Dua Cabang Swalayan di Manado Tutup, Indikasi Sektor Ritel Lesu
Sektor ritel dan konsumsi masyarakat di Manado terindikasi menurun seiring dengan penutupan dua gerai ritel besar di ibu kota Sulawesi Utara itu. Kinerja sektor tersebut diprediksi masih akan menurun.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Sektor ritel dan konsumsi masyarakat di Manado terindikasi menurun seiring dengan penutupan dua gerai ritel besar di ibu kota Sulawesi Utara itu. Kinerja sektor ritel diprediksi masih akan terus menurun sekalipun konsumsi rumah tangga mulai membaik.
Sekretaris Dewan Pengurus Daerah Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Sulut Robert Najoan menyebut sektor ritel belum pulih ke level yang sama, seperti sebelum pandemi Covid-19 menyerang. Ia menduga, perubahan perilaku belanja konsumen juga tak betul-betul pulih setelah pandemi.
”Bahkan, tahun 2022 masih lebih bagus daripada selama semester awal 2023 ini. Bisa jadi daya beli menurun, bisa jadi juga masih ada kebiasaan untuk membatasi keluar rumah yang otomatis memengaruhi customer traffic (kunjungan pelanggan),” kata Robert, ketika dihubungi pada Kamis (6/7/2023).
Hal ini secara kasatmata tampak dari penutupan secara permanen dua gerai ritel modern di Manado, yaitu Multimart cabang Jalan Sam Ratulangi serta Transmart cabang Bahu Mall pada 30 Juni 2023. Kedua toko ritel itu berada di bawah besutan PT Trans Retail Indonesia.
Pada Kamis sore, pintu gulung gerai Transmart Bahu Mall telah ditutup rapat, tetapi dari celah ventilasi di pintu dapat terlihat aktivitas penyortiran barang masih berlangsung di dalam. Bahkan, suara musik masih terdengar. Sementara itu, gedung Multimart di Jalan Sam Ratulangi telah dikosongkan.
Kini tersisa sembilan cabang Multimart di Manado dan Tomohon, sementara Transmart tersisa satu saja. Vice President Corporate Communication PT Trans Retail Indonesia Satria Hamid menyebut penutupan dua gerai besar tersebut sebagai strategi untuk mempertahankan keberadaan perusahaan sekaligus mencapai efisiensi.
”Usaha ritel saat ini tidak hanya di Manado yang kondisinya sedang sangat menantang, tetapi juga di kota-kota lain. Kita harus persiapkan (strategi) dengan sebaik mungkin dengan sangat cermat dan tepat,” kata Satria.
Bentuk lain dari strategi tersebut adalah pembukaan gerai Multimart pertama di Weda, Halmahera Tengah, Maluku Utara. Di sana terdapat Indonesia Weda Bay Industrial Park yang merupakan pusat industri dan pertambangan nikel di Pulau Halmahera.
Menurut Satria, langkah ini merupakan kiat-kiat menyesuaikan diri dengan perkembangan sektor ritel yang sangat cepat dan dinamis. ”Kami harus lekas beradaptasi dan membaca peluang pasar. Kita sinkronkan juga dengan melihat potensi lokal daerah. Toko kami di sana diharapkan dapat menjadi magnet ekonomi dan ikon daerah,” kata Satria.
Menurut hasil Survei Penjualan Eceraan Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Sulut, indeks penjualan riil (IPR) di Manado pada April 2023 adalah 205, menurun sebesar 15,67 persen secara tahunan. Kontraksi paling signifikan tampak pada kelompok barang-barang peralayan informasi dan komunikasi sebesar 29,13 persen serta kelompok sandang sebesar negatif 30,72 persen.
Pengeluaran masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga turun dari Rp 18,97 triliun menjadi Rp 17,73 triliun.
Menurut laporan survei KPw BI Sulut pula, IPR sebesar 205 pada April 2023 tumbuh sebesar 6,71 persen secara bulanan. Pendorongnya adalah momentum hari besar keagamaan Idul Fitri 1444 Hijriah.
Sementara itu, selama triwulan I-2023, Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut juga mencatat penurunan konsumsi rumah tangga sebesar 8,44 persen dari triwulan IV-2022. Kepala BPS Sulut Asim Saputra mengatakan, pengeluaran masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga turun dari Rp 18,97 triliun menjadi Rp 17,73 triliun.
Konsumsi rumah tangga ternyata tetap menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan I-2023. Pertumbuhannya mencapai 5,26 persen secara year-on-year (yoy).
”Komponen ini menjadi sumber pertumbuhan sebesar 3,95 persen. Ini terjadi karena terus meningkatnya konsumsi masyarakat setelah pulihnya kegiatan perekonomian pascapandemi Covid-19,” kata Asim.
Namun, berdasarkan rekor IPR, KPw BI Sulut memperkirakan kinerja penjualan eceran pada Mei 2023 akan menurun lagi sebesar 7,94 persen secara tahunan ke angka 193,4. IPR kelompok barang perelengkapan rumah tangga bahkan diperkirakan akan terkontraksi 32,64 persen.
Di tengah situasi ini, Robert Najoan mengatakan, para pengusaha harus cepat merespons keadaan. Pengusaha pun perlu meningkatkan efisiensi dan meningkatkan nilai tambah sembari menjaga harga yang kompetitif.
”Kami juga harus memperkuat kemitraan dengan pemasok serta UMKM. Kami perlu kembali memperkuat core business (aktivitas usaha dasar). Tetapi, pengusaha juga butuh kemudahan atau relaksasi dalam hal regulasi untuk menambal defisit selama 2,5 tahun pandemi,” kata Robert.
Aprindo Sulut, lanjut Robert, berharap pemerintah dapat mempermudah perizinan yang cepat dengan biaya terjangkau. Ia juga berharap pengusaha diberi stimulus berbentuk penangguhan pajak.
”Itu sedikit banyak akan mendorong kembali pertumbuhan sektor ritel sehingga iklim usaha bergairah lagi. Pelaku usaha juga bisa menyerap tenaga kerja sehingga konsumsi rumah tangga meningkat,” katanya.