Pemprov Jabar membangun puluhan lumbung padi atau ”leuit” melalui program Ketahanan Pangan Digital Desa. Program itu diharapkan menjaga kebutuhan pangan masyarakat di tengah ancaman krisis pangan hingga inflasi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Barat membangun puluhan lumbung padi atau leuit melalui program Ketahanan Pangan Digital Desa. Program itu diharapkan menjaga kebutuhan pangan masyarakat di tengah ancaman lonjakan inflasi, krisis pangan, hingga perubahan iklim.
Sejumlah leuit itu ada di Desa Tersana dan Desa Babakan Losari, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon. Gubernur Jabar Ridwan Kamil meresmikan leuit itu pada Selasa (22/8/2023). Turut hadir Bupati Cirebon Imron dan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Jabar Dicky Saromi.
Emil, sapaan Ridwan Kamil, mengatakan, leuit dalam bahasa Sunda merujuk rumah untuk menyimpan padi. Bangunan itu terinspirasi dari masyarakat adat, seperti Kasepuhan Ciptagelar di Sinaresmi, Kabupaten Sukabumi, Jabar. Leuit berbahan kayu dengan kerangka beton.
”Bedanya, karena leuit ini dibangun di zaman digital, kita memonitor kosongnya, penuhnya, krisisnya (bahan pangan dalam leuit) melalui (alat) digital. Makanya, disebut Tapal Desa (Ketahanan Pangan Digital Desa) Leuit Juara,” ujar Emil. Pihaknya pun telah menyiapkan aplikasi untuk mengecek leuit.
Menurut Emil, pemerintah perlu membangun ketahanan pangan sejak dari desa. ”Sebab, di masa depan, perang dunia bisa datang gara-gara krisis rebutan sumber pangan. Maka, di Jawa Barat tidak boleh ada rakyat yang kelaparan karena setiap dusun, desa, insya Allah, akan punya leuit,” ungkapnya.
Ia pun berharap, pemerintah dan masyarakat desa menyetor sejumlah hasil panennya ke dalam leuit. Bahan pangan itu akan disalurkan untuk warga kurang mampu. Apalagi, potensi lahan pertanian di provinsi berpenduduk hampir 50 juta jiwa itu cukup luas untuk memenuhi kebutuhan warga.
”Dalam lima tahun kami menambah sekitar 60.000 hektar area panen baru. Hasilnya, 1,3 juta ton kita kelebihan beras, surplus, dan dijual ke provinsi lain setiap tahun,” ujar Emil. Pihaknya juga membuat program Petani Milenial untuk mengantisipasi minimnya tenaga kerja di sektor pertanian.
Kepala DPMD Jabar Dicky Saromi menambahkan, kehadiran leuit, bangunan seluas 3,5 x 2,5 meter, dapat menampung 5-10 ton padi.
”Melalui program ini, telah dibangun 32 leuit dan sekarang akan dibangun 40 leuit. Jadi ada 75 leuit setahun terakhir,” katanya.
Leuit itu tersebar di Kabupaten Cirebon, Karawang, Bekasi, Kuningan, Ciamis, hingga Pangandaran. Pihaknya menyerahkan pengelolaan leuit kepada pemdes setempat.
”Yang paling penting ada kelembagaan apakah melalui BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) atau lainnya,” ujarnya.
Terkait cara pengumpulan bahan pangan di leuit, pihaknya menyerahkan ke setiap desa. Salah satunya, melalui penyaluran zakat pertanian atau yang lainnya.
”Kami mengangkat lumbung pangan atau leuit untuk mengantisipasi inflasi di Indonesia dan dunia serta perubahan iklim,” katanya.
Bupati Cirebon Imron mengapresiasi kehadiran dua leuit di wilayahnya. Ia berharap ketahanan pangan di desa dapat meningkatkan kemandirian desa. Dari 412 desa di Cirebon, hanya 44 desa yang masuk kategori berkembang.
”Untuk Desa Maju ada 240 dan Desa mandiri 128 desa,” katanya.