Pertemuan Ilmiah Diharapkan Tumbuhkan Minat Dokter Muda Jadi Ahli Bedah Plastik
Jumlah dokter spesialis bedah plastik di Indonesia hanya sekitar 300 orang, terlampau kecil untuk melayani kebutuhan masyarakat. Pertemuan ilmiah di Manado diharapkan dapat meningkatkan minat.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS Jumlah dokter spesialis bedah plastik rekonstruksi dan estetik di Indonesia masih terlampau kecil di tengah kerentanan masyarakat pada layanan operasi plastik ilegal. Pertemuan ilmiah tahunan kedokteran bedah plastik di Manado diharapkan dapat menumbuhkan minat dokter umum mengambil spesialisasi tersebut demi melindungi masyarakat.
Pertemuan ilmiah tahunan (PIT) ke-26 Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indonesia (Perapi) diadakan di Manado, Sulawesi Utara, Rabu-Jumat (23-25/8/2023). Acara itu diikuti sedikitnya 450 peserta, yang terdiri dari dokter dan mahasiswa kedokteran.
Dalam konferensi pers, Kamis (24/8/2023), Ketua Perapi dr Najatullah mengatakan, rangkaian seminar tiga hari itu diampu 46 ahli bedah plastik dalam negeri dan 26 ahli dari luar negeri. Mereka, antara lain, dari Amerika Serikat, Australia, China, Jepang, Korea, dan Taiwan.
Ada sembilan topik yang diangkat dalam kursus dan lokakarya, antara lain transplantasi rambut, bedah estetik dan rekonstruksi payudara, operasi bentuk hidung (rhinoplasty) Asia dengan mikroskop, dan manajemen keretakan rahang bawah. Di samping itu, terdapat kursus instruksional dalam perawatan luka, penanganan lesi kulit, hingga pencangkokan lemak pada wajah.
”Kami punya rekan-rekan kerja organisasi profesi di negara lain. Dengan kehadiran mereka, tujuan akhir adalah meningkatkan profesionalisme dokter, tidak hanya melihat situasi medis di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri,” kata Najatullah.
Dengan demikian, diharapkan terjadi pertukaran pengetahuan serta praktik terbaik di antara dokter bedah plastik. ”Dalam rekonstruksi, misalnya, kami menatalaksanai kecatatan seperti bibir sumbing, cacat bawaan yang cukup banyak di Indonesia. Dokter kita banyak yang sudah jadi pembicara di luar negeri sehingga ada pertukaran ilmu,” ujarnya.
Di samping itu, PIT juga diharapkan memperkenalkan ilmu bedah plastik kepada para dokter umum dan calon dokter demi mengatasi ketimpangan pasokan dokter bedah plastik di tengah tingginya permintaan. Kini hanya ada lebih kurang 300 dokter bedah plastik di Indonesia. Sebagian besar terkonsentrasi di Jawa.
Ketua Perapi Cabang Sulawesi dan Kalimantan dr Fonny Josh mengatakan, di seluruh Sulawesi hanya ada 11 spesialis bedah plastik. Tujuh berpraktik di Sulawesi Selatan, tiga di Sulut, dan satu di Sulawesi Tenggara.
Fonny membenarkan, layanan bedah plastik memang lebih erat diasosiasikan dengan estetika yang merupakan kebutuhan kesehatan tersier. Namun, tidak demikian untuk rekonstruksi, seperti mengatasi kecacatan atau kerusakan pada bagian tubuh akibat kecelakaan.
”Pekerjaan kami sangat banyak, termasuk yang untuk estetik, tetapi jumlah kami sedikit. Akhirnya, banyak orang, dokter maupun nondokter, yang memberikan operasi bedah plastik, padahal mereka bukan spesialis. Masyarakat juga tergiur karena layanan seperti itu sering dipromosikan lewat media sosial,” katanya.
Seperti hasil investigasi Kompas yang diterbitkan pada April 2022, banyak pihak bukan dokter spesialis bedah plastik yang memberikan pelayanan kecantikan secara ilegal, seperti tanam benang, suntik silikon, dan infus pemutih. Layanan ini diberikan secara klandestin, dari hotel hingga salon.
Dari pengalamannya, Fonny pernah menangani pasien yang datang dengan infeksi di wajah akibat jasa kecantikan ilegal itu. ”Kami harus melindungi masyarakat dari tindakan seperti itu supaya tidak semakin banyak orang Indonesia, khususnya perempuan, yang wajah atau tubuhnya rusak,” katanya.
Menurut Fonny, dalam beberapa kasus, ada pula dokter nonspesialis bedah plastik yang terlibat dalam praktik tersebut. Menurut dia, masyarakat bisa proaktif menghindari layanan ilegal tersebut dengan memeriksa nomor surat tanda registrasi (STR) dan surat izin praktik (SIP) dokter.
Kendati begitu, Najatullah menyebut situasi ini tak mudah diatasi. Sebab, para dokter tidak boleh mempromosikan layanan mereka. Di samping itu, layanan bedah plastik profesional juga dipersepsikan mahal.
Untuk itu, ia menegaskan, Perapi akan berupaya memainkan peran sekalipun andil organisasi profesi dikurangi sejak penerbitan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. ”Organisasi profesi ini harus tetap ada untuk menjaga profesionalisme dokter, menjadi wadah berkumpul dan saling belajar,” katanya.
Sementara itu, ketua panitia PIT ke-26 Perapi, dr Mendy Hatibie Oley, mengatakan, PIT diharapkan mendorong penerbitan karya-karya ilmiah serta kolaborasi antarpraktisi. Karya-karya tersebut berpeluang diterbitkan di jurnal saintifik internasional melalui jejaring organisasi profesi lintas negara.
”Topik-topik yang kami angkat di PIT ini sebenarnya adalah yang menarik bagi generasi muda, terutama dokter-dokter yang akan melanjutkan ke bidang bedah plastik. Diharapkan nantinya mereka bisa melihat, ternyata terbuka kesempatan berkarier di bidang ini,” ujarnya.
Wisata kesehatan
Di samping itu, dalam jangka panjang, Mendy juga berharap PIT dapat berkontribusi mewujudkan pariwisata kesehatan yang diusung Pemprov Sulut. ”Jadi, ini kita akan upayakan, apakah mau menarget pasar Indonesia timur atau bagaimana. Tetapi, kami para dokter sendiri harus siap,” katanya.
Sementara itu, Staf Khusus Gubernur Sulut Bidang Pariwisata Dino Gobel menyebut acara-acara seperti PIT Perapi akan memacu sektor MICE (pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran) serta pariwisata kesehatan di Sulut. Acara ini juga menjadi sarana promosi pariwisata Sulut di kalangan dokter.
”Efek promosinya sudah mulai terasa karena para dokter langsung travelling ke Bunaken, dataran tinggi Minahasa dan Tomohon, juga Likupang. Event seperti ini akan jadi penguat,” ujarnya.