Alih Fungsi Jadi Perumahan, Areal Persawahan di Padang Terus Menyusut
Pembangunan perumahan menjadi penyebab utama menyusutnya lahan persawahan di Kota Padang. Melalui perda RTRW, pemkot berupaya mempertahankan separuh lahan sawah tersisa pada 2030.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Areal persawahan di Kota Padang, Sumatera Barat, terus menyusut dari tahun ke tahun akibat alih fungsi lahan, terutama untuk perumahan. Melalui Perda RTRW, pemerintah kota berupaya mempertahankan setidaknya separuh lahan persawahan pada tahun 2030.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kota Padang, lahan sawah yang tersisa saat ini sekitar 5.216 hektar. Jumlah tersebut berkurang 1.202 hektar dari tahun 2016 dengan luas 6.418 hektar. Rata-rata lahan sawah di ibu kota Provinsi Sumbar ini berkurang sekitar 200 hektar per tahun.
Penyebab utama menyusutnya areal persawahan di Padang menurut dinas pertanian setempat adalah alih fungsi lahan dari sawah menjadi perumahan. Pantauan di lapangan pada Jumat (25/8/2023) dan Sabtu (26/8/2023), sejumlah proyek perumahan tengah dikerjakan di bekas lahan persawahan.
Di Kelurahan Batipuh Panjang, Kota Padang, Sabtu siang, misalnya, puluhan rumah sedang dibangun di sekitar areal persawahan. Menurut warga sekitar, proyek tersebut dikerjakan sejak dua tahun terakhir.
”Dulu areal itu pernah jadi sawah, sekitar 12 petak. Namun, 8-10 tahun terakhir tidak lagi digarap karena liat kekurangan air. Pemiliknya sudah meninggal, sedangkan anak-anaknya sudah jadi pegawai. Akhirnya, dijual untuk perumahan,” kata Zulfan (58), petani padi di sekitar lokasi, Sabtu siang.
Pembangunan perumahan juga berlangsung di sekitar lahan persawahan di Kelurahan Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji, Kota Padang. Jumat menjelang siang, para tukang tengah mengerjakan pembangunan rumah yang hampir jadi.
Arif Rahman Hariko (38), petani padi di sekitar lokasi itu, mengatakan, sepengetahuannya, perumahan tersebut sebelumnya bekas persawahan. Lahan itu sudah lama dibeli pengembang, tetapi baru dibangun beberapa tahun terakhir.
”Dulu setelah dibeli, pemilik baru sempat meminta petani untuk menggarap daripada lahannya menganggur. Sekarang karena butuh, diambil lagi untuk dibangun perumahan,” kata Hariko, Jumat.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kota Padang Yoice Yuliani mengatakan, lahan persawahan di kota ini memang terus menyusut. Saat ini, luas lahan tersisa sekitar 5.200 hektar. Kecamatan dengan sebaran sawah paling banyak, yaitu Koto Tangah sekitar 1.400 hektar, Kuranji 1.300 hektar, dan Bungus Teluk Kabung 700 hektar.
”Luas lahan sawah memang berkurang akibat alih fungsi lahan. Tadinya lahan sawah, sekarang jadi lahan perumahan. Padang adalah perkotaan, pertumbuhan penduduk cepat sekali,” kata Yoice, Jumat.
Yoice menjelaskan, produksi padi di Padang tahun lalu sekitar 45.000 ton. Sementara hingga Juli, produksi padi sekitar 27.000 ton dari target tahun 2023 sekitar 50.000 ton. Produksi padi di Padang hanya berkontribusi sekitar 30 persen kebutuhan penduduk, sisanya dipasok dari daerah lain di Sumbar, seperti Padang Pariaman, Solok, dan Tanah Datar.
Luas lahan sawah memang berkurang akibat alih fungsi lahan. Tadinya lahan sawah, sekarang jadi lahan perumahan.
Sebagai upaya mempertahankan areal persawahan di Padang, Yoice mengatakan, pemkot sudah menerbitkan Perda Kota Padang Nomor 3 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang Tahun 2010-2030.
Dalam perda tersebut, kata Yoice, diatur zonasi, yaitu zona hijau dan zona budidaya. Zona hijau merupakan lahan persawahan yang mesti dipertahankan, sedangkan zona budidaya bisa dialihfungsikan untuk perumahan. ”Sesuai RTRW, lahan persawahan yang bisa dipertahankan hingga 2030 seluas 2.817,86 hektar,” kata Yoice.
Yoice menambahkan, sebagai orang pertanian, ia tentu berharap areal persawahan di Padang bisa dipertahankan. Walakin, keputusan tetap bergantung pada pemilik lahan dengan mengacu ke Perda RTRW.
”Kalau masyarakat yang punya tanah, mereka tentu lebih mencari keuntungan. Jual tanah untuk perumahan lebih mahal ketimbang mereka bertani,” ujarnya.