Kebakaran TPA Sampah di Tegal Picu Asap Tebal Sepekan Terakhir
Kebakaran di Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Penujah, Tegal, Jawa Tengah, memicu asap tebal yang mengganggu aktivitas masyarakat. Meski sudah sepekan terjadi, dampak kebakaran masih dirasakan warga.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·5 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Sepekan terakhir, masyarakat mengeluhkan sesak napas dan mata perih setelah menghirup asap tebal yang timbul akibat kebakaran di tempat pemrosesan akhir sampah di Desa Penujah, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah Sabtu (24/6/2023). Warga berharap ada solusi jangka panjang supaya kejadian yang terus berulang setiap tahun itu bisa dicegah.
Kebakaran di TPAS Penujah terjadi pada Sabtu pukul 12.00. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, kebakaran itu terjadi akibat adanya letupan gas metan dari pojok barat, lebih 500 meter dari Kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah TPAS Penujah. Luasan area yang terbakar diperkirakan 4,91 hektar atau sekitar 85 persen dari total luas TPAS Penujah.
Berdasarkan penghitungan petugas BPBD Kabupaten Tegal, ada 35 titik api yang muncul di TPAS Penujah. Dari jumlah tersebut, sebanyak 21 titik api kecil, sebanyak 5 titik api sedang, dan sebanyak 9 titik api besar.
Pada Jumat (30/6/2023) petang api sudah berhasil dipadamkan. Kendati demikian, asap sisa kebakaran masih menyelimuti lahan pertanian dan permukiman warga di Desa Dermasuci, Kecamatan Pangkah, Tegal. Desa itu tepat berada di selatan TPAS Penujah. Jarak antara TPAS Penujah dan rumah warga yang terdekat sekitar 200 meter.
”Kondisi hari ini sudah lebih baik dibanding dengan tiga hari lalu. Pas itu, asapnya hitam, tebal banget, seperti kalau ada yang bakar ban. Sampai bikin sesak napas. Sejak tadi pagi, asapnya sudah mulai tipis,” kata Jahur (46), warga Desa Dermasuci, Jumat.
Menurut Jahur, sebagian tetangganya, terutama yang memiliki anggota keluarga anak balita dan lansia memilih untuk mengungsi ke tempat kerabatnya di luar Dermasuci. Hal itu dilakukan karena mereka khawatir asap sisa kebakaran mengganggu kesehatan.
Tidak hanya masyarakat yang bermukim di sekitar TPAS Penujah, asap tebal juga mengganggu masyarakat yang berkebun dan melintas di kawasan tersebut. Selain mengeluhkan sesak napas, mereka juga terganggu jarak pandangnya. Jika tak berhati-hati, kondisi ini bisa memicu kecelakaan.
”Jarak pandang hanya sekitar 5 meter, jadi harus berhati-hati pas berkendara. Kalau bisa, pakai kacamata atau kaca helmnya ditutup karena asapnya bikin mata pedih,” ucap Wardi (54), warga Kecamatan Pulosari, Pemalang, yang setiap hari berkebun di sekitar TPAS Penujah tersebut.
Untuk menanggulangi dampak kesehatan yang dikeluhkan warga, pemerintah setempat mendirikan posko kesehatan. Posko kesehatan tersebut siap melayani warga selama 24 jam. Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Tegal bersama pihak-pihak terkait telah menyalurkan bantuan berupa masker medis. ”Kami berharap pemberian bantuan masker jangan hanya sekali, tetapi setiap hari selagi masih ada asap,” ujar Kepala Desa Dermasuci Mulyanto.
Setiap tahun
Kebakaran di TPAS Penujah pada Sabtu siang bukan yang pertama kali terjadi. Mulyanto menyebut, kebakaran di TPAS Penujah terjadi hampir setiap tahun. Kebakaran parah pernah terjadi pada 2013. Kala itu, pemadaman api memerlukan waktu hingga lima hari.
”Kami meminta pihak-pihak terkait untuk menyelidiki ini. Ini sudah beberapa kali terjadi. Pemerintah daerah, dalam hal ini dinas lingkungan hidup, tidak belajar dari kejadian-kejadian kemarin. Kami merasa, pemerintah provinsi dan pusat sudah saatnya ikut ambil bagian biar ke depan tidak terjadi kebakaran seperti ini setiap tahun,” ujar Mulyanto.
Menurut Mulyanto, berkembang desas-desus di masyarakat yang menyebut kebakaran di TPAS Penujah setiap tahun tersebut disengaja. Sebab, sudah bertahun-tahun pemerintah setempat dinilai tidak mampu mengatasi persoalan sampah yang setiap harinya terus menggunung. Tinggi gunungan sampah di TPAS Penujah sebelum kebakaran, diperkirakan Mulyanto, 25 meter.
”Kalau (gunungan sampahnya) dibakar kan jadi kosong, bisa buat menampung sampah dua sampai tiga tahun ke depan. Itu dugaan kami. Makanya, kami meminta pihak-pihak terkait untuk menyelidiki ini, barang kali ada faktor kesengajaannya,” ujar Mulyanto.
Kesulitan air
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Tegal Supriyadi meminta masyarakat bersabar. Upaya pendinginan dan pengurangan asap terus dilakukan oleh tim pemadam kebakaran yang berada di bawah naungan Satpol PP. Kendati demikian, petugas mengalami sejumlah kendala, salah satunya kesulitan mendapat suplai air.
”Jarak antara lokasi kebakaran dan sumber air cukup jauh sehingga waktu yang diperlukan untuk bolak-balik mengisi air itu cukup lama. Kami berharap semoga turun hujan supaya bisa membantu (proses pendinginan dan pengurangan asap),” ucap Supriyadi.
Selain kesulitan mendapatkan sumber air, tim damkar juga tidak berani berada terlalu dekat dengan bekas titik-titik api. Hal itu karena masih ada gas metana yang berisiko menimbulkan letupan sewaktu-waktu.
Risiko lain yang dihadapi petugas damkar adalah sesak napas. Sejumlah petugas disebut sempat mengalami sesak napas karena terlalu lama terpapar asap tebal.
Untuk membantu proses pendinginan dan pengurangan asap, tim damkar Kabupaten Tegal tidak bekerja sendiri. Pihaknya telah meminta bantuan ke kabupaten/kota sekitar untuk menanggulangi kebakaran tersebut. ”Kemarin (kami) sudah dibantu oleh damkar dari wilayah tetangga, seperti Kota Tegal dan Brebes. Permintaan bantuan ke Pemalang dan Pekalongan juga sudah kami ajukan,” imbuhnya.
Sementara itu, Sekretaris BPDB Kabupaten Tegal Danang Wahyu Pribadi menuturkan, Pemerintah Kabupaten Tegal telah menetapkan status tanggap darurat bencana kebakaran TPAS Penujah. Masa tanggap darurat diberlakukan selama dua pekan, mulai dari Selasa (27/6/2023) hingga Selasa (4/7/2023).
”Di masa tanggap darurat ini artinya seluruh komponen harus membantu dalam menangani peristiwa ini. Nanti setelah dua pekan kami evaluasi, perlu perpanjangan atau tidak. Jika tidak, kami akan melanjutkan dengan menyusun kajian,” kata Danang.
Kajian yang akan disusun, menurut Danang, berisi tentang evaluasi dari kebakaran yang terjadi pada tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya. Dari data itu, mereka berharap bisa membuat suatu rencana atau panduan supaya kebakaran di TPAS Penujah tidak berulang di masa yang akan datang.