Kekeringan, Ribuan Warga Cirebon Gunakan Air Sungai untuk Mandi dan Cuci
Kekeringan mulai melanda sekitar 20 kecamatan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Bahkan, ribuan warga terpaksa menggunakan air sungai yang keruh untuk kebutuhan mandi dan mencuci.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Kekeringan mulai melanda sekitar 20 kecamatan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Bahkan, ribuan warga terpaksa menggunakan air sungai yang keruh untuk kebutuhan mandi dan mencuci. Pemkab Cirebon pun berkomitmen menyalurkan air bersih kepada warga.
Potret kekeringan, antara lain, terjadi di Desa Sibubut, Kecamatan Gegesik, Rabu (2/8/2023). Sebagian besar sumur warga mengering. Mereka pun menyedot air dari Sungai Ciwaringin menggunakan mesin pompa air dan selang puluhan meter kemudian menampungnya ke sumur.
Padahal, air di sungai itu keruh, kecoklatan. Bahkan, di beberapa bagian tampak sampah plastik, popok bekas, hingga batang pisang. Sebelum digunakan, air dari sungai itu dibiarkan mengendap beberapa jam di sumur. ”Airnya nanti dipakai mandi dan cuci piring,” ucap Jumadi (60), warga.
Menurut dia, warga terpaksa memanfaatkan air sungai karena kekeringan setengah bulan terakhir. Ia tidak merasa gatal meski menggunakan air itu. Namun, pengeluarannya bertambah karena harus membeli bensin 2 liter atau sekitar Rp 20.000 per hari untuk menyedot air sungai.
Adapun untuk kebutuhan memasak dan minum, warga membeli air galon 19 liter dengan harga Rp 4.000 per galon. Bagi Jumadi yang membuka warung, ia membutuhkan tiga hingga lima galon per hari. Akibat kekeringan, ia mengeluarkan uang tambahan untuk mengambil air sungai.
Jumini (50), warga lainnya, juga terpaksa memakai air sungai untuk mandi dan mencuci. ”Kalau pakai air itu gatal. Makanya, setelah mandi saya bilas pakai air bening (bersih). Pintu saya juga berkarat pakai air dari sawah (sungai),” ucapnya menunjukkan karatan di kamar mandinya.
Ia pun berharap Pemkab Cirebon dapat menyalurkan air bersih kepada warga. Apalagi, air sungai tidak hanya digunakan untuk kebutuhan harian warga, tetapi juga untuk mengaliri sawah yang memasuki musim tanam padi. Sejumlah pipa dan mesin pompa pun tampak di sekitar sawah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cirebon dan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Jati Cirebon telah menyalurkan dua tangki air bersih berisi sekitar 8.000 liter untuk Desa Sibubut, Rabu siang. Warga pun membawa ember dan baskom untuk mengantre air bersih.
Penyaluran air bersih itu diharapkan memenuhi kebutuhan 3.365 warga desa. ”Semua warga itu di 19 RT (rukun tetangga) mengeluh kekeringan. Untuk mandi saja hanya cukup untuk pagi. Kalau air sumur habis, mereka ambil air dari sungai,” kata Kuwu (Kepala Desa) Sibubut Abidin.
Kalau air sumur habis, mereka ambil air dari sungai.
Menurut dia, beberapa warga juga membeli air Rp 2.500 per jeriken ukuran 20 liter. Warga menggunakan air itu untuk mandi. Fenomena warga menggunakan air sungai, lanjut Abidin, terakhir terjadi ketika kemarau panjang akibat El Nino tahun 2015.
“Kami berterima kasih atas bantuan air bersih dari Pemkab Cirebon. Namun, semoga tidak hari ini saja, tetapi dilaksanakan terus,” ujarnya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cirebon Tadi Aryadi mengatakan telah menerima laporan kekeringan dari 20 kecamatan atau setengah dari total kecamatan di Cirebon, seperti Gegesik, Arjawinangun, Gunung Jati, dan Kapetakan.
”Jumlah desanya belum kami pastikan. Namun, kalau setiap kecamatan ada dua sampai tiga desa, jumlahnya sudah kelihatan ada puluhan desa,” ujarnya. Terdapat belasan hingga puluhan ribu warga di daerah tersebut. Pihaknya pun memastikan akan menyalurkan air bersih ke daerah itu.
”Kami sedang memetakan daerah rawan kekeringan. Kami juga akan berkoodinasi dengan berbagai instansi untuk meminimalisasi dampak kekeringan,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jabar Rakhmat Prasetia meminta pemda dan masyarakat mewaspadai kekeringan sebagai dampak fenomena El Nino. Menurut dia, El Nino di Jabar dalam kategori lemah hingga moderat.
Meskipun bukan kategori berat, seperti tahun 2015, masih ada potensi kekeringan karena curah hujan berkurang. “Apalagi tiga bulan ke depan. Peluang curah hujan 100 – 150 milimeter per bulan,” ucapnya.