Dampak Kabut Asap, Udara Pontianak dan Kubu Raya Sangat Tidak Sehat
Selama beberapa waktu terakhir, kualitas udara di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, masuk kategori sangat tidak sehat. Hal itu disebabkan kabut asap dari kebakaran lahan gambut.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Selama beberapa waktu terakhir, kualitas udara di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, masuk kategori sangat tidak sehat. Kondisi itu disebabkan adanya kabut asap yang bersumber dari kebakaran lahan gambut di berbagai wilayah Kalbar. Selain polusi udara, kabut asap itu juga menimbulkan bau menyengat disertai abu.
Kualitas udara di Pontianak masuk kategori tidak sehat sejak Minggu (13/8/2023). Berdasarkan data aplikasi Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Net, pada Minggu pukul 11.00, angka konsentrasi partikulat PM 2,5 di Pontianak mencapai 207 mikrogram per meter kubik,
Angka itu menunjukkan kualitas udara di Pontianak masuk kategori sangat tidak sehat. Kualitas udara seperti itu dapat meningkatkan risiko kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.
Pada Minggu pukul 19.00, kualitas udara di Pontianak masih tergolong sangat tidak sehat dengan angka konsentrasi PM 2,5 mencapai 217 mikrogram per meter kubik. Bahkan, pada Senin (14/8/2023) pukul 07.00, angka konsentrasi PM 2,5 meningkat menjadi 247 mikrogram per meter kubik sehingga masih masuk kategori sangat tidak sehat.
Kondisi udara yang sangat tidak sehat itu tidak hanya terjadi di Kota Pontianak. Berdasarkan aplikasi Info Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kualitas udara di Kubu Raya pada Senin pukul 06.00 menyentuh level sangat tidak sehat dengan angka konsentrasi PM 2,5 mencapai 171 mikrogram per meter kubik.
Pada Senin pukul 07.00, angka konsentrasi partikulat PM 2,5 di Kubu Raya menjadi sebesar 148 mikrogram per meter kubik. Meski begitu, kualitas udara di kabupaten tersebut masih masuk kategori tidak sehat.
Pantauan Kompas, di Pontianak dan Kubu Raya, kabut asap sangat terasa saat menyusuri jalan. Bahkan, abu dari lokasi kebakaran lahan tampak beterbangan di berbagai sudut kota. Kabut asap juga menimbulkan bau yang menyengat. Meski begitu, jarak pandang masih di atas 1 kilometer.
Sementara itu, di Kabupaten Mempawah, Kalbar, kualitas udara masuk kategori tidak sehat pada Senin pukul 04.00 dengan angka konsentrasi partikulat PM 2,5 sebesar 79,9 mikrogram per meter kubik. Kualitas udara di Kabupaten Mempawah masih tergolong tidak sehat pada Senin pukul 05.00 dan pukul 07.00.
Prakirawan BMKG Bandara Supadio, Sutikno, menuturkan, pada waktu sepekan ke depan, masih ada potensi hujan di sejumlah wilayah Kalbar, terutama pada 14-17 Agustus 2023. Namun, intensitas hujan itu tergolong ringan dan tidak merata.
Sejumlah daerah yang berpotensi turun hujan adalah Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sintang bagian utara, Kabupaten Sanggau bagian utara, dan Kabupaten Bengkayang bagian utara.
Sementara itu, daerah Kalbar bagian tengah hingga selatan sampai ke Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kayong Utara, Kubu Raya, dan Pontianak, belum berpotensi hujan. Oleh karena itu, kebakaran hutan dan lahan masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Kalbar sampai setidaknya 20 Agustus 2023.
”Data yang terbaru sampai tanggal 20 Agustus masih mudah terjadi kebakaran hutan dan lahan. Ada potensi hujan tanggal 22 Agustus, tetapi intensitasnya belum tinggi,” tutur Sutikno saat ditemui, Senin pagi.
Ketua Satuan Tugas Informasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalbar Daniel menuturkan, pada Senin, terpantau sekitar 1.500 titik panas di provinsi itu. Dari jumlah titik panas tersebut, ada 100 lebih titik panas yang diyakini merupakan titik api, dengan jumlah terbanyak di Kabupaten Ketapang.
BPBD Kalbar telah menginstruksikan kepada Satgas Darat BPBD kabupaten/kota untuk melakukan patroli darat. Adapun pemadaman dari udara (water boombing) diarahkan di salah satu lahan gambut di Kecamatan Sungai Raya dan Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.
”Sudah beberapa hari ini operasi pemadaman darat dilakukan, tetapi belum padam semua. Maka, dipadamkan melalui darat dan udara,” ujar Daniel.
Pemadaman dikonsentrasikan di kedua lokasi tersebut agar kebakaran lahan tidak mengganggu transportasi di bandara. Sebab, lokasi tersebut dekat dengan Bandara Supadio di Kubu Raya.
Di Kota Pontianak, yang merupakan ibu kota Kalbar, sebetulnya belum terjadi kebakaran lahan meski terdapat kabut asap. Lokasi kebakaran lahan terdekat berada di wilayah Kubu Raya.
Daniel menuturkan, luas lahan yang terbakar di Kalbar selama periode Januari-Juli 2023 mencapai 5.772 hektar (ha). Sementara luas lahan terbakar di Kabupaten Kubu Raya mencapai 1.481,24 ha.
Data yang terbaru sampai tanggal 20 Agustus masih mudah terjadi kebakaran hutan dan lahan.