Ilustrasi. Sukarelawan banjir Kota Palangkaraya memasuki wilayah banjir di Jalan Arut, Kelurahan Palangka, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (18/11/2021). Setidaknya 17 kelurahan di Palangkaraya terendam banjir.
PALANGKARAYA, KOMPAS — Anomali cuaca melanda sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah. Anomali cuaca itu menyebabkan hujan deras disertai angin di tengah musim kemarau, bahkan beberapa wilayah di Kalteng sempat mengalami banjir.
Sesuai prediksi Stasiun Meteorologi Palangkaraya, sebagian besar wilayah Kalteng saat ini memasuki musim kemarau. Namun, di tengah musim kemarau dengan persiapan menghadapi potensi kebakaran hutan dan lahan, beberapa wilayah justru dilanda banjir.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Alfandy, mengatakan, meskipun sudah memasuki musim kemarau, bukan berarti tidak ada hujan. Hujan tetap ada, tetapi dengan intensitas yang berbeda dengan saat musim hujan.
Hujan di Kalteng yang disertai angin dan dengan intensitas tinggi selama beberapa pekan, kata Alfandy, disebabkan oleh kondisi labilitas atmosfer di sebagian besar wilayah Kalteng. Atmosfer lokal di wilayah Kalteng memengaruhi kondisi cuaca di wilayah tersebut.
”Ini yang disebut dengan anomali cuaca. Sifatnya tidak bisa diprediksi kadang harian berubah, terkadang mingguan. Waktunya pun bisa berubah-ubah, seperti yang terjadi saat ini, musim kemarau, tapi labilitas atmosfernya kuat sehingga ada hujan,” kata Alfandy di Palangkaraya, Rabu (19/7/2023).
Tim gabungan pemadam kebakaran di Kalimantan Tengah membasahi gambut yang bakal terbakar di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (27/6/2023). Gambut menjadi wilayah yang paling rentan terbakar di wilayah Kalimantan. Dari sejarah, kawasan gambut merupakan sumber utama kebakaran hutan dan lahan yang berdampak pada bencana asap.
Alfandy menambahkan, kondisi ini tidak bisa diprediksi berapa lama karena terus berubah sehingga berujung anomali cuaca. Di masa normal di musim hujan, massa udara dalam keadaan lembap, lalu terjadi penguapan yang tinggi, sehingga hujan turun lebih mudah, sedangkam musim kemarau merupakan kondisi kebalikannya. Anomali cuaca tersebut ditandai dengan adanya pembiasan angin sehingga membuat massa udara kurang terbentuk sehingga di musim kemarau hujan tetap turun.
”Cara atau pendekatan (untuk memprediksi lamanya anomali) yang bisa dilakukan adalah dengan mengamati unsur cuaca, dari hasil pengamatan itu baru bisa membuat prakiraan cuaca,” kata Alfandy.
Dari catatan Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK), banjir merendam 11 desa di Kalteng. Rinciannya, di Kabupaten Kapuas ada tujuh desa yang seluruhnya terletak di Kecamatan Mandau Talawang, lalu di Kotawaringin Timur ada empat desa yang berasal dari dua kecamatan, yakni Kecamatan Tualan Hulu dan Mentaya Hulu.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBPK Ahmad Toyib mengungkapkan, saat ini wilayah yang dilanda banjir sudah surut total. Belum ada wilayah baru yang dilanda banjir di wilayah Kalteng saat ini.
”Banjir beberapa waktu lalu itu hanya terjadi lebih kurang dua hari, setelah itu surutnya memang cepat, itu karena hujan deras yang disebabkan air sungai meluap,” kata Toyib.
Lahan gambut di Karanggan, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (27/6/2023) sore, terbakar. Para pemadam kebakaran berjibaku di lahan gambut yang sudah dua hari tidak padam.
Toyib menambahkan, pihaknya saat ini masih fokus pada persiapan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Kalteng sudah menetapkan status siaga darurat kebakaran lahan dan hutan sejak Mei lalu. Status itu berlaku selama 167 hari.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Kalteng Edy Pratowo mengungkapkan, karhutla menjadi fokus pemerintah daerah saat ini. Sejauh ini, wilayah yang dilanda kebakaran hutan dan lahan meningkat jika dibanding tiga tahun terakhir. Hal itu disebabkan musim kemarau yang diperkirakan bakal lebih ekstrem dari waktu ke waktu bahkan dengan kecenderungan hadirnya El Nino, fenomena alam yang membuat suhu bumi kian panas.
”Semua pihak, pemerintah kabupaten dan kota, juga unsur terkait, untuk bersama-sama meningkatkan kesiapsiagaan dan waspada terhadap penanganan kebakaran hutan dan lahan,” kata Edy.
Baca juga: Gambut Kalimantan Mulai Terbakar