Peningkatan Kuantitas SDM Industri Masih Jadi Pekerjaan Rumah
Indonesia menargetkan memiliki struktur industri nasional yang kuat, berdaya saing global, serta berbasis inovasi dan teknologi. Untuk mencapai target itu, Kementerian Perindustrian melakukan sejumlah upaya strategis.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
Penandatanganan nota kerja sama antara BPSDM Industri Kemenperin dan sejumlah perusahaan di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (26/7/2023). Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita hadir pada acara tersebut.
SURABAYA, KOMPAS — Indonesia menargetkan memiliki struktur industri nasional yang kuat, berdaya saing global, serta berbasis inovasi dan teknologi. Untuk mencapai target tersebut, Kementerian Perindustrian melakukan sejumlah upaya strategis, termasuk meningkatkan kapasitas dan kuantitas sumber daya manusia industri.
Salah satu upayanya adalah menggenjot pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas sebesar 6,4 persen dan kontribusi industri terhadap PDB sebesar 19,2 persen pada tahun 2025. Upaya lain, mencetak tenaga kerja di sektor industri pengolahan nonmigas sebesar 22,6 juta orang.
Selain itu, menargetkan persentase jumlah tenaga kerja di sektor industri pengolahan nonmigas terhadap total pekerja sebesar 15,7 persen. Adapun produktivitas tenaga kerja sektor industri pengolahan nonmigas sebesar Rp 128,4 juta per orang.
”Target-target itu bukan hal yang mudah untuk dicapai sehingga diperlukan terobosan program dan langkah-langkah kerja yang bisa mengakselerasi pembangunan sumber daya manusia (SDM) industri yang produktif, kompeten, dan berdaya saing global di era transformasi digital saat ini,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Rapat Koordinasi Nasional Sumber Daya Manusia Industri di Surabaya, Rabu (26/7/2023).
Agus menekankan pentingnya ketersediaan SDM industri yang memiliki produktivitas tinggi, tidak hanya dari sisi keterampilan atau skill, tetapi juga harus memiliki budaya atau etos kerja yang baik. Dengan jumlah jam kerja yang sama, dengan yang dilakukan oleh tenaga kerja di negara lain, Indonesia harus mampu menciptakan produk-produk lebih baik.
green product
Selain itu, juga terdapat Pusat Industri Digital Indonesia 4.0 yang menawarkan layanan untuk membantu industri dalam proses transformasi digital.
Agus menambahkan, guna mendukung penyediaan SDM industri kompeten, Kemenperin juga telah menyiapkan infrastruktur dan sarana prasarana serta program pengembangan melalui 11 politeknik, dua akademi komunitas, sembilan SMK (sekolah menengah kejuruan) industri, dan tujuh balai diklat industri.
”Selain itu, juga terdapat Pusat Industri Digital Indonesia (PIDI) 4.0 yang menawarkan layanan untuk membantu industri dalam proses transformasi digital,” kata Agus.
Dia mengatakan, 100 persen lulusan dari unit pendidikan vokasi di bawah Kemenperin langsung diterima kerja di sektor industri. Artinya, dari sisi kualitas, unit pendidikan vokasi milik Kemenperin sudah sangat baik. Namun, saat ini yang perlu digenjot adalah sisi peningkatan jumlah atau kuantitasnya.
”Sebab, rata-rata penambahan kebutuhan tenaga kerja di sektor industri sebanyak 600.000-700.000 per tahun. Ini juga menunjukkan, sektor manufaktur semakin bergeliat, tidak sedang mengalami deindustrialisasi karena meningkatnya penyerapan tenaga kerja,” ujarnya.
Banyak indikator
Masih banyak lagi indikator lainnya yang menandakan industri di negeri ini masih ekspansif, seperti laporan survei dari PMI manufaktur Indonesia dan Indeks Kepercayaan Industri (IKI).
”Bila perlu, BPSDMI harus dapat menargetkan agar unit pendidikan kita memiliki sertifikat kompetensi setara dengan unit pendidikan yang ada di luar negeri sehingga lulusannya dapat dipandang secara setara,” ujarnya.
Menperin menambahkan saat ini Indonesia dalam proses aksesi untuk menjadi anggota The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Organisasi yang beranggotakan negara-negara maju ini sebagai forum berbagi pengalaman, mengimplementasikan kinerja terbaik, serta memberikan masukan terhadap pembentukan kebijakan publik dan standar internasional.
Karena itu, proses aksesi harus dipandang sebagai peluang yang baik bagi Indonesia untuk naik level dan menyejajarkan diri dengan negara-negara maju serta meninggalkan status negara middle income. Keanggotaan Indonesia dalam OECD juga menjadi peluang untuk memperluas kerja sama di bidang industri dengan negara-negara maju lainnya.
Adapun tantangan yang dihadapi adalah standar OECD yang cukup tinggi serta proses seleksi yang cukup ketat sehingga perlu dukungan dari semua pihak, termasuk pelaku industri. Salah satu upayanya, menyediakan SDM kompeten dan ahli di sektor industri, khususnya yang menguasai digitalisasi.
making
Making
”Namun, cita-cita Making Indonesia 4.0 tidak akan terwujud jika tidak didukung oleh SDM yang kompeten. Karena itu, peningkatan kualitas SDM menjadi krusial dalam mengakselerasi implementasi Making Indonesia 4.0. Skill atau keterampilan menjadi poin yang penting untuk tetap relevan dengan permintaan industri,” papar Agus.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian Masrokhan mengatakan, Rakornas SDM industri menjadi momentum yang baik untuk mengoordinasikan dan mengonsolidasikan program-program kerja pembangunan sumber daya menusia industri untuk mewujudkan negara industri tangguh.
”Apalagi rakornas kali ini tidak saja dihadiri secara internal BPSDMI, tetapi juga melibatkan mitra-mitra industri dan stakeholders terkait,” ujarnya.