Kapal ASDP Jadi Tulang Punggung Angkutan Logistik di NTT
Hadir di NTT sejak tahun 1986, kapal-kapal milik ASDP telah menjadi tulang punggung angkutan logistik di provinsi kepulauan itu. Masyarakat didorong memanfaatkan angkutan laut untuk kemajuan ekonomi.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
Satu per satu kapal motor penyeberangan datang dan pergi meninggalkan Pelabuhan Bolok, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Selasa (4/7/2023) pagi. Kapal-kapal yang dioperasikan PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) itu melayani 57 lintasan, baik yang dekat maupun jauh.
Lintasan terdekat adalah dari Bolok ke Pulau Semau yang ditempuh dalam waktu kurang dari 15 menit. Setiap hari minimal ada satu kali pelayaran pergi dan pulang di lintasan itu. Khusus pada Jumat, Sabtu, dan Minggu, frekuensi pelayaran ditambah hingga tiga kali mengingat jumlah penggunanya meningkat.
Rute Bolok-Semau mulai dibuka sektiar dua tahun lalu setelah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menetapkan Pulau Semau sebagai salah satu destinasi pariwisata. ”Pelayaran di lintasan ini untuk mendukung perjalanan wisatawan ke Semau. Ini bentuk dukungan ASDP terhadap pariwisata NTT,” ujar Kepala Dinas Periwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Zeth Libing.
Setiap akhir pekan, lebih kurang 500 wisatawan lokal dari Kupang memilih berlibur ke Pulau Semau. Mereka menikmati keindahan Pantai Otan dan Pantai Liman yang terkenal dengan bentangan pasir putih halus sejauh lebih dari 3 kilometer. Di tempat yang jauh dari ingar bingar itu, wisatawan juga biasanya menginap.
Di Pulau Semau, wisatawan bisa menikmati kuliner makanan laut yang masih segar, seperti ikan dan lobster. Bahkan, mereka juga diperbolehkan mengikuti warga setempat untuk mencari ikan, lalu mengolahnya sendiri.
”Pulau Semau tempat yang nyaman untuk liburan akhir pekan. Saya sering ke sana,” ujar Friska Mone (34), karyawan salah satu kantor swasta di Kupang.
Jalur logistik
Selain ke Pulau Semau, kapal dari Pelabuhan Bolok juga berlayar ke sejumlah wilayah lain di NTT, misalnya Pulau Rote, Lembata, Sabu, Sumba, Flores, dan Adonara. Setiap kapal itu rata-rata mengangkut sekitar 200 penumpang beserta kendaraan roda dua dan roda empat atau lebih dengan berbagai jenis barang bawaan di dalamnya.
Dari Kupang, jenis barang yang dibawa kebanyakan bahan pokok, bahan bangunan, dan perabot rumah tangga. Barang-barang itu didatangkan dari Pulau Jawa dan masuk melalui Pelabuhan Tenau Kupang. Selanjutnya, barang-barang itu didistribusikan ke sejumlah pulau di NTT menggunakan kapal yang dioperasikan ASDP.
Sementara itu, barang dari pulau-pulau yang diangkut ke Kupang, misalnya ikan, rumput laut, kopi, pinang, kemiri, dan berbagai hasil pertanian. Dari Kupang, komoditas itu kemudian dibawa ke Pulau Jawa untuk dipasarkan. Oleh karena itu, kapal ASDP berperan menjembatani pergerakan logistik antara Kupang dengan daerah lain di NTT.
Heri Boli (28), pengusaha jasa ekspedisi di Kupang, mengaku memanfaatkan peluang pelayaran di lintasan Bolok ke Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur. Pulau Adonara berjarak sekitar 128,9 mil laut atau 207,44 kilometer dari Bolok. Untuk mencapai pulau itu, dibutuhkan waktu lebih kurang 14 jam pelayaran.
Sejak Agustus 2020, Heri memulai bisnis ekspedisi dengan menyesuaikan frekuensi pelayaran ke Pulau Adonara, yakni satu kali dalam seminggu. Setiap kali menyeberang dari Kupang, truk ekspedisi miliknya mengangkut hingga 7 ton barang yang didominasi bahan bangunan, seperti granit, keramik, dan besi.
”Ini karena selisi harga bahan bangunan di Kupang dan Adonara itu bisa mencapai Rp 50.000 untuk setiap satuannya. Selain itu, banyak barang bangunan yang belum tersedia di Adonara. Kupang menjadi kota terdekat yang bisa dijangkau berkat adanya pelayanan kapal ASDP,” kata Heri.
Pengusaha muda itu pun berharap jadwal pelayaran dari Bolok ke Adonara bisa ditetapkan secara pasti. Sebab, selama ini, jadwal pelayaran tersebut selalu berubah setiap pekannya. Frekuensi pelayaran juga diharapkan bertambah menjadi dua kali seminggu karena tingginya kebutuhan perjalanan.
Tulang punggung
Manajer Usaha PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Kupang Andri Matte menuturkan, ASDP pertama kali hadir di NTT pada tahun 1986. Kala itu, ASDP hanya mengoperasikan tiga kapal dengan empat lintasan pelayaran, yakni Kupang-Rote, Kupang-Larantuka, Kupang-Ende, dan Kupang-Sabu.
Saat ini, ASDP telah mengoperasikan sembilan kapal di NTT yang melayani 57 lintasan. Frekuensi pelayaran itu bervariasi, mulai dari setiap hari, dua kali dalam sepekan, hingga sehari dalam sepekan. Idealnya, jumlah kapal itu harus ditambah dua kali lipat agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat secara baik.
Pelayaran di lintasan ini untuk mendukung perjalanan wisatawan ke Semau. Ini bentuk dukungan ASDP terhadap pariwisata NTT.
Menurut Andri, jumlah penumpang dan kendaraan yang diangkut kapal-kapal ASDP di NTT relatif tinggi. Pada tahun 2022, kapal ASDP di NTT melakukan 1.691 kali perjalanan dengan mengangkut 134.502 penumpang, 35.120 kendaraan roda dua, dan 13.646 kendaraan roda empat atau lebih.
Sementara itu, pada Januari-Juni 2023, kapal ASDP di provinsi tersebut telah mengangkut 54.431 penumpang, 14.146 kendaraan roda dua, dan 6.056 kendaraan roda empat atau lebih. Adapun perjalanan yang sudah dilakukan sebanyak 747 kali. ”Setelah pandemi Covid-19 dicabut, penumpang bakal meningkat,” ujar Andri.
Pengamat ekonomi Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, Tuti Lawalu, berpendapat, pelayaran ASDP menjadi tulang punggung angkutan logistik di NTT. Sebab, NTT merupakan provinsi bercorak kepulauan yang terdiri atas 22 kabupaten/kota.
Di provinsi tersebut, terdapat 1.192 pulau dengan 42 di antaranya berpenghuni. Sebagian besar pulau berpenghuni itu sudah pernah disinggahi kapal ASDP.
Untuk meningkatkan pelayanan, Tuti berharap ASDP melakukan peremajaan kapal yang sebagian berukuran kecil dan sudah berumur. Dari sembilan kapal yang beroperasi di NTT, kapal terkecil berukuran 176 groston dan terbesar 1.687 gros ton.
”Untuk kapal kecil tidak bisa mengangkut muatan lebih banyak dan berisiko ketika cuaca buruk,” ucapnya.
Di sisi lain, masyarakat dan pelaku usaha juga didorong memanfaatkan angkutan laut untuk kemajuan ekonomi di NTT. Kehadiran kapal ASDP bisa memperlancar arus mobilisasi logistik serta membuka saluran pasar menjadi lebih luas. Apalagi, transportasi laut telah terbukti menjadi kunci pertumbuhan ekonomi di wilayah kepulauan seperti NTT.