Lewat Cycling de Jabar, Jawa Barat bagian selatan semakin dikenal. Namun, kesiapan dan kualitas sumber daya manusia harus terus disiapkan untuk warga yang sejahtera.
Oleh
DAN/WAD/RTG/IKI/CHE/GER
·5 menit baca
SUKABUMI, KOMPAS — Beragam potensi Jawa Barat bagian selatan semakin bersinar terang lewat berbagai promosi hingga pembangunan infrastruktur. Namun, kesiapan dan kualitas sumber daya manusia harus terus disiapkan agar warga bisa terus menerima banyak manfaat baiknya.
Pesona Jawa Barat selatan kembali diperlihatkan saat Cycling de Jabar 2023 kembali digelar Sabtu (8/7/2023). Digelar harian Kompas, Pemerintah Provinsi Jabar, dan bank bjb, ajang balap sepeda ini dimulai dari Pantai Palangpang, Geopark Ciletuh, Kabupaten Sukabumi, hingga Alun-alun Paamprokan, Pangandaran, Minggu (9/7/2023).
Sebanyak 145 peserta dari sejumlah daerah, termasuk Malaysia dan Belanda, mengayuh sepeda sejauh 369 kilometer. Selain Sukabumi dan Pangandaran, mereka menikmati keindahan pantai dan persawahan hingga keramahan warga di Cianjur, Garut, dan Tasikmalaya.
Saat melepas pesepeda, Bupati Sukabumi Marwan Hamami mengatakan, Ciletuh sudah ditetapkan sebagai kawasan Geopark UNESCO pada 2018. Sejak itu, beragam keindahan alam, seperti air terjun, formasi batuan alam, hingga potensi sosial budaya di taman bumi dunia di selatan Sukabumi itu, gencar diperkenalkan.
Beragam infrastruktur juga dibangun di sekitar geopark. Kini, setelah jalan mulus menuju kawasan inti Ciletuh dibangun, pembuatan Seksi II Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi tengah dilakukan. Ditargetkan rampung Agustus tahun ini, pembangunannya akan memangkas waktu tempuh Jakarta-Ciletuh menjadi sekitar tiga jam dari sebelumnya lima hingga enam jam.
”Bersama promosi dan infrastruktur, Cycling de Jabar ikut membuat Ciletuh serta selatan Sukabumi semakin dikenal dunia. Ajang yang sudah dua kali digelar ini mampu memperlihatkan beragam potensi yang bisa dikembangkan ke depan,” kata Marwan.
Pembangunan manusia
Menurut Marwan, penyelenggaraan ajang besar, status geopark, promosi keindahan alam, hingga pembangunan infrastruktur harus dibarengi kesiapan sumber daya manusianya. Langkah terpenting adalah menyiapkan perilaku masyarakat itu sendiri.
”Ketika ada pengunjung, jangan sampai susah, seperti harga yang naik, atau sampah di mana-mana. Pariwisata itu identik dengan kebersihan,” ujarnya.
Kesiapan sumber daya manusia, katanya, juga akan membuat wisatawan nyaman di Sukabumi. Apalagi, Marwan menargetkan wisatawan akan berkunjung dalam waktu lama sehingga bisa menambah laju perekonomian di daerah ini.
Harapan itu mulai terlihat dari partisipasi warga membangun homestay atau penginapan serta menjadi pemandu wisata. “Sebagian besar eks tenaga kerja wanita di sini membuka homestay sehingga keinginan ke luar negeri berkurang. Hal ini sangat membahagiakan. Masa depan keluarga tetap terjamin saat sosok ibu berada di sekitar keluarganya,” kata Marwan.
Sekretaris Daerah Garut Nurdin Yana juga menyebut sosialisasi dan edukasi pada masyarakat menjadi elemen penting memajukan beragam potensi, terutama pariwisata.
”Cycling de Jabar dan kegiatan lainnya perlahan ikut menyiapkan warga menyambut geliat wisata di Garut selatan,” kata Nurdin.
Wakil Redaktur Pelaksana Harian Kompas Antonius Tomy Trinugroho berharap Cycling de Jabar bisa terus memberikan manfaat baik seperti Tour de France (TdF). Seperti Cycling de Jabar, TdF digagas wartawan Henri Desgrange (Perancis) pada 1903. Dalam perkembangannya, ajang sepeda ini ternyata bisa menjadi daya tarik kawasan yang dilewatinya.
”Kami juga ingin Cycling de Jabar membuka banyak mata bahwa ada potensi selatan di Jabar selatan. Media bisa berperan ikut memperkenalkannya lewat olahraga,” ujarnya.
Strattegi khusus
Manfaat pentingnya rencana matang itu sudah dibuktikan para pebalap sepeda Cycling de Jabar 2023. Persiapan panjang Angga Dwi Wahyu Prahesta, misalnya, membawanya meraih podium kelas elite putra di etape pertama.
Pebalap tim Dr J Cycling Team dari Malang ini menjadi yang terdepan kategori male elite di rute pertama dengan catatan waktu 6 jam 1 menit.
Dia sukses melibas dua tanjakan ekstrem di Km 12-Km 25 serta Km 177. Lokasi itu berada di ketinggian 275 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Angga menyebut, sukses itu tidak lepas dari persiapan panjang sejak beberapa bulan terakhir. Setelah mendapat informasi tentang titik-titik tanjakan berat di Cycling de Jabar, ia lekas menyusun strategi.
Dia melatih stamina lewat lomba balap sepeda di Semarang, Jawa Tengah. Selain itu, dia berlatih di Sumedang, yang memiliki kontur geografis tanjakan mirip rute Cycling de Jabar, untuk menghemat energi di awal lomba.
”Semoga di etape kedua bisa mempertahankan hasil etape pertama. Karena rutenya datar, bisa terjadi sprint rombongan,” katanya.
Sementara itu, pebalap putri, Maghfirotika, dari GCC Racing Team, Surabaya, bersyukur bisa menuntaskan etape pertama. Semua, katanya, hasil dari persiapan sebelum lomba.
”Saya harus bisa menjaga stamina selama etape pertama agar performa tidak anjlok. Cycling de Jabar adalah rute terjauh yang pernah saya ikuti. Di etape kedua, saya akan tetap tenang dan tidak terlalu ambisius,” ujar Maghfirotika, yang menjadi pebalap terdepan di female elite dengan 7 jam 9 menit 22 detik.
Direktur Perlombaan Cycling de Jabar 2023 Andi Sadruddin Rohadian menuturkan, rute etape kedua pada Minggu bakal menempuh rute 169,3 km. Konturnya relatif landai minim tanjakan.
Namun, tantangan raja dan ratu tanjakan atau king and queen of mountain (KQM) bakal tetap digelar di kawasan Sancang Km 47,2-Km 55,3. Sementara intermediate sprint di Jalan Bubujung, Kecamatan Ciheras Km 71,8-Km 72,8.
”Tanjakan etape kedua sekitar 500 meter, tidak seperti yang pertama sepanjang 750 meter,” ujar Andi.
Selain itu, Andi mengatakan, rute kali ini berbeda dengan tahun lalu. Jika sebelumnya melewati Parigi-Pangandaran, rute kali ini bakal melintasi jalur lingkar Pangandaran.
”Kami justru antisipasi cuaca karena ada potensi hujan. Salah satu lintasan arah Pangandaran sempat tergenang air. Mudah-mudahan besok cerah sepanjang hari,” tutur Andi.