Ternak di Perbatasan Jateng Bakal Divaksin Antraks Dua Kali Setahun
Vaksinasi antraks di wilayah yang berbatasan dengan DIY dan wilayah yang memiliki riwayat kasus antraks bakal dilakukan dua kali dalam setahun. Edukasi terkait pencegahan dan penanganan antraks juga bakal digencarkan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sejumlah hewan ternak, khususnya yang berada di wilayah perbatasan Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta maupun di daerah dengan riwayat kasus antraks, bakal divaksin hingga dua kali dalam setahun. Upaya ini untuk menekan risiko penularan penyakit berbahaya itu. Pengecekan kondisi fisik dan kelengkapan dokumen ternak di pintu-pintu masuk Jateng juga bakal dimasifkan.
Pemerintah Provinsi Jateng telah mendistribusikan 25.000 dosis vaksin antraks ke sejumlah daerah, seperti Wonogiri, Klaten, Karanganyar, Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Magelang, Purworejo, Pati, dan Kota Salatiga. Daerah-daerah tersebut merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan wilayah temuan kasus antraks terbaru, yakni Gunungkidul, DIY dan daerah yang pernah melaporkan temuan kasus antraks di masa lalu.
Kepala Subbagian Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jateng, Yoyon Sunaryono, Rabu (12/7/2023), mengatakan, hewan ternak di daerah-daerah dalam radius 10 kilometer dari riwayat temuan kasus antraks, baik belakangan ini maupun di masa lalu, bakal divaksin dua kali dalam setahun. Adapun ternak di wilayah lainnya divaksin sekali dalam setahun.
”Vaksin antraks ini sangat penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh ternak. Jika sudah divaksin, antibodi bisa terbentuk, jadi bisa membentengi ternak (dari risiko antraks),” kata Yoyon.
Menurut Yoyon, antraks memang perlu diwaspadai, tetapi masyarakat diharapkan tidak panik. Sebab, di masa lalu, Jateng pernah mengalami dan menangani kasus antraks. Kondisi itu dinilai membuat para peternak menjadi lebih tanggap.
Untuk menambah pengetahuan sekaligus mengulas kembali kiat-kiat pencegahan antraks, Disnakkeswan Jateng bakal mengundang para peternak serta pihak-pihak terkait dalam sebuah forum komunikasi dan edukasi. Penyusunan perjanjian kerja sama antarwilayah dengan Pemerintah DIY dan Jawa Timur juga bakal dikebut, sehingga tiga daerah itu bisa bahu-membahu menekan risiko penularan antraks.
”Kerja keras ini kalau dibangun bersama pasti (penyebaran antraks) bisa ditekan, bahkan dicegah,” tutur Yoyon.
Yoyon menambahkan, di Jateng ada Program Jogo Ternak dan Bolo Ternak. Melalui program tersebut, peternak maupun orang-orang di sekitarnya bisa saling membantu dalam menjaga ternak mereka dari risiko antraks. Jika ada ternak yang sakit atau terinfeksi antraks, mereka diminta segera melapor.
”Kita harus saling mengingatkan. Jika ada ternak sakit, langsung lapor supaya segera ditangani. Ingat, jangan sampai (daging ternak yang sakit) dikonsumsi,” imbuhnya.
Imbauan serupa disampaikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Peternak diharapkan bisa segera melapor, baik kepada dokter hewan maupun pemerintah desa setempat, jika mengetahui ada ternak yang sakit di sekitar mereka. Dengan dilaporkan, ternak yang sakit bisa segera ditangani dan menekan risiko penularan.
Kami berharap, ke depan ada dokumen yang menyatakan ternak-ternak yang akan masuk maupun keluar bebas antraks.
Hingga Rabu, Ganjar mengatakan, belum ada temuan kasus antraks di wilayahnya. ”Kami ingatkan, antraks ini bisa menular kepada manusia, maka manusia pun harus berhati-hati. Gaya hidupnya juga harus dirawat,” ucap Ganjar.
Sementara itu, lalu lintas ternak dari dan menuju Jateng di Pelabuhan Semarang dan Pelabuhan Kendal bakal diketatkan. Di pintu-pintu masuk, misalnya, pemeriksaan kelengkapan dokumen hingga kondisi fisik ternak bakal dilakukan. Jika hasilnya tidak sesuai dengan ketentuan, ternak-ternak yang akan masuk atau keluar tersebut bakal dikembalikan kepada pemiliknya.
”Kami berharap, ke depan ada dokumen yang menyatakan ternak-ternak yang akan masuk maupun keluar bebas antraks, seperti saat Lumpy Skin Disease dan penyakit mulut dan kuku dulu sehingga kami tinggal memeriksa gejala klinis, tidak usah tes laboratorium,” ujar Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang, Turhadi.
Sepanjang 2023, Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang tidak pernah mencatatkan adanya ternak yang masuk ke wilayahnya, baik melalui pelabuhan maupun bandara. Kendati demikian, ribuan ternak tercatat sudah keluar Jateng.
Pada Januari 2023, ada 203 ekor sapi dan 130 ekor kambing dilaporkan keluar dari Jateng. Bulan selanjutnya, jumlah ternak yang keluar sebanyak 103 ekor sapi dan 177 kambing. Pada Maret, hanya ada 145 sapi yang keluar Jateng.
Adapun pada April, sebanyak 186 ekor sapi, 25 ekor domba, dan 110 ekor kambing tercatat keluar Jateng. Pada Mei, sebanyak 296 ekor sapi, 139 ekor domba, dan 112 ekor kambing keluar dari Jateng. Bulan selanjutnya, sebanyak 141 ekor sapi, 10 ekor domba, dan 22 ekor kambing.