memutuskan menjadi sukarelawan vaksin Sinovac. Dia menyebut, langkah itu harus diambil bila ingin vaksinasi berjalan lancar di tengah keraguan rakyat tentang kelayakan vaksin.
”Jujur, saya juga cemas. Bagaimana kalau setelah disuntik saya jadi spider man. Namun, cemas itu berganti bangga setelah melihat ribuan orang-orang terdorong juga menjadi (suka)relawan vaksin,” katanya.
Rasa bangga itu juga merekah saat banyak warga Jabar saling menolong dengan sesama ketika pandemi, mulai dari berbagi makanan hingga perhatian, hingga donasi, untuk tetap kuat menghadapi Covid-19.
”Warga Jabar itu terkenal sangat dermawan. Saling membantu antarsesama warga. Tidak hanya saat pandemi, tetapi juga dalam banyak kesempatan lainnya,” kata politisi Partai Golkar ini.
Baca juga: Usaha Mulia Tidak Akan Pernah Sia-sia
Ia mencontohkannya lewat jumlah zakat yang dikumpulkan dari Jabar tahun lalu. Dari target hanya Rp 1,6 triliun, jumlahnya melonjak menjadi Rp 3,2 triliun di akhir tahun.
”Saat gempa Cianjur, kerelawanan itu terlihat. Banyak orang membantu sesama yang mendapat musibah dengan tenaga hingga logistik. Selain itu, ada 159.015 orang yang membutuhkan bantuan menerima manfaat dari program Jabar Quick Response,” katanya.
Ke depan, Emil belum menentukan langkah selanjutnya. Berulang kali, dia menyebut hanya ingin tetap disapa warga saat bertemu di mana saja. Namun, di malam refleksi, dia seperti menebar kode. Dia banyak bicara tentang rencana masa depan, termasuk untuk Indonesia.
”Jangan kaget bila minggu-minggu ini ada breaking news,” kata Emil tanpa menyebut berita apa yang akan muncul itu. Sebagian kalangan menduga hal itu terkait pencalonan wakil presiden.
Lilin kecil untuk Kota Bandung sudah dinyalakan, obor juga sudah menerangi Jabar. Kelak, kita akan membuat mercusuar menyala untuk Indonesia.
Meski belum resmi diusung Partai Golkar, nama Emil memang tenar dalam berbagai survei calon wakil presiden 2024. Pemilik akun berbagai media sosial dengan 26 juta pengikut ini selalu menempati posisi puncak yang disukai warga.
Berdasarkan survei Kompas periode Agustus yang dirilis pada Selasa (23/8/2023), misalnya, Emil memimpin bursa cawapres dengan 8,4 persen keterpilihan. Di belakangnya ada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dan Menteri BUMN Erick Thohir. Dengan pencapaian itu, bola panas bergulir. Emil kabarnya dibidik PDI-P untuk mendampingi Ganjar Pranowo.
Emil menyebut belum ingin berspekulasi tentang itu. Dia sepenuhnya patuh pada parpol tempatnya bernaung.
Baca juga: Ridwan Kamil, Menjawab Tantangan Menuju Adil dan Sejahtera
Indonesia juara
Yang pasti, sembari menunggu takdir apa yang bakal datang, Emil meminta semua warga memandang perbedaan sebagai rahmat dalam menghadapi tahun politik 2024. Siapa saja yang terpilih harus mendapatkan dukungan masyarakat Indonesia.
”Jangan sampai hubungan silaturahmi rusak karena melihat perbedaan sebagai sumber kebencian. Jika muncul perpecahan, dampaknya sangat buruk bagi masa depan generasi terbaik bangsa,” katanya.
Oleh karena itu, untuk menjaga bangsa ini tetap menjadi yang terbaik, dia menyoroti pentingnya kualitas sumber daya manusia. Salah satu mitigasinya, sekuat tenaga menjauhkan diri dari tengkes atau stunting.
Akibat tengkes, fisik kecil dan kemampuan otak mencerna banyak hal menjadi sangat terbatas. Jika itu terjadi, peluang Indonesia mendapatkan bonus demografi akan sia-sia. Padahal, warga harus jadi mesin negara bukan beban negara.
”Anak muda bakal memegang peran penting asal menerapkan digitalisasi dari hulu ke hilir, tidak bertengkar, jangan stunting tetapi harus tetap ibadah dan someah (sopan),” katanya.
Panjang lebar berbicara tentang masa lalu dan masa depan, Emil memberikan kesempatan kepada Bey untuk berbicara. Namun, Bey tidak banyak berkomentar. Selain menyebut bakal menjaga prestasi Jabar dan netralitas ASN, dia hanya menitipkan pantun untuk perjalanan Emil kelak,
Jalan-jalan ke tempat wisata
Di jalan ketemu anoa
Lakukan pekerjaan dengan cinta
Hadapi kesulitan dengan doa
Hingga akhirnya, waktu perpisahan pun semakin paripurna. Bandung semakin tenggelam dalam dingin malam. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.30 atau lebih dari dua jam Emil bicara di hadapan hadirin.
Namun, Emil masih bersemangat. Dia mengajak hadirin untuk meneriakan slogan andalannya, ”Jabar Juara”. Namun, khusus malam itu, dia ingin tidak hanya Jabar yang juara, tetapi juga Indonesia.
”Lilin kecil untuk Kota Bandung sudah dinyalakan, obor juga sudah menerangi Jabar. Kelak, kita akan membuat mercusuar menyala untuk Indonesia," kata Emil.
Baca juga: Elektabilitas Cawapres Tertinggi, Ridwan Kamil Serahkan Keputusan ke Golkar