Kemiskinan Masih Membayangi 2,4 Juta Anggota Koperasi di NTT
NTT sebagai provinsi mempunyai jumlah lembaga koperasi terbesar, yakni 4.570 lembaga koperasi dengan jumlah anggota sekitar 2,4 juta jiwa. Meski jumlah itu mencapai 40 persen penduduk NTT, kemiskinan masih kuat.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Kemiskinan masih membayangi 2,4 juta anggota koperasi di Nusa Tenggara Timur. Koperasi lebih banyak dimanfaatkan anggotanya untuk kebutuhan konsumtif ketimbang membangun sektor riil. Saatnya koperasi dikembangkan dengan sistem digitalisasi untuk mendukung transparansi dan efektivitas koperasi.
Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia Nurdin Halid dalam seminar nasional koperasi dan penetapan tempat Hari Koperasi Nasional 2024, di Kupang, Jumat (28/7/2024) malam, antara lain, mengatakan, perkembangan koperasi di Nusa Tenggara Timur (NTT) tertinggi nasional. Kesadaran warga menjadi anggota koperasi sangat tinggi.
Jumlah anggota koperasi 2,4 juta dari total penduduk NTT 5,3 juta jiwa. Jadi, ada 40 persen penduduk NTT yang menjadi anggota koperasi. Jumlah ini bakal terus bertambah ke depannya. Ini pertanda positif bagi perkembangan perkoperasian di daerah ini. Pemahaman berkoperasi dengan sistem gotong royong telah mengakar di sebagian besar masyarakat.
Ia mengatakan, maraknya pertumbuhan koperasiitu mestinya diiringi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kemiskinan di NTT secara bertahap bisa ditekan. Itu bisa dilakukan kalau semua anggota koperasi berpikir kreatif dan inovatif secara ekonomi.
Lembaga koperasi mestinya juga memiliki tanggung jawab terhadap keberlanjutan pinjaman yang diberikan ke anggota. Pinjamantidak semata untuk kebutuhan konsumptif, seperti penyelenggaraan pesta, upacara adat, dan kebutuhan konsumptif lain. Berkoperasi harus membawa kesejahteraan bersama melalui sistem gotong royong.
Kalau semua sepakat, pesta itu bisa dihapus dan kemiskinan bisa ditekan secara perlahan. (Jakobus Jano)
Fakta lapangan masih memperlihatkan kondisi yang sangat kontradiktif. Di tengah maraknya pertumbuhan koperasi itu, kondisi kemiskinan masih mengakar di masyarakat. Provinsi ini masih menempati urutan tiga kemiskinan nasional. Ini memang sangat ironi di tengah pertumbuhan koperasi yang begitu marak.
”Mari berpikir jauh ke depan, mendukung pembangunan bangsa ini. Kesejahteraan bangsa dan negara tanggung jawab semua warga termasukwarga NTT. Kemiskinan bisa ditekan kalau semua anggota koperasi memanfaatkan pinjaman untuk sektor riil, seperti pengembangan pertanian, peternakan, perikanan, industri kerajinan, dan usaha mikro, kecil, dan menengah lain,” kata Nurdin.
Ketua Koperasi Pintua Air Jakobus Jano,mewakili para praktisi koperasi di NTT mengatakan, strategi tumbuh kembangnya koperasi, yakni orang kaya datang dari orang miskin yang bermental kaya. Anggota koperasi merupakan kumpulan orang-orang miskin yang sama-sama memiliki tekad dan kemauan sama dengan semangat bergotong royong, membangun kehidupan ekonomi masing-masing.
Koperasi lahir sebelum Indonesia merdeka, yakni melalui semangat gotong royong. Sikap ini pula yang membawa Indonesia mencapai kemerdekaan di tengah ketakberdayaan di segala bidang saat itu. Gotong royong menjadi kekuatan utama berkoperasi. Karena itu, koperasi disebut soko guru, pembangunan bangsa.
Mengapa sampai 76 tahun Indonesia merdeka sebagian warga Indonesia, termasuk Provinsi NTT, masih tergolong miskin? Kemajuan seakan berjalan di tempat, tertatih-tatih. Kelompok nelayan, petani, peternak, dan buruh memiliki standar hidup ekonomi masih sangat memprihatinkan.
”Salah satu masalah utama ialah daerah ini masih senang berkubang dalam mental pesta pora. Pesta pora berhari-hari membuat orang semakin miskin dan tak berdaya, termasuk anggota koperasi,” kata Jano.
Faktor ini salah satu menjadi tanggung jawab semua pihak, terutama pemerintah daerah dan lembaga keagamaan. ”Kalau semua sepakat, pesta itu bisa dihapus dan kemiskinan bisa ditekan secara perlahan,” ujarnya.
Koperasi sebenarnya menjadi salah satu solusi mengatasi kemiskinan di NTT. Tetapi, cara memanfaatkan koperasi itu belum dipahamisemua anggota. Masih banyak peserta koperasi terlibat pada kebiasaan lama, yakni meminjam dari koperasi Rp 10 juta-Rp 50 juta untuk kegiatan pesta, bukan untuk usaha ekonomi produktif.
Pinjaman itu bukan untuk usaha ekonomi produktif. Ini masalah besar yang harus diatasi bersama. Bukan hanya pengurus koperasi. Selama mental pesta masih kuat bercokol di tengah masyarakat NTT, kemiskinan sulit ditekan. Selain itu, masih ada anggapan negatif di masyarakat. Koperasi kumpulan orangtua, kumpulan orang miskin, orang pemalas, kelompok orang minta-minta, dan kumpulan orang berpendidikan rendah. Karena itu, pemerintah melahirkan sejumlah program pendukung, seperti program Beras untuk Orang Miskin, Progam Keluarga Harapan, ataupun Bantuan Tunai Langsung.
Ia mengatakan, anggota koperasi Pintu Air yang berkantor pusat di Maumere, Flores, sudah beranggotakan 352.000 orang. Tersebar di seluruh Indonesia, termasuk di ibu kota negara baru, di Kalimantan. Memiliki 59 cabang dan 21 kantor cabang. Pintu Air sudah terlibat di sejumlah sektor riil, yakni pabrik minyak kelapa, pertanian hortikultura, peternakan babi, peternakan ayam, dan perikanan air tawar.
”Pintu Air memiliki satu unit pabrik garam, satu unit pabrik air kemasan, lima unit perusahaan di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan industri kerajinan. Sebanyak 10 unit lembaga sosial dan media massa. Kami terus bergerak maju dan mencari peluang bisnis lain,” katanya.
Sementara itu, Gilang dari Koperasi Telkomsel mengatakan, koperasi Telkomsel merupakan salah satu koperasi terbesar di Indonesia. Koperasi Telkomsel sudah lebih dari 20 tahun terlibat menggunakan sistem digitalisasi koperasi. Sistem ini jauh lebih menguntungkan para anggota koperasi, juga lebih transparan dalam manajemen dan keuangan.
Koperasi Telkomsel diberi kesempatan membantu koperasi di Indonesia terlibat dalam sistem digitalisasi ini. ”Kami sebagai proyek percontohan sistem digitalisasi koperasi di Indonesia. Di NTT, kami sedang membangun kerja sama ini,” katanya.
Program koperai Telkomsel, antara lain, membangun sistem aplikasi digitalisasi koperasi di Indonesia. Setiap koperasi memiliki sistem aplikasi sendiri dengan keamanan yang sangat terjamin. Sistem aplikasi ini terintegrasi dengan situs web koperasi secara nasional.
Koperasi bisa berjualan hasil produk secara daring di Shopee, tetapi juga secara daring di toko sendiri. ”Kami siap bantu koperasi yang ingin menggunakan sistem digitalisasi ini, 24 jam kami siap. Sistem ini sudah mengikuti standar keamanan di dunia. Kami sudah coba beberapa koperasi di Jakarta,” kata Gilang.