Banjir dan Longsor Landa Beberapa Desa di Malang Selatan
Banjir dan longsor melanda beberapa titik di wilayah selatan Kabupaten Malang. Akses Malang-Lumajang juga terputus menyusul longsor dan terputusnya jembatan di perbatasan kedua daerah.
Oleh
DEFRI WERDIONO, DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Hujan sejak Kamis malam hingga Jumat (6-7/7/2023) pagi mengakibatkan banjir dan longsor di beberapa titik di wilayah selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Jalur selatan Malang-Lumajang putus akibat longsor yang kemudian disusul putusnya jembatan di perbatasan kedua daerah itu.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang menyebutkan, banjir, antara lain, melanda Desa Sitiarjo dan Sidoasri di Kecamatan Sumbermanjing Wetan serta Desa Pujiharjo di Kecamatan Tirtoyudho. Sementara longsor terdapat di Desa Lebakharjo, Kecamatan Ampelgading.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang Sadono Irawan mengatakan, nilai kerugian akibat bencana ini belum bisa diketahui. Untuk banjir di Sitiarjo sebenarnya tidak separah tahun lalu.
”Sekarang kondisinya mulai surut. Sementara untuk Sidoasri juga sudah surut, hanya saja karena luapan sungainya besar, jalanan belum bisa dilewati,” katanya, Jumat siang.
Sitiarjo merupakan salah satu desa di kawasan pesisir selatan yang rawan banjir. Seperti peristiwa-peristiwa sebelumnya, banjir di Sitiarjo kali ini diakibatkan oleh luapan air Sungai Panguluran yang membelah desa itu. Hujan dengan intensitas sedang-deras semalaman membuat debit air di hulu sungai meluap.
Dampaknya, air menggenangi jalanan dan masuk ke sejumlah rumah warga di Dusun Krajan Kulon, Krajan Tengah, Krajan Wetan, dan Rowo Terate. Akses jalan dilaporkan tergenang dengan ketinggian 20-150 sentimeter, tergantung kontur tanah.
Terkait air pasang dan gelombang tinggi di Samudra Hindia dalam dua hari terakhir, Sadono mengatakan, kondisi air laut juga ikut memberi andil pada ketinggian banjir. ”Aliran air sungai yang bermuara ke laut menjadi lambat, sedangkan di satu sisi debit sungai di hulu bertambah oleh hujan,” katanya.
Dihubungi secara terpisah, Camat Sumbermanjing Wetan Sujarwo Ady mengatakan, sejauh ini hanya ada dua desa di wilayahnya yang terkena banjir. Hingga Jumat siang, hujan masih turun, tetapi genangan air berangsur surut.
”Sejauh ini tidak ada pengungsian karena sebagian besar air hanya menggenangi jalanan di beberapa dusun, termasuk Rowo Terate yang lokasinya berada di tepi sungai. Harapannya, banjir kali ini tidak seperti tahun lalu,” ucapnya.
Kepala Desa Lebakharjo Sumarno mengatakan, tidak hanya longsor, sebagian wilayahnya yang berada di sisi selatan Gunung Semeru juga terendam banjir. ”Ada 1 rumah tertimpa longsor, 1 rumah tertimpa pohon tumbang, dan 84 rumah terdampak banjir. Untuk lahan pertanian ada sekitar 27 hektar (yang terdampak banjir),” ucapnya.
Sementara itu, Jumat sekitar pukul 14.30, jembatan di perbatasan Malang-Lumajang hanyut tersapu banjir. Kepala Pelaksana BPBD Lumajang Patria Dwi Hastiadi mengatakan, dirinya menerima kabar tersebut dari sukarelawan setempat.
”Barusan saja diinfokan bahwa jembatan di perbatasan Malang-Lumajang hanyut tersapu banjir. Bisa jadi karena banjir dari atas debitnya sangat besar, melewati jembatan, dan membuat jembatan hanyut,” kata Patria.
Sungai di bawah jembatan, menurut Patria, merupakan cabang dari Besuk Bang, yaitu sungai aliran lahar Gunung Semeru. ”Akses kami ke barat tertutup, maka kami sedang upayakan melakukan asesmen di sana. Kami belum bisa ke sana,” katanya.
Cuaca ekstrem
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas 1 Juanda Sidoarjo Taufiq Hermawan, dalam rilis tertulis, mengatakan, saat ini wilayah Jawa Timur sedang mengalami musim kemarau dengan pola angin dominan dari timur dan tenggara.
Namun, adanya gangguan pada atmosfer mengakibatkan peningkatan terjadinya cuaca ekstrem di beberapa wilayah. Analisis dinamika atmosfer terkini menunjukkan aktifnya Madden-Julian Oscillation, gelombang atmosfer ekuatorial Kelvin, dan gelombang atmosfer ekuatorial Rossby.
Hal ini mengakibatkan potensi peningkatan pertumbuhan awan kumulonimbus yang dapat memicu terjadinya cuaca ekstrem, seperti hujan lebat disertai petir dan angin kencang sesaat. Wilayah yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem antara lain Malang, Blitar, Lumajang, Jember, Kediri, Trenggalek, dan Banyuwangi.
Dihubungi secara terpisah, prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Jatim di Malang, Firda Amalia Maslakah, mengatakan, fenomena gangguan atmosfer menyebabkan terjadinya curah hujan dalam beberapa hari terakhir, termasuk di Malang Raya. ”Kemungkinan potensi hujan masih ada sampai beberapa hari ke depan di wilayah Malang Raya,” ucapnya.
Sementara itu, pada Jumat siang, seorang warga dilaporkan hanyut dan belum diketahui nasibnya. Dia adalah Supandri (58), warga Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Bantur. Saat peristiwa terjadi, korban bersama warga tengah menyingkirkan kayu yang tersangkut di jembatan Sungai Bantur. Naas, korban lalu terpeleset dan terbawa arus sungai yang deras. Bantur sendiri tidak terdampak banjir.
”Babinsa (bintara pembina desa) bersama anggota Polsek (Kepolisian Sektor) Bantur dan masyarakat masih berupaya melakukan pencarian dan penyisiran di lokasi dan sepanjang aliran Sungai Bantur,” ujar Kepala Polsek Bantur Ajun Komisaris Slamet Subagyo.