Status Endemi Jadi Momentum Titik Balik Lomba Lari
Setelah digelar terbatas selama tiga tahun terakhir, Borobudur Marathon 2023 bakal digelar normal seperti sebelum pandemi Covid-19. Jumlah peserta akan ditambah dan pelari dari luar negeri diperbolehkan ikut lomba.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·5 menit baca
Peralihan status dari pandemi Covid-19 menjadi endemi disambut sukacita oleh para pelari. Momentum itu dinilai bisa menjadi salah satu titik balik untuk membuat lomba-lomba lari yang sempat lesu selama pandemi Covid-19 kembali bergairah.
Pada tahun 2020, pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat, seiring dengan penetapan pandemi Covid-19. Kebijakan itu diambil oleh pemerintah untuk melindungi masyarakat dari penularan Covid-19. Sejak saat itu, lomba-lomba lari juga turut dibatasi.
Namun, Borobudur Marathon Powered by Bank Jateng, ajang lomba lari yang digelar atas kerja sama Pemerintah Provinsi Jateng, Bank Jateng, dan harian Kompas, tetap diselenggarakan dengan terbatas dan protokol kesehatan yang ketat. Para peserta menjalani serangkaian tes penapisan Covid-19 hingga dikarantina untuk menekan risiko penularan.
Tahun 2021 dan 2022 peserta Borobudur Marathon sudah mulai ditambah. Kategori lomba juga kian beragam. Kendati demikian, lomba tetap diselenggarakan secara terbatas karena pandemi belum berakhir.
Tahun ini, pemerintah sudah mencabut status pandemi. Kondisi itu diharapkan bisa menjadi momentum titik balik bagi perlombaan lari, seperti Borobudur Marathon. Penyelenggaraan Borobudur Marathon 2023 pada November mendatang diharapkan bisa lebih ramai dan lebih meriah.
”Saya berharap nanti acaranya bisa lebih ramai. Kalau bisa lebih ramai dibandingkan Borobudur Marathon saat sebelum pandemi Covid-19. Saya terakhir kali ikut pada tahun 2019. Setelahnya, saya tidak bisa ikut karena tidak dapat undian,” kata Nasrul Latif (31), pelari asal Kota Semarang, Minggu (25/6/2023).
Pada acara The Tour Semarang yang digelar pada Sabtu (24/6/2023), Nasrul memenangi undian berupa satu slot lomba gratis untuk kategori setengah maraton di Borobudur Marathon 2023. Hal itu sangat disyukuri Nasrul. Nasrul yang mengaku belum pernah mengikuti lomba setengah maraton itu bertekad akan secepatnya berlatih agar bisa mendapatkan hasil terbaik saat Borobudur Marathon.
Harapan agar Borobudur Marathon diselenggarakan lebih meriah juga disampaikan Rio, pelari dari Semarang Runners. Rio berharap tahun ini, jumlah peserta Borobudur Marathon bisa lebih banyak dibandingkan jumlah peserta tahun lalu. Dengan demikian, para pelari yang selama ini belum berkesempatan berlomba di Borobudur Marathon bisa turut serta.
”Semoga acaranya tambah seru dan rutenya makin asyik. Saya juga berharap teman-teman pelari yang belum pernah merasakan berlomba di Borobudur Marathon, tahun ini bisa dapat kesempatan,” ucap Rio.
Menurut Rio, sejumlah komunitas pelari, seperti Semarang Runners, sudah mulai meningkatkan kapasitas latihan para anggotanya. Setiap latihan juga dievaluasi untuk menentukan hal-hal yang perlu ditingkatkan.
”Akhir-akhir ini event-event lari sudah mulai banyak lagi. Setiap bulan rata-rata bisa satu sampai dua event lari. Saat pandemi kemarin, hampir tidak ada event lari. Kalaupun ada, pasti digelar terbatas, bahkan secara virtual,” imbuh Rio.
Rindu
Selama pandemi, Theresia (53), pelari asal Kota Pekalongan, Jateng, tidak bisa mengikuti Borobudur Marathon. Padahal, sebelumnya, pelari yang tergabung dalam komunitas Trail Runner Pekalongan itu rutin mengikuti Borobudur Marathon sejak 2016. Ia berharap tahun ini bisa kembali mengikuti Borobudur Marathon untuk mengobati rindunya akan euforia lomba yang meriah dan keramahan masyarakat di Borobudur.
Pelari lain, Dwi Puji Lestari (30), juga mengaku rindu berlari di Borobudur Marathon. Yang paling dirindukan Dwi adalah teriakan penyemangat dan pertunjukan dari tim penyemangat di sepanjang lintasan. Pelari asal Kota Semarang itu bercerita, beberapa tahun lalu, ia pernah mendapatkan sepucuk surat dari siswa sekolah dasar yang turut dalam tim penyemangat.
”Semangat ya Kak, semoga lancar sampai finis,” ujar Dwi mengutip kembali surat yang pernah ia dapat. Saking berkesannya, surat itu masih disimpan Dwi hingga sekarang.
Tak hanya ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang pernah menjadi peserta, Borobudur Marathon juga dinantikan oleh para pelari yang belum pernah ikut Borobudur Marathon. Mereka ingin bisa ikut Borobudur Marathon 2023 untuk membuktikan testimoni sejumlah orang soal Borobudur Marathon.
”Kata orang-orang, event-nya menarik, jalurnya menantang, terus keramahan warganya luar biasa. Sebagai pelari baru, saya juga kepingin merasakan. Semoga tahun ini dapat undian jadi bisa membuktikan sendiri omongan orang-orang itu,” kata Ivana (39), pelari asal Kudus, Jateng.
Normal
Direktur Bisnis Harian Kompas Lukminto Wibowo mengatakan, tahun ini, Borobudur Marathon bakal kembali digelar secara normal. Jumlah peserta akan lebih banyak dari tahun lalu dan pendaftaran untuk pelari dari luar negeri juga akan dibuka. Hal itu menyusul dicabutnya status pandemi oleh pemerintah.
”Sejauh ini yang daftar sekitar 15.000 orang tapi kita undi dan akan ditetapkan 10.000 peserta. Tempatnya terbatas, kalau banyak-banyak takut kenyamanannya berkurang. Ini kan rata-rata pelari itu mencari catatan waktu terbaik supaya itu bisa tercapai juga. Kalau terlalu padat akan lebih susah,” kata Lukminto.
Sebelum Borobudur Marathon digelar, penyelenggara mengadakan Bank Jateng Friendship Run dan The Tour di sepuluh kota untuk menyambangi para pelari di kota-kota tersebut. Pada Sabtu dan Minggu (24-25/6/2023) The Tour dan Bank Jateng Friendship Run digelar di Kota Semarang. The Tour diikuti oleh masing-masing 150 peserta dan Bank Jateng Friendship Run diikuti 1.000 peserta.
Menurut Lukminto, tahun ini juga akan diselenggarakan Bank Jateng Young Talent. Hal itu sebagai salah satu bentuk kepedulian penyelenggara terhadap regenerasi atlet pada olahraga lari.
Borobudur Marathon juga diharapkan bisa membantu membangkitkan perekonomian masyarakat yang sempat lesu selama pandemi. Sejak beberapa tahun terakhir, penyelenggara memilih puluhan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dari sekitar Borobudur untuk tergabung dalam kelompok Pawone. Pelaku UMKM Pawone ini diajak bekerja sama untuk menyediakan makanan, minuman, dan seni kriya untuk peserta Borobudur Marathon ataupun rangkaian acaranya.
”UMKM ini bukan hanya diajari soal bagaimana menjual produknya, melainkan juga dibimbing untuk meningkatkan kualitas produknya. Yang kami lakukan adalah meningkatkan atau menyempurnakan agar event-event semacam ini bisa mengangkat perekonomian daerah, khusus pelaku UMKM,” ucap Direktur Utama Bank Jateng Suprayitno.