El Nino hingga Awal 2024, Kekeringan dan Kebakaran Hutan Mengancam Jabar
BMKG memprediksi fenomena El Nino berlangsung hingga awal 2024. Kondisi menurunnya curah hujan ini berpotensi menyebabkan kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan di Jawa Barat. Langkah antisipasi pun disiapkan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG memprediksi fenomena El Nino berlangsung hingga awal 2024. Kondisi menurunnya curah hujan ini berpotensi menyebabkan kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan di Jawa Barat. Pemerintah daerah pun menyiapkan langkah antisipasi terhadap fenomena tersebut.
”Tahun ini, El Nino short live atau singkat dengan puncak fenomenanya bulan Desember. BMKG juga memprediksi El Nino terjadi hingga awal tahun 2024,” ucap Pelaksana Tugas Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan dalam webinar yang diinisiasi BMKG Jabar, Kamis (20/7/2023).
Seminar daring dalam rangka memperingati Hari Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Ke-76 itu mengambil tema ”Investigasi Dampak El Nino di Provinsi Jabar guna Memaksimalkan Strategi Antisipasi dan Diseminasi secara Inklusif”. Turut hadir perwakilan Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar.
Ardhasena menjelaskan, El Nino merupakan peristiwa anomali di Samudra Pasifik yang ditandai dengan menghangatnya suhu permukaan laut dan menurunnya curah hujan. Meskipun fenomena ini berulang, seperti pada 2018 dan 2015, tidak ada El Nino yang identik. ”Sehingga, dampaknya di setiap wilayah bisa berbeda,” ungkapnya.
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Jabar Rakhmat Prasetia mencontohkan, El Nino di Jabar merupakan kategori lemah hingga moderat. Meskipun bukan kategori berat, seperti tahun 2015, masih ada potensi kekeringan karena curah hujan berkurang. ”Apalagi tiga bulan ke depan. Peluang curah hujan 100–150 milimeter per bulan,” ujarnya.
Rakhmat menuturkan, meskipun hampir semua daerah di Jabar terdampak El Nino, bukan berarti tidak ada hujan sama sekali. Curah hujan, lanjutnya, tidak hanya dipengaruhi oleh intensitas El Nino, tetapi juga bulan atau musim serta dinamika atmosfer dan faktor lokal. ”Kita tidak perlu memerangi El Nino, tetapi harus beradaptasi,” katanya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jabar Bambang Imanudin mengatakan, fenomena El Nino berpotensi menyebabkan kekeringan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), serta mengganggu kehidupan manusia dan industri. Kondisi ini, lanjutnya, juga bisa memunculkan kerugian materiil hingga korban jiwa.
”Berdasarkan kajian risiko bencana, potensi kekeringan di Jabar tahun 2022–2026 mencapai 3,5 juta (hektar). Ini bukan lahan pertanian saja, tetapi juga permukiman. Kesimpulannya, risiko kekeringan di Jabar kategorinya tinggi. Risiko terbesar di Kabupaten Sukabumi,” tuturnya. Adapun potensi karhutla di provinsi itu diperkirakan 1,4 juta hektar.
Saat ini, Bambang menyebutkan, sudah terjadi kekeringan di Jabar. Namun, pihaknya masih merekapitulasi datanya. Ia juga telah mengantisipasi potensi kekeringan dan karhutla di tengah fenomena El Nino. Selain menetapkan surat keputusan terkait kesiapsiagaan, pihaknya juga menyiapkan sumber daya manusia, peralatan, hingga teknologi modifikasi cuaca.
Pemda juga harus mewaspadai banjir setelah El Nino.
Meski demikian, masih dibutuhkan penanganan jangka panjang. Salah satunya, mengelola potensi air di provinsi dengan penduduk hampir 50 juta jiwa itu. ”Potensi air di Jabar itu 48 miliar meter kubik per tahun. Tetapi, yang baru digunakan hampir 30 persen untuk waduk dan bendungan. Pemda juga harus mewaspadai banjir setelah El Nino,” kata Bambang.
Rustan Massinai, Kepala BSIP Jabar, mengatakan, fenomena El Nino belum terlalu berdampak kepada petani di Jabar. Sebab, petani masih bisa mendapatkan pasokan air dari waduk, pegunungan, hingga air tanah. ”Kami juga telah memberikan varietas padi yang tahan kekeringan, seperti Inpari 39 dan Inpari 42, kepada pemda,” katanya.
Ia mengeklaim belum menerima laporan lahan pertanian yang puso akibat kekeringan. Pihaknya juga akan menyiapkan mesin pompa air bagi petani yang kesulitan akses air. ”Sampai hari ini, secara keseluruhan, Jabar masih surplus beras di atas 700.000 ton. Mudah-mudahan tidak ada dampak El Nino kepada petani,” ujarnya.
Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Jabar Yuke Mauliani S menyampaikan, sejumlah daerah di Jabar berpotensi terdampak El Nino. Wilayah di Jabar selatan, seperti Pangandaran dan Tasikmalaya, rentan kekurangan pasokan air bersih. Adapun lahan pertanian di pantai utara, yaitu Kabupaten Indramayu, Subang, dan Karawang, rentan kekeringan.
”Pemprov telah mengantisipasi dampak El Nino. Mulai dari menyiapkan ketersediaan atau stok pangan; meningkatkan infrastruktur, seperti jaringan irigasi; serta mengembangkan pertanian berkelanjutan yang beradaptasi dengan kekeringan. Kami juga menguatkan kapasitas masyarakat,” paparnya.