Babinsa turut dilibatkan untuk mendeteksi katarak di masyarakat Jawa Tengah. Keterlibatan mereka diupayakan akan terus dilakukan untuk penanganan katarak di tahun-tahun mendatang.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Kodam IV/Diponegoro akan terus berupaya membantu penanganan kasus penyakit mata katarak yang ada di desa-desa di Jawa Tengah. Dalam hal ini, deteksi katarak di masyarakat dilakukan dengan menggerakkan segenap personel bintara pembina desa atau babinsa.
”Deteksi katarak oleh babinsa di desa-desa sudah berjalan di tahun ini, dan sebisa mungkin akan kami lakukan kembali di tahun depan,” ujar Panglima Kodam IV/Diponegoro Mayjen TNI Widi Prasetijono saat ditemui di sela-sela acara bakti sosial operasi katarak gratis di Rumah Sakit Tentara dr Soedjono, Jumat (18/8/2023).
Bakti sosial operasi katarak ini merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan Yayasan Tidar Setia ’93, yayasan yang beranggotakan alumni Akmil tahun 1993. Operasi katarak ini dilakukan bekerja sama dengan New Vision Indonesia. Adapun A New Vision Indonesia adalah yayasan aktif begerak, terlibat dalam kerja sosial operasi katarak sejak tahun 2010.
Dari hasil deteksi yang dilakukan para babinsa di 10 kota/kabupaten di Magelang dan sekitarnya, terdapat lebih dari 1.000 penderita katarak. Ke depan, deteksi akan terus diperluas ke daerah-daerah lainnya.
Widi mengatakan, pihaknya akan berupaya memberikan perhatian serius pada penanganan katarak di Jawa Tengah. Bakti sosial operasi katarak ini dilakukan dengan melibatkan sejumlah dokter yang sebelumnya telah memperdalam ilmu, pendidikan di Nepal. Jika kemudian operasi tidak berhasil, tim dokter yang bekerja pun memastikan akan berupaya mengulang dan menyembuhkan penyakit mata tersebut secara tuntas.
Executive Director New Vision Indonesia, Elwi Jono, mengatakan, sebelum turun ke lapangan, para babinsa terlebih dahulu mendapatkan sosialisasi, informasi dari A New Vision Indonesia, tentang berbagai ragam penyakit mata termasuk katarak.
”Dengan bekal pengetahuan yang kami berikan tersebut, setidaknya para personel babinsa bisa melakukan deteksi, dugaan adanya kasus katarak di masyarakat di desa,” ujarnya.
Deteksi kasus katarak tersebut dilakukan personel babinsa dengan menggunakan snellen chart, yaitu alat atau media optotype yang digunakan dalam pemeriksaan refraksi mata.
Karena tidak semua penyakit katarak bisa terdeteksi secara kasatmata, maka, untuk lebih memastikan, akan dilakukan pemeriksaan mata lanjutan dengan menggunakan alat.
Dalam kegiatan bakti sosial operasi mata ini, semula operasi katarak ditargetkan mampu mengoperasi 1.000 mata. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan, hanya ada 512 orang yang bisa dioperasi. Sebanyak 488 orang lainnya tidak dioperasi karena menderita gangguan mata lain dan ada pula yang sudah menderita katarak sangat parah dan tidak bisa lagi disembuhkan.
Sebanyak 512 warga yang akan dioperasi ini, menurut Elwi, diketahui juga sudah dalam kondisi sakit mata parah, di mana sebagian di antaranya ada yang buta total, ada yang pandangannya sudah kabur, dan ada pula yang memiliki jarak pandang sekitar 1 meter saja.
Rata-rata pasien yang akan dioperasi kali ini berusia di atas 50 tahun. Namun, ada pula satu pasien yang masih berusia tujuh tahun.
Katarak, menurut dia, umumnya terjadi karena penuaan dan faktor usia. Penyebab lainnya adalah karena kondisi mata yang pernah terbentur keras dan sebagian penderita juga ada yang mengalami katarak sebagai bagian dari dampak penyakit Covid-19 yang pernah diderita.
Ketua Yayasan New Vision Indonesia Robert Njo mengatakan, sekitar 81 persen kebutaan di Indonesia terjadi akibat penyakit katarak. Oleh karena itu, penyakit ini sepatutnya mendapatkan perhatian yang cukup serius.
Sejak tahun 2010, yayasan tersebut telah mengoperasi 37.000 mata, yang sebelumnya katarak. Selain di Indonesia, operasi katarak tersebut juga pernah dilakukan di sejumlah negara, seperti Laos, Nepal, dan Birma.
Lasiyem (70), warga Desa Bojong, Kecamatan Mungkid, mengatakan, sebelumnya, selama dua tahun, mata kanannya sama sekali tidak bisa melihat dan pandangan mata sebelah kirinya sudah berangsur kabur.
Dengan keterbatasan pandangan tersebut, dia kemudian beraktivitas dengan menggunakan tongkat dan membatasi aktivitas hanya sebatas ke mushala, toilet, dan sekitar rumah saja. Namun, dia pun bersyukur karena akhirnya bisa mendapatkan bantuan operasi katarak gratis dari Yayasan Tidar Setia dan A New Vision Indonesia.
”Kini, saya sudah bisa kembali melihat,” ujarnya penuh haru.