Terpikat Panorama Alam dan Embun Es di Dieng Kulon
Desa Dieng Kulon di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, telah lama memikat wisatawan. Desa itu memiliki daya tarik wisata lengkap, mulai dari panorama alam, kompleks percandian, fenomena embun es, hingga festival budaya.
Pendar cahaya oranye menghiasi langit di atas puncak Bukit Skoter, Kamis (24/8/2023) petang. Di atas hamparan rumput di bukit tersebut, sejumlah wisatawan tampak duduk-duduk sembari menikmati pemandangan menjelang matahari tenggelam. Meski matahari tak terlihat utuh karena tertutup awan, pemandangan langit senja itu tetap saja menawan.
Pemandangan itu pula yang membuat Friska (39) enggan segera beranjak dari Bukit Skoter. Saat diajak pergi oleh seorang temannya, dia masih terus menatap langit di atas bukit di kawasan dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, tersebut.
”Saya penasaran ingin lihat sunset (matahari terbenam) di sini,” kata perempuan yang datang bersama seorang temannya dari Yogyakarta itu.
Bukit Skoter berlokasi di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jateng. Di atas bukit yang berada di ketinggian sekitar 2.200 meter di atas permukaan laut itu, wisatawan bisa menikmati panorama dataran tinggi Dieng yang menakjubkan. Saat memandang ke bagian bawah, wisatawan juga bisa melihat permukiman warga yang dikelilingi perbukitan sekitarnya.
Pengelola Bukit Skoter, Niryana (43), menuturkan, bukit tersebut dulunya merupakan lahan pertanian yang ditanami kentang. Namun, sejak tahun 2018, wisatawan mulai datang ke tempat tersebut untuk menikmati pemandangan matahari terbit dan terbenam.
Kondisi itulah yang mendorong Niryana mengubah lahan pertanian miliknya menjadi obyek wisata. Dia lalu melakukan penataan dan menambah sejumlah fasilitas hingga akhirnya Bukit Skoter resmi dibuka sebagai destinasi wisata sejak 1,5 tahun lalu.
Baca juga: Geliat Pariwisata Dieng Tumbuhkan Perekonomian Warga
Selain menikmati pemandangan, pengunjung bisa menginap di Bukit Skoter dengan menyewa tenda. Wisatawan juga bisa menyewa penginapan dengan arsitektur unik yang dibangun di bukit tersebut.
Area kamping di Bukit Skoter bisa menampung sekitar 30 tenda. Namun, jika area itu telah penuh, pengunjung bisa berkemah di lahan pertanian yang sedang tak ditanami.
Bukit Skoter bukan satu-satunya daya tarik yang dimiliki Desa Dieng Kulon. Desa yang berada di kawasan inti dataran tinggi Dieng itu memiliki beberapa destinasi wisata lain, yakni Kawah Sikidang, Museum Kailasa, Lembah Semurup, serta kompleks percandian Dieng.
Selain berkunjung ke beberapa destinasi wisata itu, sebagian pengunjung datang ke Dieng Kulon untuk menikmati sensasi hawa dingin yang kadang mencapai minus 1 derajat celsius hingga minus 3 derajat celsius. Fenomena embun es juga turut membuat banyak wisatawan datang ke desa tersebut.
Nurul (26), wisatawan asal Penajam, Kalimantan Timur, mengaku datang ke Dieng Kulon karena sangat ingin melihat embun es. Sayangnya, setelah menginap dua malam di desa tersebut, Nurul belum bisa melihat embun es karena fenoma itu memang tidak terjadi setiap hari.
”Mudah-mudahan lain waktu saya bisa melihatnya. Saya penasaran ingin mengetahui seperti apa embun es itu,” katanya.
Selain pesona alam dan candi, Desa Dieng Kulon juga memiliki event wisata yang sangat dikenal, yakni Dieng Culture Festival. Acara yang digagas oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa di Desa Dieng Kulon itu rutin digelar sejak tahun 2010.
Dieng Culture Festival diisi beragam acara, misalnya tradisi pemotongan rambut anak berambut gimbal serta beberapa pertunjukan hiburan, termasuk pentas Jazz Atas Awan yang menghadirkan para artis Ibu Kota.
Baca juga: Setelah 13 Kali Pergelaran Dieng Culture Festival
Ketua Pokdarwis Dieng Pandawa Alif Fauzi mengatakan, pada masa awal, penyelenggaraan festival itu hanya dihadiri kurang dari 100 orang. Namun, selama beberapa tahun terakhir, Dieng Culture Festival dihadiri ratusan ribu pengunjung.
Oleh karena itu, jika ingin menginap di homestay untuk menyaksikan festival tersebut, para tamu harus memesan kamar sejak enam bulan sebelumnya. Pengunjung yang tak kebagian penginapan pun harus rela tidur dengan sleeping bag atau kantong tidur di berbagai lokasi, misalnya masjid, halaman puskesmas, hingga di tepi jalan.
Dengan beragam pesonanya, Desa Wisata Dieng Kulon berhasil meraih peringkat ke-2 Desa Wisata Terbaik Kategori Desa Wisata Maju dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia tahun 2021.
Jip dan ”homestay”
Melihat besarnya potensi wisata di Dieng Kulon, banyak warga di desa tersebut kemudian bekerja di sektor pariwisata. Sekretaris Desa Dieng Kulon Sabar Al Faristi mengatakan, dari sekitar 4.200 penduduk desa tersebut, sekitar 30 persen bekerja di sektor wisata secara penuh. Sementara itu, sekitar 40 persen merupakan petani yang sekaligus bekerja di bidang pariwisata.
Usaha yang berkait dengan pariwisata pun tumbuh di Dieng Kulon. Salah satunya adalah jip wisata. Di kawasan dataran tinggi Dieng, terdapat beberapa komunitas jip wisata, yakni tiga komunitas di Desa Dieng Kulon dan empat komunitas di Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jateng.
Azis Prasetyo (42), anggota komunitas jip wisata Chandradimuka di Dieng Kulon, mengatakan, setiap komunitas jip itu memiliki paket wisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Paket-paket wisata itu menawarkan perjalanan ke sejumlah destinasi di Dieng dengan harga Rp 500.000 hingga Rp 1,5 juta.
Menurut Azis, demi menjamin kepuasan wisatawan, perjalanan dengan jip wisata bisa memakan waktu sangat lama. Bahkan, wisatawan bisa menikmati pemandangan matahari terbit sekaligus terbenam dalam perjalanan itu. ”Saya pernah berangkat mengantar rombongan pukul 04.00 dan baru selesai pukul 21.00,” ujarnya.
Azis menambahkan, untuk menjaga kenyamanan dan keselamatan, jumlah penumpang di setiap jip dibatasi maksimal lima orang. Para penumpang itu juga sudah mendapatkan jaminan asuransi. Selain itu, kecepatan jip juga dibatasi maksimal 60 kilometer per jam karena mempertimbangkan kondisi jalan di Dieng yang dipenuhi tanjakan dan turunan.
”Mempertimbangkan kondisi jalan dan jip yang dipenuhi lima penumpang, menggunakan kecepatan 40 kilometer per jam saja rasanya sudah cepat sekali,” ucap Azis.
Dari sekitar 4.200 penduduk Desa Dieng Kulon, sekitar 30 persen bekerja di sektor wisata secara penuh.
Menurut Azis, jumlah jip wisata di Desa Dieng Kulon sekitar 200 jip. Pada masa liburan panjang, jumlah jip tersebut sering kali tidak cukup untuk memenuhi permintaan wisatawan. ”Saat ramai, kami sering minta tambahan jip dan pengemudinya dari Desa Dieng Wetan atau dari komunitas jip lain,” katanya.
Selain jip wisata, usaha homestay juga tumbuh subur di Dieng Kulon. Desa Dieng Kulon memiliki sekitar 300 homestay, terdiri dari 220 unit di Dusun Dieng Kulon dan 80 unit di Dusun Karangsari.
Ketua Paguyuban Homestay Dieng Pandawa di Dusun Dieng Kulon Fortuna Dyah Setyowati mengatakan, sekitar 90 persen dari 220 homestay di dusun itu merupakan milik warga setempat. Adapun sekitar 10 persen lainnya milik warga dari luar kota, seperti Jakarta, Bogor, dan Yogyakarta.
Menurut Fortuna, berdasarkan standar kamarnya, homestay-homestay itu terbagi menjadi tiga kelas, yakni kelas 1, 2, dan 3. Homestay kelas 1 memiliki standar kamar terbaik dengan harga di atas Rp 400.000 per malam. Sementara itu, harga kamar homestay kelas 2 dan 3 adalah Rp 150.000 hingga Rp 400.000 per malam.
Rata-rata homestay itu menawarkan lima hingga delapan kamar. Fortuna menuturkan, setiap akhir pekan, okupansi homestay-homestay itu selalu mencapai 80 persen atau lebih. Bahkan, pada libur panjang atau saat ada event wisata, okupansinya bisa mencapai 100 persen.
Fortuna menambahkan, Paguyuban Homestay Dieng Pandawa bersama pihak terkait kerap mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas homestay di Dieng. Selain pelatihan tentang pelayanan tamu, paguyuban itu juga pernah membuka kelas kecantikan bagi para pengelola homestay yang mayoritas adalah ibu-ibu petani.
”Kelas kecantikan itu diadakan supaya para pengelola homestay bisa tampil lebih rapi saat menerima tamu,” ujar Fortuna.
Selain membuka usaha homestay dan jip wisata yang membutuhkan modal, sejumlah warga Dieng Kulon juga bekerja di sektor wisata dengan menjadi pemandu wisata, makelar kamar penginapan, dan juru parkir. Hal ini menunjukkan, aktivitas wisata di Dieng Kulon telah membawa berkah ekonomi bagi masyarakat setempat.
Pengembangan desa wisata menjadi salah satu jalan untuk menghadirkan kesejahteraan warga. Sejumlah desa wisata juga getol menarik wisatawan, salah satunya memanfaatkan ajang Kompas Travel Fair 2023 yang berlangsung di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, 1-3 September 2023.
Desa wisata yang turut di ajang ini meliputi Desa Wisata Keranggan di Tangerang Selatan, Banten; Desa Wisata Hanjeli di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat; Desa Wisata Cipta Karya di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat; Desa Wisata Kelawi di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung; Desa Wisata Jeruju Besar di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat; serta Desa Wisata Pecinan Glodok di DKI Jakarta.