Tangkal Antraks, Pemkab Klaten Gencarkan Edukasi Warga dan Vaksinasi Ternak
Pemerintah Kabupaten Klaten segera bergerak untuk mencegah paparan antraks di daerahnya. Edukasi warga mengenai pemicu penularan bakal digencarkan guna menangkal paparan penyakit tersebut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
KLATEN, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Klaten segera bergerak untuk mencegah paparan antraks di daerahnya. Edukasi warga mengenai pemicu penularan bakal digencarkan guna menangkal paparan penyakit tersebut. Vaksinasi juga akan dilakukan bagi ternak di wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Klaten Widiyanti mengungkapkan, sejauh ini belum ada laporan temuan antraks di wilayahnya. Untuk itu, pihaknya ingin menjaga agar daerah itu tetap bersih dari sebaran virus tersebut. Langkah paling awal yang akan dilakukannya ialah mengedukasi para warga dari wilayah rawan penularan mengenai ancaman penularan.
”Kami akan lakukan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) terkait antraks dan pengendaliannya. Itu semua nanti yang diundang dari camat, kelompok ternak, bakul sapi, dan lain-lainnya,” kata Widiyanti saat dihubungi, Kamis (13/7/2023).
Widiyanti mengungkapkan, edukasi warga termasuk sebagai langkah pencegahan penularan yang paling penting. Sebab, penularan terjadi melalui spora antraks yang masuk ke tubuh ternak. Kurangnya kesadaran warga mengenai risiko-risiko penularan mampu meningkatkan ancaman paparan penyakit tersebut.
”Masyarakat umum bisa saja jadi sarana penular. Memang, dia tidak punya ternak lalu jalan-jalan ke wilayah berisiko tinggi. Namun, ketika pulang bisa saja ada spora yang menempel. Spora itu tidak bisa kita lihat dengan kasatmata, kan,” kata Widiyanti.
Di sisi lain, Widiyanti mengungkapkan, perlindungan ternak juga akan ditingkatkan lewat cara vaksinasi pada wilayah berisiko tinggi. Adapun wilayah berisiko yang dimaksud ialah kecamatan-kecamatan yang letaknya berbatasan langsung dengan Kabupaten Gunungkidul, DIY. Kecamatan tersebut antara lain Cawas, Karangdowo, Wedi, Gantiwarno, dan Bayat.
Menurut rencana, kata Widiyanti, vaksinasi akan dilaksanakan pada 17 Juli 2023 dan 18 Juli 2023. Pihaknya sudah mengambil jatah vaksin sekitar 5.000 dosis dari Pemerintah Provinsi Jateng. Namun, hasil pendataan menunjukkan jumlah sapi yang berada di wilayah berisiko tersebut hanya 1.315 ekor.
”Ini nanti sambil kami melacak ternak-ternak kecil dan juga ternak di daerah lainnya. Tahap pertama akan kami selesaikan dahulu yang di wilayah risiko tinggi. Nanti vaksinasinya akan dilakukan dua kali. Jaraknya enam bulan dari vaksin pertama,” kata Widiyanti.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Wonogiri Sutardi mengaku juga bakal meningkatkan intensitas edukasi perihal antraks ke tengah masyarakat. Ia menyadari pentingnya peranan masyarakat sebagai aktor utama dalam mencegah penyebaran penyakit tersebut. Apalagi, mobilitas warga berpotensi menjadi pembawa paparan.
Ketika ilmunya dikuasai masyarakat, risiko terpapar (antraks) akan semakin kecil.
Sambil mengedukasi warga, kata Sutardi, jajarannya juga menyerbu vaksinasi bagi ternak-ternak di daerahnya. Pihaknya menilai, vaksinasi dan edukasi warga sama-sama pentingnya guna mencegah penularan. Vaksinasi memberikan perlindungan tambahan, sedangkan kesadaran warga mampu mengurangi risiko-risiko penyebaran.
”Ketika ilmunya dikuasai masyarakat, risiko terpapar (antraks) akan semakin kecil. Soalnya, masyarakat tahu persis akan persoalan itu. Jika tidak, walau ada vaksin dan pengobatan, tetapi masyarakat masih mengabaikan hal-hal yang disyaratkan, penyakit ini akan muncul terus,” kata Sutardi.
Sutardi mengingatkan agar masyarakat senantiasa menjaga kewaspadaan atas penularan antraks. Saat ini belum ada laporan kasus penyakit tersebut di daerah itu. Ia meminta peternak agar sesegera mungkin melaporkan ke pemerintah apabila melihat gejala-gejala antraks yang dialami ternak mereka.