Pendidikan Kesehatan Reproduksi Tak Banyak Pengaruhi Perilaku Seksual Remaja
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi penting diberikan kepada remaja awal sebagai modal menyiapkan generasi untuk Indonesia Emas 2045. Pendidikan kesehatan reproduksi jangan dipandang hal tabu.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pemahaman tentang kesehatan reproduksi bagi kalangan remaja awal melalui pendidikan formal di sekolah dinilai tidak banyak mempengaruhi keaktifan perilaku seksual di kalangan temaja usia 10 tahun sampai 14 tahun. Pendidikan kesehatan reproduksi melalui jalur formal justru dinilai berdampak positif bagi remaja awal itu karena akan memberikan pemahaman pentingnya melindungi diri dari risiko penularan penyakit seksual, kehamilan dini, dan juga dapat mencegah remaja menjadi korban ataupun pelaku kekerasan atau perundungan.
Perihal itu diungkapkan Manajer Program Penelitian Studi Global pada Remaja Awal (Global Early Adolescent Study/GEAS) Anggriyani Wahyu Pinandri dalam acara diseminasi hasil penelitian tentang Situasi Kesehatan dan Kesejahteraan Remaja Indonesia atau hasil GEAS 2020-2023 tahap 3 untuk Kota Denpasar di Kota Denpasar, Bali, Senin (28/8/2023).
Adapun penelitian GEAS ditujukan untuk memahami pengaruh sosialisasi jender dan proses sosial lain terhadap kesehatan dan kesejahteraan remaja awal. Studi GEAS Indonesia itu untuk melihat dampak dari pendidikan seksualitas komprehensif hasil implementasi program Semangat Dunia Remaja (Setara) untuk remaja usia 12 tahun-14 tahun, yang diintervensikan selama dua tahun di sekolah menengah pertama sejak 2019-2020.
Intervensi program Setara dan studi GEAS Indonesia difasilitasi Ruang Temu Generasi Sehat Indonesia (Rutgers Indonesia) bersama Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dengan dukungan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Studi GEAS di Indonesia dijalankan di tiga kota, yakni Kota Semarang (Jawa Tengah), Bandar Lampung (Lampung), dan Kota Denpasar (Bali). Dalam studi GEAS itu juga diteliti perihal perilaku dan pengalaman para remaja awal itu mengenai kesehatan mental, termasuk perihal perundungan maupun kekerasan, selain kesehatan reproduksi. Terdapat enam sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Denpasar yang dilibatkan dalam kajian GEAS Indonesia itu.
Berhubungan seksual
Hasil studi GEAS 2020-2023 untuk Kota Denpasar, dari 1.886 murid sekolah menengah pertama di enam sekolah menengah pertama, yang menjadi peserta GEAS Kota Denpasar, hanya 57 peserta putra dan sembilan peserta putri yang menyatakan pernah berhubungan seksual dalam periode 2018-2021. Adapun pasangan, yang diajak berhubungan seksual, umumnya adalah pacar. Sementara itu, alasan pertama remaja awal itu memulai hubungan seksual itu adalah karena ingin tahu.
Dalam paparan hasil studi GEAS itu juga menunjukkan, diskusi di antara remaja di sekolah di Kota Denpasar tentang hubungan seksual dan kehamilan diindikasikan mengalami peningkatan dalam kurun tiga tahun penelitian itu berlangsung. Secara umum, semakin banyak pula siswa usia remaja awal di Kota Denpasar, yang menjawab benar terhadap pertanyaan bahwa satu kali berhubungan seksual dapat mengakibatkan kehamilan dan satu kali berhubungan seksual dapat terkena HIV.
Seiring waktu penelitian berlangsung, pengetahuan tentang kehamilan dan penularan HIV di kalangan pelajar usia remaja awal itu diindikasikan semakin meningkat meskipun secara umum, pengetahuan tentang HIV dan kondom diindikasikan masih rendah.
Waktu pemberian materi kesehatan reproduksi di sekolah juga kurang, hanya satu jam belajar.
Pendidikan di sekolah dengan masukan program Semangat Dunia Remaja (Setara) selama kurun 2019-2020 diindikasikan belum signifikan terhadap pengetahuan tentang kesehatan reproduksi meskipun pengetahuan remaja awal tentang kesehatan reproduksi meningkat.
Dalam acara diseminasi hasil penelitian GEAS Indonesia untuk Kota Denpasar, Senin (28/8/2023), seorang siswa SMP Negeri 4 Kota Denpasar mengungkapkan, pendidikan tentang kesehatan reproduksi maupun kesehatan mental melalui intervensi program Setara di sekolah itu masih sebatas pengetahuan dan masih kurang efektif karena terbatasnya waktu pengajaran di sekolah. Siswa itu mengaku penting baginya untuk mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja seusianya.
Sementara itu, seorang guru di SMP Negeri 6 Kota Denpasar mengatakan, materi kesehatan reproduksi juga penting diketahui para orang tua, selain diajarkan kepada para murid. Guru itu bahkan mengusulkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja awal dimasukkan dalam kurikulum pengajaran di sekolah dan diajarkan sebelum remaja memasuki masa pubertas. ”Waktu pemberian materi kesehatan reproduksi di sekolah juga kurang, hanya satu jam belajar,” ujar guru itu dalam acara diseminasi GEAS untuk Kota Denpasar, Senin (28/8/2023).
Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Kota Denpasar Anak Agung Gede Wiratama mengatakan, pihaknya mendukung pendidikan kesehatan reproduksi diajarkan kepada remaja, bahkan pendidikan kesehatan reproduksi dapat diajarkan mulai pendidikan awal, mulai taman kanak-kanak dan sekolah dasar.
Wiratama menyatakan, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja awal itu juga penting diketahui para orang tua sehingga orangtua mengenali dan mengetahui perkembangan kondisi putra atau putri mereka.
”Pendidikan kesehatan reproduksi ini agar tidak ditabukan lagi. Orangtua agar tahu pentingnya kesehatan reproduksi dan tidak melarang anak untuk menerima informasi terkait kesehatan reproduksi,” ujar Wiratama dalam sambutannya di acara diseminasi GEAS Indonesia untuk Kota Denpasar, Senin (28/8/2023).
Dalam acara diseminasi studi GEAS Indonesia itu, peneliti senior Pusat Kesehatan Reproduksi UGM, yang juga peneliti utama GEAS, Siswanto Agus Wilopo, menegaskan pentingnya berinvestasi dan memberikan perhatian serius kepada kesehatan reproduksi pada remaja. Siswanto mengatakan, remaja adalah aset bangsa, yang penting dan perlu disiapkan menuju Indonesia Emas 2045.
Intervensi bagi remaja, menurut Siswanto, akan memberikan tiga keuntungan bagi bangsa, di antaranya, terciptanya generasi remaja sehat dan disiapkannya generasi Indonesia sehat menuju Indonesia Emas 2045. ”Namun, perhatian terhadap remaja masih rendah, bahkan dalam RPJMN, isu remaja hanya disinggung sebagian kecil dari program nasional,” ujar Siswanto.