Risiko Kebakaran di Surabaya Tinggi, Perkuat Upaya Pencegahan
Risiko kebakaran di Surabaya, Jawa Timur, masih tinggi. Harus ada upaya pencegahan yang komprehensif untuk meminimalkan terjadinya peristiwa kebakaran.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sejak awal tahun ini, terjadi 309 kasus kebakaran di Surabaya, Jawa Timur. Rentetan kasus itu menunjukkan tingginya risiko kebakaran di Surabaya sehingga upaya pencegahan perlu diperkuat.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya Dedik Irianto mengatakan, sejak Januari 2023 sampai dengan Rabu (23/8/2023), tercatat 309 kasus kebakaran yang menimbulkan 1.015 kegiatan evakuasi di Surabaya.
Kasus kebakaran itu terdiri dari 5 peristiwa kebakaran industri, 41 kebakaran rumah, 74 kebakaran sampah, 116 kebakaran lahan terbuka, dan 73 kebakaran lainnya. ”Risiko kebakaran meningkat dalam musim kemarau ketika cuaca kering,” kata Dedik.
Oleh karena itu, sebanyak 650 petugas DPKP Surabaya beserta 76 unit kendaraan disiagakan selama 24 jam. Selain itu, para petugas tetap berlatih penyelamatan dalam kedaruratan dan tali temali serta rutin mengecek peralatan dan kelengkapan.
Dedik menambahkan, petugas juga rutin berkeliling ke kampung-kampung untuk melakukan sosialisasi mengenai risiko kebakaran. Hal itu penting untuk membangun kesadaran masyarakat tentang upaya pencegahan kebakaran.
Selama ini, kesadaran masyarakat untuk mencegah kebakaran dinilai masih perlu ditingkatkan. Sebab, dalam beberapa kasus, kebakaran terjadi akibat ulah manusia, misalnya membakar sampah, membakar ilalang di lahan terbuka, serta mengabaikan aspek keselamatan di rumah dan bangunan lain sehingga rentan kebakaran.
Di sisi lain, kesadaran masyarakat untuk menyiapkan alat pemadam api ringan (APAR) juga masih perlu diperkuat. Penguatan keterampilan penanganan kebakaran mendadak dan upaya evakuasi jika terjadi kebakaran juga perlu dilakukan.
”Kami juga berpatroli untuk menemukan spot-spot (titik-titik) potensial kebakaran dan segera melakukan penanganan agar tidak berdampak meluas,” ujar Dedik.
Dari sisi statistik, jumlah kasus kebakaran di Surabaya tahun ini kemungkinan menurun jika dibanding tahun-tahun sebelumnya. Berdasar catatan Kompas, pada Januari-September 2022, terjadi 549 kasus kebakaran di Surabaya. Adapun jumlah kebakaran di ”Kota Pahlawan” selama 2022 sebanyak 614 kejadian.
Sementara itu, tercatat 644 peristiwa kebakaran pada tahun 2021, 684 kasus pada 2020, dan 944 kebakaran pada 2019. ”Jika di tahun ini menurun lagi kasus kebakarannya, bisa menjadi salah satu indikator kesadaran masyarakat meningkat,” kata Dedik.
Kami juga berpatroli untuk menemukan spot-spot (titik-titik) potensial kebakaran dan segera melakukan penanganan agar tidak berdampak meluas
Amien Widodo, peneliti senior Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, mengingatkan, kebakaran, terutama di industri, perumahan, dan lahan terbuka, merupakan dampak aktivitas manusia. Untuk itu, penting mengutamakan mitigasi atau pencegahan.
”Bahkan, kebakaran karena korsleting listrik itu pada dasarnya dampak manusia abai,” ujar Amien.
Amien menyebut, kebakaran bisa bersumber dari korek api yang menyala dan menyambar, kompor lupa dimatikan, penumpukan di steker listrik dan tidak dicabut, kebocoran gas, lilin, obat nyamur bakar, dupa menyala, instalasi listrik yang rentan menimbulkan percikan, serta pembakaran sampah atau lahan.