Rawan Penembakan, Distribusi Bantuan Bencana Kekeringan di Papua Tengah Terhambat
Pengiriman bantuan dengan pesawat untuk warga yang terdampak bencana kekeringan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, masih terhambat. Hal ini karena rawan terjadi penembakan pesawat oleh KKB.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Selama sepekan terakhir, sekitar 7.500 warga di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, mengalami musibah kelaparan karena bencana kekeringan. Pemerintah Kabupaten Puncak tak bisa langsung mendistribusikan bantuan dengan pesawat karena rawan terjadi aksi penembakan oleh kelompok kriminal bersenjata.
Bupati Puncak Willem Wandik dalam siaran pers yang diterima Kompas, Kamis (27/7/2023) pagi, mengatakan, bantuan makanan dari Panglima TNI Laksamana Yudo Margono dan Kementerian Sosial telah tiba di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, pada Rabu (26/7/2023). Pengiriman bantuan yang mencapai 14 ton itu dilakukan secara bertahap menggunakan pesawat berbadan kecil.
Willem mengapresiasi bantuan dari Panglima TNI dan Kemensos. Pengiriman bantuan itu menunjukkan rasa solidaritas negara untuk masyarakat yang terdampak kelaparan di Kabupaten Puncak.
Namun, Willem memaparkan, Pemkab Puncak tak bisa langsung mengirimkan bantuan itu dengan pesawat dari Sinak ke dua lokasi terdampak kelaparan, yakni Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi. Hal ini karena rawan terjadi aksi penembakan pesawat oleh KKB.
Perjalanan dari Sinak ke Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi hanya bisa ditempuh dengan pesawat karena belum ada akses jalan darat. Dua distrik tersebut berbatasan dengan Kabupaten Nduga dan Kabupaten Lanny Jaya.
Karena bantuan tidak bisa dikirim dengan pesawat, warga harus berjalan kaki ke Sinak untuk mengambil bantuan. ”Berjalan kaki dari Sinak ke dua distrik bisa memakan waktu satu hingga dua hari. Saat ini, bantuan yang disalurkan dari TNI dan Kementerian Sosial masih berada di Sinak,” ungkap Willem.
Musibah kelaparan itu dipicu cuaca ekstrem dengan temperatur suhu udara yang sangat dingin dan tanpa hujan. Kondisi itu terjadi sejak Mei lalu sehingga menyebabkan tanaman milik warga seperti ubi dan keladi gagal panen.
Di Distrik Agandugume, jumlah warga yang terdampak kelaparan diperkirakan mencapai 3.500 orang. Sementara itu, warga terdampak kelaparan di Distrik Agandugume sekitar 4.000 orang.
Willem menyatakan, sampai sekarang belum ada maskapai penerbangan yang berani memasuki Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi. Kondisi itu terjadi karena maraknya aksi penembakan pesawat oleh KKB pada tahun ini.
Seperti diberitakan, aksi teror KKB pada tahun ini juga menyasar layanan penerbangan komersial di wilayah Papua Pegunungan dan Papua Tengah. Padahal, pesawat merupakan urat nadi untuk mendistribusikan barang kebutuhan pokok dan material bangunan karena jalan darat belum tersambung di seluruh wilayah Papua.
Berdasarkan catatan Kompas, terjadi tujuh kasus penyerangan pesawat pada periode Januari-Juli 2023 di sejumlah wilayah, yakni Yahukimo, Puncak, Pegunungan Bintang, dan Intan Jaya. Aksi itu menyasar enam pesawat berbadan kecil dan satu pesawat jenis Boeing.
”Belum ada pos keamanan di kedua distrik ini meskipun pemerintah telah membangun lapangan terbang di Agandugume dan Lambewi,” tutur Willem.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ignatius Benny Ady Prabowo mengatakan, di Distrik Agandugume sebenarnya sudah terdapat lapangan terbang. Namun, bantuan tidak bisa diterbangkan ke distrik tersebut karena lapangan terbang di sana ditutup karena perbaikan dan pertimbangan situasi keamanan.
”Karena alasan tersebut, alternatif paling mungkin adalah mengirimkan bantuan ke Lapangan Terbang Sinak. Sebab, sebagian warga Agandugume dan Lambewi sudah berada di Sinak,” ujar Ignatius.
Belum ada pos keamanan di kedua distrik ini meskipun pemerintah telah membangun lapangan terbang di Agandugume dan Lambewi.
Pelaksana Tugas Direktur Perlindungan Korban Bencana Alam Kemensos Adrianus Alla mengatakan, bantuan dari Kemensos untuk warga Agandugume dan Lambewi telah dikirimkan. Bantuan logistik sebanyak 14 ton itu diterbangkan dari gudang logistik di Jakarta dan Jayapura.
Bantuan yang dikirimkan itu antara lain berupa makanan siap saji, makanan anak, lauk-pauk siap saji, dan biskuit. Selain makanan, Kemensos juga mengirim bantuan berupa pakaian anak, pakaian dewasa, dan selimut.
”Dari data sementara, sekitar 7.500 warga di dua distrik itu terdampak akibat gagal panen. Fenomena cuaca ekstrem yang terjadi menyebabkan tanaman milik warga menjadi layu dan busuk,” ungkap Adrianus.