Kabut Asap Selimuti Kota di Kalteng, Hujan Buatan Mulai Dilakukan
Kualitas udara di Kota Palangkaraya mulai tidak sehat beberapa hari belakangan seiring kian banyaknya kejadian kebakaran lahan. Pemerintah mulai lakukan modifikasi cuaca untuk atasi polusi dan membantu pembasahan lahan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Teknologi modifikasi cuaca untuk mendatangkan hujan mulai digunakan di Kalimantan Tengah. Hal ini dilakukan karena kabut asap tipis mulai menyelimuti beberapa kota di Kalteng. Akibatnya, udara tidak lagi sehat untuk dihirup.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng Ahmad Toyib menjelaskan, modifikasi cuaca dilakukan di Kabupaten Kapuas, Barito Utara dan Kabupaten Barito Selatan. Ketiga wilayah itu dinilai paling rawan kebakaran kawasan gambut.
”Modifikasi cuaca dilakukan untuk pembasahan lahan gambut kering dan terbakar,” kata Toyib di Palangkaraya, Rabu (23/8/2023).
Toyib menambahkan, modifikasi cuaca dilakukan dengan menyemai awan yang memiliki potensi hujan di ketinggian 10.000 kaki atau lebih kurang 3.000 meter. Sampai saat ini, pihaknya sudah menggunakan 800 kilogram bahan baku semai awan dan masih tersisa 12.300 kg untuk dipakai di wilayah lain di Kalteng. Bahan baku yang digunakan antara lain garam dapur.
Berdasarkan data dari BPBPK Provinsi Kalteng, selama 2023, telah terjadi 1.438 kebakaran. Luas lahan yang hangus 4.493,47 hektar. Selama 24 jam terakhir, setidaknya 66 kejadian yang membakar lahan seluas 177,2 hektar. Asap tipis mulai menyelimuti beberapa kota seperti wilayah Sampit di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kota Palangkaraya dan Pangkalan Bun (Kabupaten Kotawaringin Barat).
”Di wilayah dalam kota kebakaran lebih mudah dikendalikan, tetapi yang di pelosok ini butuh bantuan helikopter water bombing untuk pemadamannya,” ungkap Toyib.
Petugas gabungan di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, berjibaku memadamkan api yang melahap lahan di Jalan Matal, Kecamatan Sabangau, Minggu (13/8/2023). Karhutla di Kalteng terus terjadi setiap hari seiring cuaca yang kian panas karena kemarau.
Di Kota Palangkaraya, titik panas bermunculan di mana-mana. Kejadian kebakaran bahkan terjadi sampai malam hari. Hal itu membuat kabut asap kebakaran dalam tiga hari belakangan sangat mengganggu pernapasan.
Suniarti (34), warga Tingang, Kota Palangkaraya, mengatakan, dirinya dan keluarga mulai memakai masker jika bepergian keluar. Meski kabut tidak terlalu terlihat, bau yang menyengat terasa sejak beberapa malam terakhir.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Palangkaraya Achmad Zaini menjelaskan, berdasarkan data dari ISPUNet, aplikasi pengukur kualitas udara dari KLHK menunjukkan kualitas udara di Kota Palangkaraya masuk kategori tidak sehat. ”Artinya, udara bersifat merugikan bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Memang sudah masuk kategori tidak sehat,” ungkap Achmad.
Sebuah tanah kavling perumahan di Jalan Kalibata, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Senin (14/8/2023), hangus terbakar.
Achmad menambahkan, selain ISPUNet, indeks kualitas udara juga bisa dilihat pada hasil pengukuran Air Quality Monitoring System (AQMS) atau stasiun pemantau kualitas udara yang berada di Kecamatan Jekan Raya dan UPTD Laboratorium Lingkungan Kota Palangkaraya.
Zaini menduga, kenaikan indeks udara dari kategori sedang ke kategori tidak sehat disebabkan makin maraknya karhutla dalam beberapa hari terakhir ini. Pembakaran lahan gambut dapat menyebarkan zat-zat seperti SO2, NO2, Partikulat (PM 10), dan PM 2.5 yang dapat memengaruhi kualitas udara. Zat-zat itu merupakan partikel kecil yang bisa dihirup bersama oksigen masuk ke tubuh manusia dan merupakan zat kimia berbahaya.
”Karena pembakaran gambut ini tidak sempurna, makanya zat-zat berbahaya seperti SO2, NO2, PM 10, dan PM2.5 dapat terlepas ke udara sehingga dapat menyebabkan udara menjadi tidak sehat,” jelas Achmad.
Selain itu, Zaini berpesan agar masyarakat yang melaksanakan aktivitas di luar ruangan untuk dapat memakai masker. ”Masker masih efektif untuk mencegah partikel kecil masuk ke tubuh,” katanya.