Jalur ”Tengkorak” Pantura Indramayu Kembali Menelan Korban, Tiga Pelajar Tewas
Jalur ”tengkorak” pantai utara Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, kembali menelan korban. Kali ini, tiga pelajar yang menggunakan sepeda motor meninggal setelah terlindas truk.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Jalur ”tengkorak” pantai utara Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, kembali menelan korban. Kali ini, tiga pelajar yang menggunakan sepeda motor meninggal setelah terlindas truk. Selain kewaspadaan, pembenahan transportasi juga dibutuhkan untuk mencegah hal serupa.
Petaka itu bermula saat JM (64) berboncengan dengan AN (16), yang diduga anaknya. Mereka mengendarai sepeda motor Supra X bernomor polisi E 3745 SW melaju dari Jakarta ke Cirebon, Selasa (8/8/2023) pukul 06.30. Sesampainya di Desa Tulungagung, Kecamatan Kertasemaya, kecelakaan terjadi.
Dari belakang, sepeda motor Honda Beat bernomor polisi B 5061 FCG yang dikendarai anak berinisial RP (13) berusaha mendahului. Namun, sepeda motornya tersangkut di tas milik AN. Korban pun terjatuh ke jalan. RP yang berboncengan dengan GP (14) sontak kaget dan terjatuh.
”Setelah itu, lewat truk dari belakang sehingga mengakibatkan dua orang tergilas. Korban ada tiga. Satu luka-luka dan dua meninggal dunia di TKP (tempat kejadian perkara). Korban pelajar semua,” ujar Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Indramayu Ajun Komisaris Bagus Yudo.
Dua korban meninggal adalah AN dan RP. Adapun korban luka berat adalah GP. Ketiganya merupakan warga Kertasemaya. Warga membawa ketiga korban ke UPTD Puskesmas Kertasemaya, tepat di depan lokasi kecelakaan. Belakangan, GP juga mengembuskan napas terakhirnya.
”Benar, ada tiga korban yang meninggal dunia. Semuanya pelajar. Saya yang buat surat kematiannya,” ucap Fauzi, petugas administrasi UPTD Puskesmas Kertasemaya. Ketiga korban pun telah diserahkan kepada keluarganya. Pihak sekolah juga telah mengetahui insiden itu.
Bagus mengatakan telah menyita dua sepeda motor dan truk bernomor L 8566 UR yang terlibat kecelakaan. Pengemudi truk, Eko Budijono (36), warga Malang, Jawa Timur, masih menjalani pemeriksaan polisi. Pihak kepolisian juga meminta keterangan dari sejumlah saksi mata di lokasi.
Polisi juga telah melakukan olah TKP kecelakaan. Pihaknya menandai tempat jasad korban saat terlindas truk. ”Kecepatan kendaraan masih kami dalami. Kami tidak bisa berdasar asumsi. Intinya, kalau kecepatan di atas 80 kilometer per jam, itu tidak boleh di jalur pantura,” ungkapnya.
Bagus mengatakan, jalur yang menghubungkan Indramayu dan Cirebon itu bukanlah titik rawan kecelakaan. ”Di sini, kecelakaan sangat jarang. Jalur ini juga bukan tempat hambatan (macet) setiap pagi. Tapi, kami selalu patroli dan melakukan penindakan di area pantura,” ujarnya.
Pihaknya pun mengimbau warga meningkatkan kewaspadaan saat berkendara, terutama di jalur pantura Indramayu. Ia juga mengingatkan pengendara untuk mematuhi aturan lalu lintas. Apalagi, ketiga korban tewas diduga tidak menggunakan helm saat kecelakaan.
Yudi Lazuardi (38), warga setempat yang juga saksi mata, mengatakan, sejumlah insiden pernah terjadi di jalur itu. ”Tahun ini memang baru kali ini kecelakaan. Tapi, tahun-tahun sebelumnya sering. Apalagi, mobil yang dari Pasar Karangampel putar baliknya di sini, dekat lokasi,” katanya.
Yudi berharap kepolisian berjaga di jalur itu, terutama pada pagi hari ketika banyak anak sekolah mengendarai sepeda motor. ”Dulu pernah ada patroli dan polisi standby (siaga) di sini. Sekarang sudah tidak ada. Siswa yang belum cukup umur juga harusnya enggak bawa motor,” katanya.
Terlebih lagi, kecelakaan di jalur pantura Indramayu bukan kali ini saja. Akhir Mei 2017 lalu, misalnya, sebuah minibus Xenia menabrak pengendara motor dan pejalan kaki di Desa Sukahaji, Patrol. Kecelakaan yang diduga akibat sopir minibus mengantuk itu menyebabkan dua warga meninggal.
Sepanjang 2022, terjadi 583 kecelakaan lalu lintas di Indramayu. Sebanyak 297 orang tewas atau hampir setiap hari ada nyawa melayang akibat kecelakaan di jalan. Titik rawan kecelakaan, antara lain, tersebar di Sukahaji, Patrol, Lohbener, Widasari, dan Jalur Tol Cikopo-Palimanan Indramayu.
Ketua Bidang Penguatan dan Pengembangan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno menilai, tewasnya pesepeda motor pelajar itu mengungkap masalah transportasi di pantura Indramayu. ”Hampir tidak ada lagi angkutan umum yang memadai,” ucapnya.
Untuk mencegah kecelakaan seperti ini terjadi, selain pengawasan orangtua, pemerintah juga perlu menyediakan angkutan umum yang memadai.
Akhirnya, pelajar mengendarai sepeda motor meski masih berusia belasan tahun. Padahal, lanjutnya, pantura Indramayu termasuk titik lelah pengendara. Jalur itu kerap dilintasi truk, mobil, sepeda motor, hingga penarik becak. Jalur itu juga jadi andalan truk karena dinilai lebih terjangkau.
”Yang jadi korban banyak warga lokal. Kalau di pantura, kendaraan berat yang menabrak. Kalau di tol, truk yang ditabrak,” ucap Djoko. Sebagian besar truk yang melintas di pantura, katanya, diduga kelebihan muatan dan dimensi. Hal ini berpotensi menyebabkan kecelakaan dan merusak jalan.
Pihaknya pun mendorong semua pihak mencegah kendaraan kelebihan muatan melintas di pantura. ”Untuk mencegah kecelakaan seperti ini terjadi, selain pengawasan orangtua, pemerintah juga perlu menyediakan angkutan umum yang memadai,” ujarnya.