Mahasiswi Unsoed Manfaatkan Limbah Kulit Durian Jadi Tablet Kumur Mulut
Mahasiswi Unsoed olah kulit durian jadi tablet kumur penyegar mulut.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Mahasiswi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto memanfaatkan limbah kulit durian yang mengandung tanin untuk dijadikan obat kumur mulut. Melimpahnya kulit durian di Banyumas dan biasanya dibuang begitu saja mendorong mahasiswi dan mahasiswa dari sejumlah jurusan ini mengolahnya jadi barang bernilai ekonomi berupa obat penyegar mulut.
”Banyumas merupakan sentra penghasil durian. Namun, masyarakat hanya mengonsumsi buahnya, sedangkan kulit durian telantar atau dibuang. Kami berpikiran bagaimana memanfaatkan limbah kulit durian ini jadi produk yang berdaya guna,” kata Siti Nafingah (17), mahasiswi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (1/9/2023).
Dari penelitian bersama keempat rekannya, yaitu Ridha Aisya Zahra, Fatma Trilatifah, dan Rafi Asha Sejati (Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan), serta Musyarifa dari Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unsoed, kulit durian mengandung tanin yang bisa mencegah plak pada gigi.
”Kami juga memakai bubuk zeloid yang berfungsi untuk memutihkan gigi. Dari segi bentuk, biasanya mouthwash itu berbentu cair, tapi produk kami berbentuk tablet,” kata Siti.
Proses pembuatan dimulai dari pemilihan kulit durian yang masih segar. Kemudian kulit bagian dalamnya yang berwarna putih dikeruk untuk dijemur selama tujuh hari. Setelah dijemur, kulit durian diambil ekstraknya lalu dicampur sejumlah bahan termasuk zeloid dan mentol.
Oleh karena itu, kami membuat versi kering atau tablet dan juga bebas gula, dan nonalkohol. (Indah)
Selanjut, setelah dihaluskan, diayak, dan dioven, bahan itu kemudian dibentuk menjadi tablet-tablet. ”Namanya Neodent. Isi per botol 20 tablet, harganya kalau dijual Rp 25.000,” tutur Siti.
Indah Setiawati, dosen Agribisnis Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, yang mendampingi tim ini, menambahkan, penelitian ini merupakan bagian dari program kreativitas mahasiswa yang mendapatkan pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
”Kalau melihat melihat kebutuhan konsumen, obat kumur yang ada selama ini dalam bentuk cair dan beberapa konsumen tidak ingin produk kumurnya mengandung alkohol. Oleh karena itu, kami membuat versi kering atau tablet dan juga bebas gula, dan nonalkohol,” papar Indah.
Menurut Indah, penelitian ini merupakan tahap awal dan pihaknya masih melakukan tes pasar. ”Apakah mereka sudah suka dengan aromanya, kesegarannya, tingkat kekerasannya. Uji yang sudah kami lakukan adalah uji Ph dan uji kekerasan tablet. Semua sudah memenuhi,” ujarnya.
Justru yang belum dilakukan adalah uji tanin. Uji ini untuk mengetahui berapa persen tanin yang dikandung dalam tablet itu sehingga nanti bisa diketahui seberapa efektivitas mencegah plaknya.
Ke depan, jika semua proses sudah memadai, diharapkan produk ini bisa memiliki izin edar dan menjadi salah satu produk inovasi unggulan dari Unsoed.
Kompas mencoba berkumur dengan tablet Neodent tersebut. Tidak ada aroma durian. Yang terasa adalah kesegaran atau rasa mint yang berasal dari mentol. Mulut pun terasa lebih bersih dan segar setelah berkumur dengan tablet ini.