Hari ketiga Festari 2023 berakhir di Taman Budaya Jambi dalam sukacita. Semangat kolaborasi seniman akan terus dihidupkan sebagai perjuangan melestarikan seni tradisi.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
Tari topeng menutup Festari 2023 di Taman Budaya Jambi, Selasa (20/6/2023) malam. Bersama itu pula, Sari tampak berbinar-binar. Baru kali ini ia merasa bahagia dan menikmati suguhan seni tari di atas pangung.
”Biasanya sulit memahami makna-makna di balik gerakan, tetapi baru kali ini saya bahagia dan menikmati,” katanya, di malam penutupan itu.
Tari topeng sebenarnya telah kerap dipertunjukkan dalam versi-versi tarian yang berbeda. Rutin pula pada hari raya Lebaran, tari itu dibawakan dari kampung ke kampung di wilayah asalnya di Muaro Jambi. Namun, lewat kolaborasi dua koreografer, tari topeng lahir baru. Perpaduan musik dan tari dalam alur cerita pilu membalut penonton pada suasana dramatis.
”Saya jadi ikut merasakan penderitaan orang yang kena kusta,” ujarnya.
Tari topeng hasil kolaborasi seniman tari asal Muaro Jambi, Mugi, dan Rizky dari Lampung, mengangkat kisah para penderita kusta yang mengucilkan diri ke hutan. Pada masa Lebaran, ada kerinduan ingin pulang untuk berkumpul, tetapi malu jika dicerca karena penyakitnya. Ia pun pulang dengan mengenakan topeng yang menutupi wajah.
Dengan latar budaya yang berbeda, keduanya mengakui ada tantangan berat bagi para seniman menghasilkan satu karya bersama. Apalagi keduanya baru bertemu. Hanya ada waktu sepekan untuk mendapatkan ide hingga mengelaborasikannya ke dalam tarian.
Tak hanya Mugi dan Rizky, enam seniman lainnya ikut berkolaborasi. Mereka saling berpasangan. Seniman lainnya, Wulan dari pesisir timur Jambi, berkolaborasi dengan Abib, penari asal Kalimantan Barat. Hasil diskusi keduanya juga melahirkan karya tari yang tak kalah memukau.
Wulan dan Abib mengangkat kisah manusia dan sungainya ke dalam olah gerak. Perpaduan ketiga penari yang diiringi dentingan khas dari pulau Borneo menyiratkan gerakan sungai. Ada pesan pertemuan dan perpisahan serta arus dan gelombang.
Wulan pun mengakui tantangan kolaborasi pada seniman yang juga baru dikenalnya. Namun, bermodalkan kesamaan latar budaya masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai, ide bermunculan begitu derasnya.
Festari 2023 digelar dengan semangat melestarikan seni tradisi lewat jalan kolaborasi seniman. Hal tersebut dikatakan Direktur Festival Jambi Festari Putra Agung. ”Acara ini lahir dari hasil kerja-kerja kolaboratif,” katanya.
Mulai dari konsep hingga penyelenggarannya, kolaborasi terjalin antara Dian Arza Arts Laboratory (DAAL), Yayasan Seni Tari Indonesia (YSTI), Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Taman Budaya Jambi dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jambi. Semangat besarnya adalah untuk mengangkat kembali tradisi, adat, dan seni budaya Jambi agar jangan terus luntur. Nilai-nilai luhur di dalamnya layak untuk diwariskan dari generasi ke generasi.
Pendiri DAAL, Dian Anggraini, menceritakan ihwal kegundahannya. Ia ingin sekali menyalakan semangat itu dalam laboratorium seni yang diampunya. Kegundahan itu ia curahkan kepada Hartati, mastero seni tradisi. Dari diskusi itulah, semangat kolaborasi lahir.
Ketika program dimulai April lalu, seniman-seniman Jambi digandengkan berkolaborasi dengan seniman dari Jakarta, Lampung, hingga Kalimantan Barat. Selama masa itu, mereka juga diasupi beragam ilmu, mengenai konsepsi, dramaturgi, koreografi, musik, dan akuistik. Mereka lalu diberi keleluasaan melahirkan karya. Setidaknya ada 14 penari lokal dilibatkan dalam puncak Festari 2023.
Para koreografer bekerja sama menyajikan pertunjukan berlatar tradisi, seni budaya lokal. Karya kolaboratif ini memberi warna, baik dalam olahan maupun eksperimen seni yang estetik-artistik tanpa kehilangan roh adiluhung tradisi.
Kepala Taman Budaya Jambi Eri Argawan berharap agar melalui program ini, tradisi dan seni budaya Jambi dapat terus terangkat. Menjadi ruang aktif edukasi dan diskusi karya yang berbasis pelestarian dan revitalisasi tradisi. Sekaligus menjadi bagian penciptaan karya seni sekaligus peningkatan kualitas kekaryaan para pekerja seni pertunjukan.