Lokasi Munculnya Suara Ketukan Misterius di Sumenep Aman Ditinggali
Desa Moncek Tengah, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, aman untuk ditinggali masyarakat. Kerentanan seismik atau kerawanan terhadap gempa bumi relatif tidak signifikan karena struktur batuannya keras.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SURABAYA,KOMPAS - Stasiun Geofisika Kelas II Pasuruan menyatakan Desa Moncek Tengah, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, aman untuk ditinggali masyarakat. Kerentanan seismik atau kerawanan terhadap gempa bumi relatif tidak signifikan karena di daerah tersebut memiliki struktur batuan yang keras. Kawasan itu menjadi perhatian karena warga merasa resah setelah mendengarkan suara ketukan dari dalam tanah.
Koordinator Observasi dan Informasi Stasiun Geofisija (Stageof) Pasuruan Suwarto mengatakan pihaknya telah mendatangi Desa Montek Tengah dan bertemu langsung dengan masyarakat setempat. Warga mengaku mendengar suara ketukan yang diduga berasal dari dalam tanah. Ketukan tersebut terdengar berkali-kali dalam beberapa hari, tetapi pada waktu yang berbeda-beda.
Suara ketukan itu membuat orang-orang, terutama yang tinggal di sekitar lokasi yang dekat dengan sumber suara merasa khawatir. Mereka merasa tidak nyaman karena takut terjadi getaran yang lebih besar yang memicu bencana. Untuk mencegah hal itu, sedikitnya lima keluarga mengungsi ke tempat lain untuk sementara waktu.
”Menurut masyarakat, suara ketukan itu belum pernah terjadi sebelumnya. Baru kejadian saat ini,” ujar Suwarto saat dihubungi dari Surabaya, Senin (14/8/2023).
Tim BMKG Pasuruan juga telah melakukan observasi di sekitar lokasi, antara lain dengan memasang seismograf untuk merekam getaran bumi. Berdasarkan data seismograf, struktur geologi Desa Montek Tengah memiliki nilai frekuensi dominan tanah sebesar 22 Hz. Nilai itu termasuk tinggi.
Selain itu, Desa Montek Tengah memiliki struktur batuan keras sehingga apabila terjadi gempa bumi, dampak terhadap kerusakan pada bangunan tidak signifikan. Karena itulah Stageof Pasuruan berkesimpulan, desa tersebut relatif aman dari dampak getaran yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik maupun tektonik.
Suwarto menambahkan pihaknya belum bisa menemukan penyebab atau sumber dari suara ketukan yang didengar oleh masyarakat. Akan tetapi, berdasarkan intensitas suara yang kecil juga ruang lingkupnya yang sempit, kemungkinan bunyi ketukan itu bukan berasal dari aktivitas tektonik yakni pergerakan patahan bumi.
Desa tersebut relatif aman dari dampak getaran yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik maupun tektonik.
Kemungkinan lain, suara ketukan yang didengar warga berasal dari aktivitas manusia seperti penambangan batu kapur. Namun, berdasarkan informasi dari BPBD Sumenep, tidak ada aktivitas penambangan dalam jarak dekat. Juga tidak terdapat goa kars di sekitar desa.
”Ada aktivitas penambangan batu kapur tapi radiusnya sekitar 10 km. Namun, apakah hal itu penyebabnya, perlu dipastikan lagi,” kata Suwarto.
Sementara itu ahli geologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) Amin Widodo mengatakan suara ketukan yang didengar warga diduga berasal dari aktivitas penambangan batuan, terutama batu kapur. Alasannya kawasan Pulau Madura banyak terdapat batuan kapur atau kars.
”Dugaan lain, berasal dari orang yang menggali sumur di dekat goa bawah tanah dan lajur goa itu membentang melewati Sumenep,” jelas Amin.
Dia mengatakan secara geologi, struktur batuan yang keras seperti batu kapur banyak dijumpai pada lapisan tanah di sejumlah wilayah Jawa Timur. Hal itu diketahui dari lapisan tanah yang tersingkap di beberapa lokasi seperti di Jatim bagian utara meliputi Pulau Madura dan Pulau Kangean.
Di Jatim bagian selatan, struktur batuan kapur bisa dijumpai di sepanjang pegunungan Sewu yang membentang dari Banyuwangi hingga Jawa Tengah. Lapisan batuan kapur ini biasanya memiliki topografi kars yang ditandai dengan banyaknya goa, sink hole, bukit kerucut, dan sungai bawah tanah.