Friendship Run Surabaya Pererat Hubungan Jatim-Jateng
Friendship Run Surabaya menyambut Borobudur Marathon 2023 diharapkan menjadi ajang mempererat hubungan Jawa Timur dan Jawa Tengah dalam beragam kerja sama, termasuk pariwisata dan olahraga.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebanyak 1.000 orang memeriahkan Friendship Run Surabaya yang berawal dan berakhir di Alun-alun Surabaya, Jawa Timur, Minggu (23/7/2023). Lari ria atau fun run sejauh 5 kilometer ini diharapkan dapat mempererat hubungan Jawa Timur dan Jawa Tengah yang bertetangga.
Demikian diutarakan Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak saat melepas peserta untuk memulai lari dari garis mula Alun-alun Surabaya di tepi Jalan Gubernur Suryo, Minggu, selepas pukul 06.00 WIB. Friendship atau persahabatan amat cocok sebagai jenama sekaligus semangat kegiatan menuju ajang Borobodur Marathon pada 19 November 2023 di Magelang, Jawa Tengah.
Bank Jateng merupakan sponsor utama friendship run sekaligus Borobudur Marathon. Di Surabaya, ajang ini baru pertama kali diadakan. Surabaya, ibu kota Jatim, menjadi kota kelima dari sepuluh kota penyelenggara di Indonesia. Menurut Emil, kehadiran suatu acara yang disponsori oleh Bank Jateng di Surabaya (Jatim) dengan tema persahabatan dapat mempererat hubungan kedua provinsi dalam berbagai kerja sama.
”Peserta Friendship Run juga berasal dari Jateng dan kehadiran mereka di Jatim merupakan tanda untuk mempererat hubungan,” kata Emil sebelum mengangkat bendera pelepasan peserta. Turut mendampingi ialah Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno, Ketua Yayasan Borobudur Marathon Liem Chie An, dan Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo.
Semangat persaudaraan dalam friendship run atau lari persahabatan juga diperlihatkan oleh para peserta. Misalnya, kehadiran pelari dari komunitas di Jateng dan Jatim. Kalangan warga dan pelari komunitas di Surabaya ada yang hadir sendiri, bersama keluarga, maupun teman untuk bergembira.
Mereka berlari dari garis mula di Jalan Gubernur Suryo kemudian melintasi Jalan Panglima Sudirman dan berputar di Patung Karapan Sapi ke Jalan Basuki Rahmat. Selanjutnya, mereka melintasi Jalan Embong Malang, Jalan Blauran, Jalan Praban, Jalan Tunjungan, dan berakhir di garis akhir Jalan Gubernur Suryo.
Rute lari mengambil satu lajur jalan. Di sepanjang rute terpasang kerucut lalu lintas agar peserta dapat berbagi dengan pengguna jalan lainnya. Panitia memasang penanda di setiap kilometer. Di setiap persimpangan ada marshal atau pengawas demi memastikan keselamatan pelari dan membantu kelancaran lalu lintas.
Panitia menyediakan water station di kilometer 2,5 depan Gedung Monumen Pers Perjuangan Surabaya, putaran Jalan Tunjungan ke Jalan Embong Malang. Di sejumlah lokasi ada hiburan dari komunitas budaya, misalnya, reog, jatahilan, warok, dan drum suporter. Marching band SMK Wahid Hasyim 2 Surabaya dan Bima, maskot Bank Jateng, turut menemani pelepasan peserta.
Ada yang terus berlari untuk menguji capaian pribadi sebagai persiapan mengikuti Borobudur Marathon. Ada yang amat santai dengan berjalan. Juga ada yang sering berhenti untuk berfoto dan mengambil video di tengaran monumen atau bangunan unik atau bersejarah sepanjang rute.
”Saya datang bersama teman-teman dari komunitas pelari di Tulungagung. Saya pakai busana adat pengantin lelaki Jawa, tetapi yang perempuan enggak ada karena temanya kawin lari, ha-ha-ha,” ujar Niko Tantomi saat menjawab sapaan Kompas yang turut berlari.
Niko melanjutkan, dirinya senang mengikuti ajang-ajang lari sebagai persiapan acara atau lomba serupa di Jatim dengan rute 5 kilometer, 10 kilometer, separuh maraton (half marathon 21 kilometer), dan maraton (42,195 kilometer).
Sepasang suami-istri dengan nama tanda dada Rasya’s Dad–Rasya’s Mom membawa anak tunggal mereka yang berusia enam tahun. Mereka senang berlari dan ingin menanamkan kegemaran olahraga lari kepada anak lelakinya itu.
Seusai mengakhiri lari, semua peserta mendapat handuk bertuliskan ”BEBARENGAN” dan tema Borobudur Marathon, yakni ”Voice of Unity”, pisang, dan minuman. Peserta juga mendapat kupon untuk mencicipi kuliner khas Magelang di stan Pawone.
Karena ajang ini menuju Borobudur Marathon, saya mempersiapkan kostum dengan lukisan Candi Borobudur.
Mereka dapat memilih Nasi Telang KWT Lestari, D’Noel Mangut Beong, atau Nasi Goreng Magelangan Handayani, dan Dawet Oreng Ketan Ijo Nak Robil. Peserta juga dihibur dengan keberadaan stan-stan permainan, pendaftaran ulang Borobudur Marathon, harian Kompas dan Kompas.id, hiburan parade kostum, musik, dan undian.
Pelari berkostum terbaik jatuh pada Stefanus Nanda dengan nama tanda dada Bobtot dan nomor 1275. Ia tampil dengan gaun dari susunan bekas koran Kompas dan plastik label minuman.
Susunan koran berbentuk segitiga itu bisa disingkap dan memperlihatkan kain gaun berlukisan nuansa Candi Borobudur. ”Karena ajang ini menuju Borobudur Marathon, saya mempersiapkan kostum dengan lukisan Candi Borobudur,” ujarnya, yang diganjar dengan hadiah Rp 2,5 juta.
Adapun untuk slot atau tempat keikutsertaan di Borobudur Marathon didapat oleh tiga pelari dari pengundian. Mereka yang beruntung ialah Indra Habib dengan nomor 1226, Ami Raditya (1178), dan Calvin D (1155). Mereka dapat memilih keikutsertaan di 10 km, separuh maraton, atau maraton.
Captain MERR Runners Budi Adji Wijaya kembali beruntung dengan hadiah sepeda gunung dari undian. Sehari sebelumnya, di The Tour, Budi mendapat undian keikutsertaan di Borobudur Marathon. Namun, karena sudah terdaftar, tempatnya diundi di antara komunitas tersebut dan jatuh ke seorang temannya, yakni Andreas Tjahjono. ”Ini ajang lari yang benar-benar fun dan memperkuat citra Borobudur Marathon,” ujarnya.
Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno berharap friendship run menguatkan citra dan niat kalangan pelari di Nusantara untuk berpartisipasi di Borobudur Marathon 2023 atau tahun-tahun berikutnya. ”Ajang ini untuk menekankan pentingnya olahraga lari demi kegembiraan dan kesehatan,” katanya.
Ketua Yayasan Borobudur Marathon Liem Chie An menilai lokasi awal dan akhir ajang di Alun-alun Surabaya atau Balai Pemuda Surabaya amat unik karena merupakan kompleks bangunan peninggalan masa kolonial. Area ini menjadi salah satu pusat kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi kalangan warga ”Bumi Pahlawan”. “Lokasi yang strategis, terpelihara, dan dikembangkan dengan baik, bersih, rapi sehingga terasa indah dan tentu menyenangkan berada di sini,” ujarnya.
Wakil Pemimpin Umum Harian KompasBudiman Tanuredjo menambahkan, friendship run sebelumnya diadakan di Jakarta (21 Mei), Bandung (4 Juni), Semarang (25 Juni), dan Yogyakarta (9 Juli). Selanjutnya, ajang ini diadakan di luar Pulau Jawa, yakni Denpasar, Bali (6 Agustus); Makassar, Sulawesi Selatan (20 Agustus); Banjarmasin, Kalimantan Selatan (3 September); Medan, Sumatera Utara (17 September); dan Palembang, Sumatera Selatan (1 Oktober). ”Terasa tinggi antusiasme warga dan peserta mengikuti Friendship Run Surabaya,” katanya.