Presiden: Anak Muda Indonesia Harus Unggul Penguasaan Teknologi hingga Budi Pekerti
Presiden Jokowi menyebut anak muda generasi Y dan Z adalah ”digital native” generasi unggul Indonesia. Mereka harus mempersiapkan diri menguasai iptek yang berkembang sangat cepat sekaligus merawat moral.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS – Presiden Joko Widodo menyebut anak-anak muda generasi Y dan Z di Indonesia adalah generasi unggul karena lahir di era digital (digital native). Karena itu, generasi muda Indonesia harus terus menyiapkan diri menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat cepat.
Presiden menyampaikan hal itu saat membuka Muktamar XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Gedung Serbaguna Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang, Sabtu (19/8/2023).
”Saya harap pelajar Muhammadiyah dapat menjadi teladan, generasi muda Muslim yang berkemajuan, penguasaan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi)-nya hebat, sekaligus memiliki moral, budi pekerti, dan mental yang hebat,” kata Presiden.
Muktamar IPM itu dihadiri Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) IPM Nashir Efendi, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, dan Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo.
Selain itu, ada Panglima Tentara Nasional Indonesia Laksamana Yudo Margono, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, dan Wali Kota Medan Bobby A Nasution. Ribuan pelajar Muhammadiyah dari seluruh Indonesia ikut memadati Gedung Serbaguna itu.
Presiden mengatakan, dunia saat ini tengah dilanda disrupsi teknologi, terutama digital. Oleh karena itu, sekarang adalah zamannya generasi Y (kelahiran 1981-1996) dan generasi Z (kelahiran 1997-2012).
”Apa-apa serba digital. Mau lihat menu di restoran, (pakai) digital lewat QRcode. Mau belanja juga digital, lewat marketplace. Mau pesan kendaraan juga lewat digital, lewat aplikasi,” ucap Jokowi.
Presiden mengatakan, teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) juga berkembang pesat dan diperkaya lagi dengan generative artificial intelligence. Jokowi mencontohkan aplikasi ChatGPT.
Aplikasi itu, lanjutnya, sudah akrab digunakan pelajar untuk mengerjakan tugas sekolah, jurnal, hingga membantu menyusun tugas akhir dan skripsi di perguruan tinggi.
”Kita tanya apa pun (di ChatGPT) dia bisa jawab. Bisa disuruh melakukan analisis. Disuruh menyiapkan materi dia bisa. Ngerjain tugas, makalah, skripsi, dia bisa,” ujar Jokowi.
Akan tetapi, Presiden berpesan agar generasi muda harus tetap memiliki moral, budi pekerti, dan mental yang hebat. ”Buat saya, itulah sosok pelajar Muhammadiyah idaman,” lanjutnya.
Haedar mengatakan, pelajar Muhammadiyah harus tetap menjadi pelajar religius, cerdas, toleran, hingga menjaga persatuan bangsa Indonesia. ”Jadilah insan-insan yang selalu menjaga harmoni, toleransi, dan persatuan dengan seluruh komponen masyarakat bangsa dan golongan di Republik Indonesia tercinta ini,” katanya.
Haedar menyebutkan, akan selalu ada panggilan bagi pelajar Muhammadiyah untuk berperan dalam kehidupan kebangsaan, termasuk berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi.
”Dalam peran kebangsaan, mari berpartisipasi aktif. Dalam proses demokrasi, ikutilah teladan para tokoh bangsa yang lahir dari rahim Muhammadiyah,” ujarnya.
Nashir Efendi mengatakan, IPM mencetuskan profil pelajar islami. Hal itu seperti taat beribadah dan toleran, cerdas belajar, jiwa membaru, sehat jiwa dan raga, mandiri, suka memberi, dan cinta lingkungan.
Menurut Nashir, generasi muda juga harus berperan aktif pada Pemilihan Umum 2024, jangan hanya jadi obyek politik. Dia menyebutkan, 47,5 juta pemilih atau sekitar 23 persen pada Pemilu 2024 merupakan anak muda. Itu artinya, 1 dari 4 pemilih merupakan anak muda.
”Basis massa IPM berada di kelompok anak muda ini,” kata Nashir.