Tiga begawan budaya Indonesia mendapatkan Anugerah Kebudayaan Indonesia 2023, di antaranya Tjokorda Gde Agung Sukawati. Tanda kehormatan bagi tiga begawan budaya diberikan Presiden Joko Widodo, Senin (14/8/2023).
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·5 menit baca
ISTIMEWA/BIRO KERJA SAMA DAN HUMAS KEMENDIKBUDRISTEK
Dokumentasi Biro Kerja Sama dan Humas Kemendikbudristek saat upacara pemberian tanda kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma dan tanda kehormatan Bintang Jasa Nararya bagi tiga begawan budaya Indonesia dalam serangkaian program Anugerah Kebudayaan Indonesia 2023. Penghargaan dan penyematan tanda kehormatan diberikan Presiden Joko Widodo kepada ahli waris dari tiga begawan budaya tersebut.
Menjelang HUT Ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo menganugerahkan tanda penghormatan Anugerah Kebudayaan Indonesia berupa penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma kepada dua tokoh begawan budaya, yakni, Tjokorda Gde Agung Sukawati dan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Djojokusumo, dan penghargaan Bintang Jasa Nararya kepada Ki Mohamad Amir Sutaarga.
Penyematan tanda kehormatan bagi tiga begawan budaya Indonesia diberikan Presiden Joko Widodo kepada masing-masing ahli waris dari ketiga tokoh penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia 2023 itu di Istana Negara, Jakarta, Senin (14/8/2023).
Dalam siaran pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yang dirilis Senin (14/8), Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan, pemberian Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) dijalankan Kemendikbudristek sejak 2012 untuk memberikan apresiasi kepada tokoh-tokoh, yang berjasa dan berkontribusi dalam upaya pemajuan kebudayaan Indonesia. Melalui program AKI, menurut Hilmar Farid, pemerintah konsisten mengambil posisi untuk terus bersama para pahlawan kebudayaan dalam kerja pemajuan kebudayaan.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Suasana di area Pasar Rakyat Tematik Wisata Ubud, Ubud, Gianyar, Senin (24/4/2023). Patung sosok Tjokorda Gde Agung Sukawati menghias halaman depan pasar seni di Ubud, Gianyar.
Almarhum Tjokorda Gde Agung Sukawati adalah budayawan dari Bali, yang dinilai dan diapresiasi telah berhasil menjalankan diplomasi kebudayaan dan menjadi pionir berkembangnya pariwisata Bali, yang berakar pada seni dan budaya, atau dikenal sebagai pariwisata berbasis budaya dan komunitas (cultural and community based tourism).
Tjokorda Gde Agung Sukawati juga dinilai berhasil mengantarkan terwujudnya kolaborasi antarseniman di Ubud dan sekitarnya dengan sejumlah akademisi dan seniman mancanegara sehingga Ubud dikenal sebagai pusat seni internasional (the international center of the art) yang berkelanjutan.
Tanda penghormatan Bintang Budaya Parama Dharma bagi Tjokorda Gde Agung Sukawati disematkan Presiden Joko Widodo, Senin (14/8), di Istana Negara, Jakarta, kepada ahli waris dari Tjokorda Gde Agung Sukawati, yakni Tjokorda Gde Putra Sukawati.
Dalam kesempatan itu, Presiden Joko Widodo juga menyematkan tanda penghormatan Bintang Budaya Parama Dharma bagi Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Djojokusumo kepada BRA Fatimah Retno Hapsari selaku ahli waris almarhum KGPH Djojokusumo.
ISTIMEWA/BIRO KERJA SAMA DAN HUMAS KEMENDIKBUDRISTEK
Dokumentasi Biro Kerja Sama dan Humas Kemendikbudristek saat upacara pemberian tanda kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma dan tanda kehormatan Bintang Jasa Nararya bagi tiga begawan budaya Indonesia dalam serangkaian program Anugerah Kebudayaan Indonesia 2023. Penghargaan dan penyematan tanda kehormatan diberikan Presiden Joko Widodo kepada ahli waris dari tiga begawan budaya tersebut.
KGPH Djojokusumo adalah sosok perintis dan pendiri Akademi Seni Karawitan Indonesia, yang kini dikenal sebagai Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, dan tokoh penting dalam pendirian Universitas Gabungan Surakarta (UGS), yang kini menjadi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
Presiden Joko Widodo menyematkan tanda penghormatan Bintang Jasa Nararya kepada ahli waris almarhum Ki Mohammad Amir Sutaarga, yakni Siti Chamsiah Sutaarga. Dalam siaran pers Kemendikbudristek itu disebutkan, Ki Mohammad Amir Sutaarga adalah pakar permuseuman, yang meletakkan landasan penting bagi permuseuman di Indonesia dan merupakan pionir pengembangan ilmu permuseuman. Ki Mohammad Amir Sutaarga adalah tokoh perintis pendidikan museologi di Indonesia.
Raja Ubud
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Suasana di area Pasar Rakyat Tematik Wisata Ubud, Ubud, Gianyar, Senin (24/4/2023). Patung sosok Tjokorda Gde Agung Sukawati menghias halaman depan pasar seni di Ubud, Gianyar.
Bagi Bali, khususnya keluarga Tjokord Gde Agung Sukawati di Puri Agung Ubud, Gianyar, penghargaan Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) dan tanda penghormatan Bintang Budaya Parama Dharma bagi Tjokorda Gde Agung Sukawati merupakan apresiasi dan sekaligus pengakuan penting dari negara kepada Bali.
Ditemui di Gedung Wiswa Sabha kompleks Kantor Gubernur Bali di Kota Denpasar, Selasa (15/8), Wakil Gubernur Bali, yang juga putra Tjokorda Gde Agung Sukawati, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengucapkan terima kasih kepada Presiden dan pemerintah karena memberikan perhatian kepada almarhum.
”Seperti diketahui, berbicara pariwisata Bali tidak bisa lepas dari peran budaya. Ini tidak lepas dari peran beliau (almarhum Tjokorda Gde Agung Sukawati), yang selalu menanamkan dan mengingatkan agar budaya tidak dilepas dari pariwisata,” kata Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Sukawati, Selasa (15/8/2023).
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Suasana bincang seni serangkaian pameran bertajuk ”Lempad: Darknes is White” di CIArtspace ITDC Nusa Dua, Badung, Jumat (21/7/2023), yang dihadiri budayawan dan kritikus seni Jean Couteau (kanan) dan seniman, yang juga cucu maestro Lempad, I Gusti Nyoman Darta.
Tjokorda Gde Agung Sukawati adalah sosok bangsawan dari Puri Ubud, Gianyar, yang semasa hidupnya memberikan perhatian besar dalam pelestarian budaya dan sekaligus pengembangan dan pemajuan seni budaya. Raja Ubud itu membuka lebar ”pintu istana” Ubud untuk kedatangan tamu asing, termasuk dari kalangan seniman, budayawan, dan sejumlah tokoh internasional, sedari masa sebelum kemerdekaan.
Tjokorda Gde Agung Sukawati juga menjadi tokoh penting bersama Walter Spies, Johan Rudolf Bonnet, dan maestro seni asal Bali, I Gusti Nyoman Lempad, dalam pembaruan seni rupa di Bali melalui gerakan seni Pita Maha.
Dalam sebuah perbincangan seni, serangkaian pameran karya dan peninggalan maestro I Gusti Nyoman Lempad, yang bertajuk ”Lempad: Darknes is White”, di CIArtspace ITDC Nusa Dua, Badung, Jumat (21/7), cucu almarhum Lempad, I Gusti Nyoman Darta, mengungkapkan, Lempad kerap diminta ke Puri Ubud dan Lempad merupakan arsitek tradisional (undagi) kepercayaan Puri Ubud.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Tangkapan dari tayangan film tentang I Gusti Nyoman Lempad, maestro seni asal Bali, dalam pameran bertajuk ”Lempad: Darknes is White” di CIArtspace ITDC Nusa Dua, Badung Jumat (21/7/2023).
Salah satu bangunan karya Lempad adalah Pura Taman Kemuda Saraswati, yang juga dikenal sebagai Istana Lotus Ubud. ”Hampir setiap hari Lempad diminta datang ke puri oleh Raja Ubud,” ujar Gusti Darta mengenang kedekatan maestro Lempad dan keluarga Puri Ubud.
Kritikus seni dan pengamat budaya Jean Couteau mengungkapkan, Puri Ubud dengan Raja Tjokorda Gde Sukawati berperan penting dalam modernisasi seni dan budaya, khususnya di Bali. Puri Ubud memfasilitasi berkumpulnya seniman-seniman dari sekitar Ubud dan juga dari kalangan luar negeri. Jean Couteau juga menyebut Raja Ubud itu adalah ahli diplomasi, yang mampu menjadikan Ubud menjadi salah satu kekuatan politik penting di Bali.
Seperti diketahui, berbicara pariwisata Bali tidak bisa lepas dari peran budaya. Ini tidak lepas dari peran beliau.
Pergaulan luas Tjokorda Gde Agung Sukawati dengan berbagai kalangan dari lokal, nasional, dan internasional, utamanya seniman, juga didukung visinya melestarikan dan mengembangkan seni budaya tecermin melalui prakarsanya untuk mendirikan Museum Puri Lukisan Ratna Wartha di Ubud. Museum itu juga menjadi tempat berkumpulnya para seniman, selain menjadi tempat ekshibisi karya seniman.
Untuk mengabadikan perjuangan, jasa, dan ketokohan Tjokorda Gde Agung Sukawati, sebuah patung sosok Tjokorda Gde Agung Sukawati dibuat dan dipasang di halaman terbuka Pasar Rakyat Tematik Wisata Ubud, Gianyar, yang tidak jauh dari Puri Agung Ubud.