Lapar dan Lemah, Warga Papua Tengah Jalan Kaki demi Bantuan Pangan
Pengiriman bantuan ke dua lokasi yang terdampak bencana kekeringan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, masih terkendala. Warga yang lapar dan lelah terpaksa berjalan kaki 1-2 hari untuk mendapat makanan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Pengiriman bantuan makanan dengan pesawat ke dua distrik di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, yang terdampak bencana kekeringan, belum terlaksana. Warga yang lapar dan lemah masih harus berjalan kaki hingga dua hari demi mengambil bantuan di distrik terdekat.
Pelaksana Tugas Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kementerian Sosial Adrianus Alla saat dihubungi dari Jayapura, Papua, Jumat (28/7/2023), mengatakan, pihaknya dan TNI sudah mengirimkan bantuan makanan sebanyak 4,7 ton. Namun, bantuan hanya bisa disalurkan di Distrik Sinak.
Akibatnya, warga kelaparan dari Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi harus berjalan kaki mengambil sendiri bantuan makanan itu. Lama perjalanannya 1-2 hari.
Adrianus memaparkan, sempat berkomunikasi dengan warga penerima bantuan dari Agandugume dan Lambewi di Sinak. Meski kepayahan dan lelah, mereka harus tetap berjalan demi mendapatkan makanan.
Sebelumnya, kekeringan dipicu cuaca ekstrem dengan temperatur suhu rendah dan tanpa hujan menerpa Papua Tengah. Kondisi itu terjadi sejak bulan Mei 2023. Hal itu membuat petani ubi dan keladi gagal panen.
Akibatnya, warga yang lapar terpaksa mengonsumsi tanaman umbi-umbian yang sudah busuk. Ironisnya, itu membuat mereka terkena diare.
Ujungnya fatal. Hingga kini, enam warga Agandugume dan Lambewi tercatat meninggal. Selain itu, masih ada 3.500 warga Agandugume dan 4.000 warga Lambewi yang terdampak fenomena ini.
”Kami akan berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk penyediaan obat-obatan bagi masyarakat di dua distrik ini. Direncanakan Pemda Puncak akan mengirimkan bantuan ke Bandara Agandugume pada Sabtu (29/7/2023),” kata Adrianus.
Sementara itu, Kepala Stasiun Klimatologi Jayapura Sulaiman memaparkan, suhu di daerah terdampak mencapai 10 derajat celsius saat malam. Diperkirakan fenomena alam ini akan terjadi hingga September.
Dia berpendapat, fenomena ini sudah terjadi beberapa kali dan berpotensi terus terjadi. Agar tidak berdammpak buruk, pemda diminta menyiapkan cadangan makanan sejak dini.
Sebelumnya, awal Agustus 2022, fenomena embun beku merusak 56 lahan sayur dan umbi di Lanny Jaya, Papua Pegunungan. Fenomena itu dipicu musim kemarau ejak awal Juni 2022.
Korbannya, tercatat empat orang meninggal karena sakit. Kejadian ini juga berdampak pada 568 orang lainnya.
”BMKG telah mengeluarkan informasi tentang musim kemarau sejak bulan Maret lalu. Seharusnya, pemda setempat dan masyarakat sudah menyiapkan upaya mitigasi untuk menghadapi musim kemarau,” kata Sulaiman.
Bupati Puncak Willem Wandik mengungkapkan, semua bantuan untuk warga Agandugume dan Lambewi berada di Sinak. Ia menilai keterlambatan pengiriman bantuan itu yang menyebabkan enam jiwa melayang.
Ke depan, ia berharap bantuan segera diberikan. Pemda Puncak, dengan dukungan aparat TNI-Polri, menjamin keselamatan pilot membawa bantuan makanan ke Bandara Terbang Agandugume.
”Saya bertanggung jawab atas keselamatan pilot dengan segala konsekuensi. Kami berharap maskapai penerbangan segera terlibat untuk membawa bantuan ke Bandara Agandugume,” harap Willem.