Jateng Tawarkan 21 Proyek Investasi Bernilai Rp 100 Triliun
Realisasi investasi terus digenjot oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Tahun ini, realisasi investasi ditargetkan bisa mencapai Rp 100 triliun melalui Central Java Investment Business Forum 2023.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Jawa Tengah bakal menawarkan sebanyak 21 proyek investasi kepada para calon investor dalam Central Java Investment Business Forum 2023. Jika berhasil, nilai investasi yang akan didapatkan dari proyek-proyek tersebut mencapai Rp 100 triliun. Para investor diharapkan bisa mengomunikasikan hal-hal yang menghambat proses penanaman modal yang mereka lakukan.
Sebanyak 21 proyek investasi yang ditawarkan terbagi dalam empat sektor, yakni infrastruktur dan energi, manufaktur, agrokultur, serta pariwisata. Dari jumlah tersebut, sebanyak sembilan proyek berasal dari sektor infrastruktur dan energi, sebanyak delapan proyek dari sektor manufaktur, sejumlah dua proyek investasi di sektor agrokultur, dan dua proyek investasi di sektor pariwisata.
Berdasarkan penghitungan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng, nilai investasi dari proyek-proyek itu mencapai Rp 100 triliun. Berbagai upaya akan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jateng untuk menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya dalam proyek-proyek tersebut.
”Tentu saja (para investor akan) kami tarik dengan fasilitas perizinan yang benar-benar bagus. Begitu mereka sudah berminat, jangan sampai mereka mundur karena pelayanan kita jelek. Kewajiban kami melayani mereka. Ini juga sebagai bagian dari kewajiban pemerintah untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Jateng,” kata Sekretaris Daerah Jateng Sumarno di sela-sela acara Road to Central Java Investment Business Forum 2023 di Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (22/6/2023).
Selain memberikan fasilitas perizinan yang mudah, Pemprov Jateng juga bakal mempromosikan potensi-potensi daerahnya, seperti lokasi yang strategis, daerah yang kondusif, dan tenaga kerja yang kompetitif. Promosi itu salah satunya dilakukan melalui acara Road to Central Java Investment Business Forum 2023. Dalam acara itu, calon investor akan mendapatkan kesempatan mengikuti one on one meeting untuk mendetailkan informasi terkait dengan proyek investasi yang ditawarkan Pemprov Jateng.
”Dalam forum ini pemerintah juga memfasilitasi para investor untuk menyampaikan kebutuhan mereka supaya nyaman berinvestasi di Jateng. Apa yang masih kurang bisa disampaikan di forum ini supaya kami bisa menindaklanjuti. Kalau ada keluhan yang menghambat investasi, apalagi terkait dengan biaya-biaya yang tidak seharusnya, tolong disampaikan kepada kami,” ujar Sumarno.
Kepala DPMPTSP Jateng Sakina Rosellasari berharap, realisasi investasi di wilayahnya tahun ini bisa terus meningkat seiring dengan adanya Central Java Investment Business Forum 2023. Dari pelaksanaan pada tahun-tahun sebelumnya, acara tersebut berhasil menggaet hingga 25 persen dari total investasi yang ditawarkan.
Sakina optimistis, realisasi investasi pada tahun ini bisa lebih banyak dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal itu karena perekonomian Indonesia sudah mulai pulih. Menurut Sakina, realisasi investasi di Jateng yang selama dua tahun merosot karena pandemi Covid-19 mulai bangkit tahun lalu. Realisasi investasi sepanjang 2022 mencapai Rp 58,89 triliun. Jumlah itu hampir menyamai realisasi investasi sebelum pandemi pada tahun 2019, yakni Rp 59,5 triliun.
”Artinya, pelaku usaha sudah mulai investasi, ekonomi sudah bergerak, kemudian juga berbagai sektor perdagangan dan industri sudah mulai berjalan dengan baik. Kami berharap pada tahun 2023 ini antusiasme dari calon investor lebih tinggi, jadi realisasi investasi di Jateng juga bisa lebih banyak. Apalagi, tahun ini juga ada beberapa relokasi industri dari berberapa daerah,” ujar Sakina.
Adapun realisasi investasi di Jateng sampai dengan kuartal pertama 2023 sebesar Rp 12,79 triliun. Investasi itu berasal dari dalam dan luar negeri, antara lain Hongkong, Korea Selatan, Luksemburg, Singapura, dan China. Investasi itu mayoritas berasal dari sektor manufaktur, kulit dan alas kaki, transportasi, serta industri karet dan plastik.
Dalam sepuluh tahun terakhir, investor dari beberapa negara konsisten menanamkan modalnya di Jateng. Negara-negara itu ialah Jepang, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Hongkong, China, Taiwan, Swiss, dan Amerika Serikat. Hal itu karena Pemprov Jateng juga rajin meminta bantuan kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia di sejumlah negara untuk turut mempromosikan Jateng.
Padat karya
Sejumlah investor menilai, berinvestasi di Jateng membawa keuntungan tersendiri. Sebagai daerah dengan jumlah populasi penduduk usia produktif sebanyak 19,4 juta, Jateng bisa memenuhi kebutuhan investor terhadap tenaga kerja. Kondisi itu cocok untuk jenis investasi yang padat karya.
”Jateng itu salah satu pilihan yang tepat untuk industri padat karya. Jadi, pengusaha dari Taiwan banyak yang bermigrasi kemari dan banyak juga yang menambah investasi, terutama industri alas kaki, tekstil, dan garmen yang notabene padat karya,” ucap Sekretaris Jenderal Taiwan Business Club Jateng Eka Candra.
Eka menambahkan, industri seperti alas kaki, garmen, dan tekstil berpotensi membawa belasan pabrik satelit untuk mendukung operasionalnya di suatu daerah. Hal ini bisa menjadi peluang bagi Jateng untuk meraup potensi ekonomi yang lebih tinggi. Kendati demikian, kondisi itu juga sekaligus menghadirkan tantangan bagi Pemprov Jateng.
Jateng itu salah satu pilihan yang tepat untuk industri padat karya.
”Menurut saya, Pemprov Jateng dan pihak-pihak terkait harus siap memfasilitasi, tidak hanya industri yang datang, tetapi juga industri lain yang mengekor. Misalnya, jika di tahun-tahun pertama persiapan infrastruktur pabrik utama sudah diselesaikan, di tahun kelima, minimal fasilitas untuk pabrik-pabrik industri satelitnya itu juga disiapkan, seperti listriknya, airnya, hingga instalasi pengolahan air limbahnya,” ucap Eka.