Kebanjiran Peminat, SMA Taruna Nusantara Terapkan Seleksi Ketat
SMA Taruna Nusantara kini sudah berusia 33 tahun. Selama ini SMA tersebut selalu pilihan favorit para calon siswa lulusan SMP.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — SMA Taruna Nusantara kebanjiran peminat. Sekolah favorit yang berada di Magelang, Jawa Tengah, ini hanya mampu menampung sekitar 378 siswa untuk kelas 10, dari sekitar 7.000 calon siswa yang mendaftar.
Kepala SMA Taruna Nusantara Mayjen TNI (Purn) Tono Suratman SIP mengatakan, pihaknya sudah menerapkan syarat ketat agar bisa masuk ke SMA tersebut, salah satunya batas minimal kecerdasan atau IQ sekitar 120. Namun, banyak pendaftar yang bisa melampauinya.
”Jika melihat pada syarat kecerdasan saja, dari pendaftar tahun ini, terpaksa ada sekitar 700-800 siswa cerdas yang tidak kami terima,” ujarnya, Jumat (14/7/2023).
Tono mengatakan, pihaknya pun tetap berupaya memfasilitasi dengan menampung melebihi kapasitas. Di SMA Taruna Nusantara terdapat 12 kelas dengan kapasitas per kelas 30 anak. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, jumlah siswa baru yang bisa diterima sebenarnya hanya 360 siswa. Namun, agar bisa menampung lebih banyak anak, setiap kelas pun diberi kelonggaran untuk menambah jumlah siswa sekitar 10-15 anak.
Banyaknya peminat tidak kemudian serta merta membuat SMA Taruna Nusantara berencana untuk menambah kapasitas yang diterima. ”Agar pembinaan dan pendidikan berlangsung optimal, kami memutuskan untuk tetap bertahan pada kapasitas yang ada seperti sekarang saja,” ujarnya.
Terlalu banyak siswa, menurut dia, juga akan terlalu membebani tugas guru-guru dan para pamong yang ada di SMA TN.
Dengan menjaga kualitas mutu pendidikan yang berlangsung di dalamnya, Tono menuturkan, jumlah siswa juga harus dijaga agar sesuai dengan jumlah tenaga pendidik termasuk pamong di dalamnya. SMA Taruna Nusantara juga berkomitmen untuk menciptakan generasi pemimpin.
Tahun ini, SMA Taruna Nusantara berusia 33 tahun. Selama jangka waktu tersebut, SMA ini sudah memiliki sekitar 9.200 alumni yang tersebar di berbagai penjuru Nusantara dan luar negeri. Sekitar 40 persen lulusan melanjutkan pendidikan di akademi TNI/Polri, dan sisanya melanjutkan ke berbagai lembaga pendidikan termasuk ke perguruan tinggi favorit, seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
”Ketika melanjutkan pendidikan termasuk ke PTN favorit atau ke luar negeri, banyak alumni memilih untuk mendapatkan beasiswa,” ujar Tono. Kegigihan untuk berjuang, menurut dia, sudah terlatih sejak siswa duduk di bangku SMA Taruna Nusantara.
Brigjen TNI (Purn) Untung Susoro, yang menjabat sebagai kepala SMA Taruna Nusantara ke-5, mengatakan, di tengah semakin banyaknya pilihan SMA unggulan yang ada di seluruh Indonesia, SMA Taruna Nusantara juga diingatkan untuk tidak pernah lupa untuk tetap bersaing, meningkatkan kualitas pendidikannya.
Mereka juga harus terlatih jujur, berbudi baik, sehingga tidak terpancing untuk melakukan korupsi di kemudian hari.
Kemampuan bersaing ini juga harus diturunkan dan direalisasikan dalam pendidikan di kelas sehingga setiap siswa juga semakin teruji, bisa memiliki kemampuan bersaing dengan teman-temannya, dan mampu bersaing dalam kehidupan setelah lulus.
Selain itu, Untung mengingatkan agar SMA Taruna Nusantara juga memperkuat mutu pendidikan karakter siswa melalui muatan pendidikan lokal.
”Pendidikan karakter, budi pekerti, harus tertanam kuat agar mereka tidak terpengaruh situasi, perilaku siswa di sekolah lain mungkin gemar berkelahi. Mereka juga harus terlatih jujur, berbudi baik, sehingga tidak terpancing untuk melakukan korupsi di kemudian hari,” ujarnya.