Gempa Susulan Terus Terjadi di Sigi, 2.000 Lebih Warga Mengungsi
Kabupaten Sigi dan sekitarnya terus dibayangi bencana. Gempa kembali terjadi sepanjang Minggu-Senin. Ribuan warga masih mengungsi akibat gempa yang dipicu pergerakan Sesar Palolo Graben.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS - Hingga Senin (7/8/2023), gempa susulan terus terjadi di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Stasiun Geofisika Palu mencatat sejak Minggu (5/8/2023) sudah terjadi 48 kali gempa, dua di antaranya gempa dengan kekuatan magnitudo 5,3. Di lokasi yang terdekat dengan pusat gempa, 2.000 lebih warga mengungsi.
Gempa M 5,3 pada Minggu pukul 09.44 Wita berpusat di darat, tepatnya pada koordinat 1,19 Lintang Selatan dan 120,26 Bujur Timur atau 47 kilometer Timur Laut Sigi dengan kedalaman 16 kilometer. Selanjutnya pada pukul 18.09, gempa kembali terjadi. Gempa di kedalaman 10 km ini berada pada posisi 41 km Timur Laut Sigi pada koordinat 1.14 Lintang Selatan–120.16 Bujur Timur.
”Dalam waktu 24 jam sejak kejadian pertama pada Minggu pagi, sudah ada 48 kali kejadian gempa. Ada dua yang besar dan dirasakan III-IV d Sigi terutama di dekat pusat gempa. Selebihnya antara magnitudo 2 dan 4. Getaran juga dirasakan di Palu dan Poso. Gempa dipicu aktivitas Sesar Palolo Graben,” kata Hendrik Leopatty, pengamat Meteorologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Palu, Senin.
Gempa ini berpusat antara Kecamatan Palolo dan Nokilalaki, Sigi. Dua desa yang terdampak cukup parah adalah Desa Lembangtongoa di Palolo dan Kamarora B di Nokilalaki. Di dua desa ini, 2.000 lebih warga mengungsi.
Mulai mengungsi
Arman, Kepala Desa Lembangtongoa, mengatakan, saat ini 2.000 lebih warga di desanya yang berasal dari lima dusun mengungsi. Sebagian warga berada di tenda pengungsian, terutama anak-anak dan warga lanjut usia.
”Sebagian tidur di tenda-tenda di depan rumah. Karena gempa susulan terus terjadi dan untuk berjaga-jaga, kami semua masih mengurangi aktivitas di dalam rumah. Ke dalam rumah untuk keperluan ke kamar mandi saja atau jika ada keperluan lain,” katanya.
Menurut Arman, gempa menyebabkan 28 rumah rusak dan 9 di antaranya rusak berat. Namun, ini baru data sementara. Saat ini pendataan masih terus dilakukan terutama di dusun-disusun yang jauh.
Gempa juga menyebabkan longsor di jalur Lembangtongoa menuju Manggalapi. (Akris Fattah)
Sementara itu, Kepala BPBD Sulawesi Tengah Akris Fattah mengatakan, selain di Lembangtongoa, kerusakan rumah juga terjadi di Desa Kamarora B. Di desa ini, berdasarkan data sementara, ada 63 rumah rusak. Saat ini tim terus melakukan pendataan di desa-desa terdampak. Berdasarkan data sementara BPBD, di desa ini terdapat 170 keluarga yang mengungsi.
”Gempa juga menyebabkan longsor di jalur Lembangtongoa menuju Manggalapi. Namun, kami sudah membuka jalur dan saat ini sudah mulai bisa dilewati. Adapun kerusakan lain masih terus didata, begitu juga pengungsi,” katanya.
Dia mengatakan, BPBD mengeluarkan imbauan kepada warga agar untuk sementara tidak beraktivitas di dalam rumah. Saat ini tenda pengungsian sudah dibuka di lokasi dekat pusat gempa. Selain itu, dapur umum juga disiapkan. Tim medis sudah diturunkan untuk membantu.