Pacitan Kembali Diguncang Gempa, Kewaspadaan terhadap Gempa Bumi Perlu Terus Dibangun
Gempa dirasakan bersumber di barat daya Pacitan kembali dirasakan. Masyarakat tidak perlu panik, tetapi harus tetap waspada. Mitigasi bencana perlu terus digaungkan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Gempa dirasakan kembali mengguncang Pacitan di Jawa Timur, Minggu (23/7/2023) malam. Kewaspadaan terhadap gempa bumi perlu terus digaungkan, termasuk bagaimana masyarakat bisa melakukan mitigasi akan dampak yang ditimbulkan oleh guncangan gempa.
Gempa dengan kekuatan M5,7 itu berlokasi pada 8.94 Lintang Selatan dan 111.04 Bujur Timur atau 84 kilometer (km) barat daya Pacitan. Meski berkedalaman 10 km, gempa yang terjadi pukul 19.33 itu tidak berpotensi tsunami.
Kepala Pusat Studi Kebumian dan Kebencanaan Universitas Brawijaya Malang Adi Susilo mengatakan, masyarakat tidak perlu panik menghadapi gempa, tetapi tetap waspada karena kawasan selatan Jawa merupakan jalur gempa. Justru yang perlu dipersiapkan bagaimana mereka bisa melakukan mitigasi mulai dari yang sederhana.
”Masyarakat bisa mempersiapkan diri di rumah masing-masing, misalnya, mulai dari perlengkapan P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan) hingga mitigasi yang cukup murah pakai kaleng berisi kelereng (digantung) sehingga akan bergoyang dan berbunyi jika terjadi gempa. Saat itu mereka bisa segera keluar rumah,” ujarnya saat dihubungi pada Minggu malam.
Mengenai sumber gempa yang kembali terjadi di wilayah selatan Pacitan, Adi mengatakan, kawasan itu merupakan jalur tumbukan lempeng. Sama dengan wilayah lainnya di selatan Jawa Timur, seperti Malang-Lumajang. Di kawasan ini juga kerap terjadi gempa dengan magnitude di atas 5.
Dia pun menilai, gempa yang kerap terjadi dengan kekuatan tidak terlalu besar lebih baik dibanding gempa sekali, tetapi kekuatannya besar. Dengan gempa-gempa kecil, energinya tidak akan menumpuk. Kerusakan akibat gempa yang bersumber di laut juga tak separah di darat.
”Lempeng, kan, ada yang aktif ada yang kurang aktif. Saat terjadi gempa dengan kekuatan M5, tidak sampai M7, itu sebenarnya lebih baik karena energinya terus keluar. Gempa kecil gempa kecil sehingga energinya tidak sampai menumpuk. Kalau menumpuk, itu malah lebih berbahaya,” katanya.
Semetara itu, guncangan gempa Pacitan ini tidak hanya dirasakan warga setempat. Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) daerah yang merasakan gempa dengan skala II-IV MMI, antara lain, Malang, Blitar, Nganjuk, dan Kediri di Jawa Timur; Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY); hingga Solo, Wonosobo, Magelang, Banjarnegara, dan Purworejo di Jawa Tengah.
Yunita Rahmawati, salah satu warga Srengat, Kabupaten Blitar, mengatakan, guncangan gempa berlangsung sebentar, tetapi cukup terasa. Saat itu juga ia dan keluarganya langsung keluar rumah dan baru masuk kembali sekitar 10 menit kemudian.
”Tetangga juga pada keluar. Alhamdulillah aman. Kaget aja si. Sadar itu gempa jadi mending lari keluar,” ujarnya saat dihubungi dari Malang melalui Whatsapp.
Hal senada dikatakan Eny Susilowati (36), salah satu warga Desa Wonoanti, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan. Dihubungi secara terpisah, Eny menuturkan, ia dan warga lainnya berhamburan keluar rumah akibat guncangan gempa. Saat itu dia bersama keluarga sedang menyaksikan televisi.
”Mereka panik takut gempa susulan. Semua keluar rumah, saya juga. Sampai di halaman tiang listrik masih terlihat bergoyang,” ujarnya. Menurutnya, durasi gempa cukup lama, sekitar 10 detik.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas III Karangkates, Malang, Mamuri, mengatakan, gempa terjadi akibat aktivitas subduksi Lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Sejauh ini belum ada laporan terkait kerusakan akibat gempa. ”Belum ada, hanya dirasakan saja,” ujarnya.
Mereka panik takut gempa susulan. Semua keluar rumah, saya juga. Sampai di halaman tiang listrik masih terlihat bergoyang.
Dalam akun Instagram, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, update atau pembaruan gempa Pacitan berkekuatan M5,5 dengan kedalaman 42 km. Mekanisme sumber gempa oblique thrust (kombinasi mekanisme naik dan geser). Gempa berpusat di bidang kontak antarlempeng Indo-Australia dengan Eurasia.
Dari catatan Kompas, dalam dua bulan terakhir setidaknya terjadi tiga kali gempa dengan magnitudo di atas 5 dengan pusat di barat daya Pacitan hingga selatan/barat daya DIY.
Sebelumnya, pada 8 Juni gempa berkekuatan M 6 (diperbarui M5,8) terjadi pada jarak 128 kilometer (km) selatan Gunung Kidul, DIY, dengan kedalaman 46 km. Pada 30 Juni terjadi gempa M6,4 berpusat 86 km di barat daya Bantul dengan kedalaman 25 km. Satu orang meninggal dalam peristiwa ini dan ratusan bangunan dilaporkan rusak, sebagian besar rusak ringan.