Banjir di Kabupaten Malang, Jawa Timur, telah surut. Namun, intensitas hujan yang masih tinggi membuat tim penanganan bencana masih bersiaga untuk mengantisipasi bencana susulan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Banjir yang melanda beberapa daerah di wilayah selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (18/10/2022), telah surut. Namun, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang bersama pihak terkait masih siaga. Warga di daerah rawan juga diingatkan untuk waspada karena intensitas hujan masih tinggi.
Pantauan Kompas di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, sebagian warga tampak berbenah serta membersihkan rumah dan perabotan yang terendam banjir. Selain itu, sejumlah warga masih berusaha menguras air yang menggenang di pekarangan menggunakan pompa air. Sementara itu, hujan dengan intensitas bervariasi, dari ringan hingga deras, masih turun sepanjang Selasa pagi-siang.
Sitiarjo menjadi salah satu desa yang terdampak banjir cukup parah di Malang akibat meluapnya Sungai Panguluran. Lokasinya yang berada di lembah dekat dengan muara sungai di Samudra Indonesia menjadikan desa itu rawan banjir. Sebelumnya, pada Sabtu (15/10/2022), desa ini juga terendam banjir, tetapi kondisinya tak separah Senin (17/10/2022) kemarin.
”Kemarin air mulai naik sekitar pukul 08.00 dan mencapai puncak pukul 10.00 dan bertahan hingga pukul 13.30 baru air berangsur surut. Ketinggian air banjir di dalam rumah sampai 1,5 meter, di luar rumah lebih dalam lagi, mencapai 2 meteran,” tutur Wiwid (33), salah satu warga Dusun Rowotrate, Desa Sitiarjo.
Berdasarkan data pihak desa, jumlah warga terdampak di Dusun Rowotrate sebanyak 177 keluarga (464 jiwa), Dusun Krajan Wetan 245 keluarga (630 jiwa), Krajan Tengah 89 keluarga (250 jiwa), dan Krajan Kulon 111 keluarga (319 jiwa).
Menurut Wiwid, sejauh ini tidak ada warga yang mengungsi ke luar dusun. Setiap rumah memiliki pogo (loteng) untuk bertahan, termasuk parkir kendaraan. Sementara warga yang tinggal di daerah topografi cukup rendah mengungsi ke rumah tetangga yang lokasinya lebih tinggi.
Terkait pemenuhan kebutuhan pokok, warga terdampak banjir mendapat suplai makanan dari dapur umum. ”Yang dibutuhkan warga saat ini adalah air bersih dan obat-obatan untuk anak. Air bersih kemarin ada, dikirim menggunakan truk tangki namun pagi ini belum,” ujar Wiwid.
Kepala Desa Sitiarjo, Mamik Misniati, mengatakan, petugas tetap siaga untuk mengantisipasi curah hujan yang masih tinggi dalam beberapa hari ke depan. ”Perahu-perahu karet untuk mengevakuasi juga masih ada di sini,” katanya.
Soal kewaspadaan terkait bencana susulan, Mamik mengatakan, pihak desa dan warga bisa memantau sistem peringan dini (early warning system/EWS) melalui telepon selular. Curah hujan dan ketinggian air sungai di daerah hulu termonitor melalui aplikasi ewsjatim.id.
Menurut Mamik, banjir yang terjadi kali ini merupakan siklus 10 tahunan. Dia menyebut, hampir setiap tahun terjadi banjir di desanya, tetapi yang skalanya besar terjadi tahun 2003, 2013, dan 2022. Untuk antisipasi jangka panjang, Mamik berharap ada upaya sudetan terhadap Sungai Panguluran di daerah hulu.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Sadono Irawan membenarkan kondisi banjir sudah surut. Namun, sisa-sisa material banjir masih ada, khususnya di daerah yang mengalami banjir bandang.
BPBD Kabupaten Malang mencatat ada delapan kecamatan terdampak bencana hidrometrologi kali ini, yakni Ampelgading, Tirtoyudo, Dampit, Sumbermanjing Wetan, Gedangan, Bantur, Pagak, dan Donomulyo.
Banjir luapan terjadi di beberapa desa di Kecamatan Bantur (6 keluarga terdampak), Gedangan (210 keluarga), Sumbermanjing Wetan (682 keluarga), Donomulyo (4 keluarga), dan Pagak.
Sementara tanah longsor terjadi di wilayah Kecamatan Ampelgading (18 keluarga terdampak dan 13 ternak tertimbun), Dampit (15 keluarga terdampak jalan longsor), Donomulyo (6 keluarga terdampak), Sumbermajing Wetan, dan Tirtoyudo (20 keluarga terdampak).
Adapun banjir bandang terjadi di Desa Lebakharjo, Kecamatan Ampelgading (723 keluarga terdampak dan 250 hektar sawah terendam), serta Pujiharjo (267 keluarga) dan Purwodadi (11 keluarga) di Kecamatan Tirtoyudo.
BPBD Kabupaten Malang mencatat ada delapan kecamatan terdampak bencana hidrometrologi kali ini, yakni Ampelgading, Tirtoyudo, Dampit, Sumbermanjing Wetan, Gedangan, Bantur, Pagak, dan Donomulyo.
”Hari ini kita sudah buka akses dua desa, Lebakharjo dan Pujiharjo, yang sebelumnya tertutup longsor. Tinggal pembersihan sisa-sisa lumpur banjir bandang di Lebakharjo,” ujar Sadono.
Menurut Sadono, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun, sejumlah fasiltas umum, seperti jembatan antar dusun, teras tempat ibadah, turap saluran irigasi, dan tiang listrik, dilaporkan rusak.
BPBD Kabupaten Malang belum akan menarik personel dari lokasi bencana, termasuk tetap menyiagakan perahu karet dan alat berat guna mengantisipasi perkembangan yang tidak diinginkan. Warga juga diimbau tetap waspada dan siaga.