Makna Kemerdekaan di Balik Perayaan Awak KM Sabuk Nusantara 67
Mereka menggelar berbagai perlombaan sebagai ungkapan syukur dan kegembiraan atas pelayanan yang dapat mereka berikan bagi warga di pelosok negeri.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
Kendati perayaan HUT Kemerdekaan Ke-78 RI telah lewat beberapa hari, awak Kapal Motor Sabuk Nusantara 67 tak ingin momen tersebut berlalu begitu saja. Minggu (20/8/2023), di atas kapal perintis yang dioperasikan PT Pelni itu, mereka menggelar berbagai perlombaan sebagai ungkapan syukur atas pelayanan yang dapat mereka berikan bagi warga di pelosok negeri.
Awak kapal baru bisa menggelar acara tersebut setelah kapal tiba di Pelabuhan Tenau, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Demi keselamatan pelayaran, mereka tidak menggelar acara ketika HUT RI pada Kamis (17/8/2023). Kala itu, kapal sedang berlayar dari Pulau Lirang di Provinsi Maluku menuju Wini, kemudian berakhir di Kupang.
Sambil menunggu jadwal keberangkatan pada Selasa (22/8/2023), mereka menggelar acara. Kafetaria disulap menjadi arena pentas yang dihiasi dengan berbagai ornamen bercorak merah putih sebagaimana warna bendera Indonesia. Ada balon, bendera, dan tulisan ”Dirgahayu Republik Indonesia Ke-78” yang ditempel pada dinding.
Para awak kapal yang berjumlah 22 orang itu semuanya terlibat. Mereka mengenakan kostum merah muda. Setiap mereka mengikuti berbagai mata lomba baik secara individu maupun kelompok. Ada lomba makan mi, makan kerupuk, pasang topi, hingga memasukkan paku ke dalam botol. Hadiah yang disiapkan sesuai dengan kebutuhan harian seperti perlengkapan mandi dan cuci.
”Acara ini sebagai bentuk ucapan syukur kami atas nikmat kemerdekaan yang kita semua rasakan. Seperti masyarakat Indonesia yang di darat, kami yang bekerja di laut juga tidak ingin momen ini berlalu begitu saja,” kata nakhoda KM Sabuk Nusantara 67, Kapten Petrus Parapaga.
Menurut dia, kegembiraan yang ditampilkan lewat berbagai perlombaan itu dimaknai sebagai perayaan atas pelayanan yang mereka berikan bagi negeri ini. Bentuknya adalah melayani kebutuhan transportasi laut bagi warga yang bermukim di daerah pelosok dan pinggiran negeri.
KM Sabuk Nusantara 67 menjalankan misi pelayaran perintis untuk wilayah NTT dan Maluku dengan menyinggahi 28 titik labuh. Hampir semua daerah yang didatangi berada di perbatasan antara Indonesia dan negara tetangga, Timor Leste. Sebagian lagi berada di daerah terpencil.
Acara ini sebagai bentuk ucapan syukur kami atas nikmat kemerdekaan yang kita semua rasakan. (Petrus Parapaga)
Di NTT, titik persinggahan dimaksud seperti Naikliu di pelosok Pulau Timor dan Wini di dekat perbatasan Timor Leste. Sementara untuk wilayah Maluku di antaranya Pulau Lirang, Wetar, Kisar, Moa, Luang, Romang, dan Kroing.
Setiap kali berlayar, kapal mengangkut bahan kebutuhan pokok dan barang penting lainnya. Sering kali pula kapal perintis menjadi penyelamat bagi para pasien yang hendak berobat ke rumah sakit, yang semuanya berada di ibu kota kabupaten atau provinsi.
Erna Karuna, warga Pulau Luang, Kabupaten Maluku Barat Daya, mengatakan, kehadiran kapal perintis telah membuka keterisolasian masyarakat di daerah itu. Kini, di Pulau Luang telah dilayani tiga kapal perintis termasuk, KM Sabuk Nusantara 67. Pelayanan kapal berlangsung sepanjang tahun, kecuali terjadi gelombang tinggi.
Padahal, di Pulau Luang tidak ada pelabuhan. Kapal melakukan bongkar muat di tengah laut dengan risiko tinggi. ”Awak kapal mau mengambil risiko itu demi melayani masyarakat. Mereka ikut berkontribusi dalam memerdekakan masyarakat dari keterisolasian,” ujar Erna.
Kelancaran transportasi laut, kata Erna, telah menghidupkan perekonomian warga setempat yang kebanyakan petani rumput laut. Berkat kapal perintis, hasil panen mereka kini lebih mudah mencapai pasar di Pulau Jawa. Harga jual pun memuaskan.
Hasil penjualan digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian dan selebihnya digunakan untuk membangun rumah dan menyekolahkan anak. ”Ekonomi masyarakat berubah jauh lebih baik setelah mereka mengusahakan budidaya rumput laut. Mereka mengerjakan itu karena ada jaminan transportasi,” katanya.
Sementara itu, Anos Yeremias, anggota DPRD Provinsi Maluku, mengucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat, khususnya Kementerian Perhubungan dan PT Pelni, yang telah hadir membantu masyarakat di daerah terpencil. Pelayaran perintis disubsidi oleh anggaran yang berbasis di Kementerian Perhubungan. Di sisi lain, Pelni bertindak sebagai operator kapal.
Anos berharap dukungan subsidi pelayaran perintis yang gencar dilakukan pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo agar dipertahankan oleh pemimpin berikutnya. Sebab, sudah terbukti pelayaran membawa perubahan berarti bagi kehidupan masyarakat di pinggiran negeri.
Perayaan HUT Kemerdekaan Ke-78 RI oleh awak KM Sabuk Nusantara 67 tak bisa dipandang sebatas aksi biasa. Mereka bergembira lantaran ikut memerdekakan masyarakat di pinggiran negeri dari sulitnya transportasi laut yang dialami selama bertahun-tahun.