Deklarasi Istana Gebang untuk Jaga Tapak Bung Karno
Sejumlah daerah membentuk Jaringan Kota Kabupaten Tapak Sejarah Bung Karno atau Jaket Bung Karno. Mereka mendeklarasikan untuk menjaga situs tapak sejarah perjuangan Bung Karno.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·5 menit baca
BLITAR, KOMPAS — Sebanyak 22 kota/kabupaten di Indonesia menyatakan komitmen untuk terus merawat situs tapak sejarah perjuangan Proklamator Ir Soekarno. Komitmen itu mereka torehkan dalam Deklarasi Istana Gebang yang dibacakan, Selasa (20/6/2023) sore, di rumah orangtua Bung Karno, Istana Gebang, Kota Blitar, Jawa Timur.
Deklarasi itu dihadiri 15 delegasi dari 22 anggota kabupaten/kota yang menjadi anggota Jaringan Kota Kabupaten Tapak Sejarah Bung Karno (Jaket Bung Karno). Dari 15 delegasi itu, sejumlah kepala daerah datang, antara lain Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana, Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa, Wali Kota Bukittinggi Erman Safar, dan Wali Kota Blitar Santoso. Acara tersebut dihadiri pula Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi bersama jajaran,
Delegasi daerah yang hadir, antara lain, dari Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur; Kabupaten Jombang, Kota Mojokerto, Kabupaten Sidoarjo, Kediri, Blitar, dan Tulungangung, Jawa Timur; Kota Bogor, Jawa Barat; Kota Padang, Sumatera Barat; dan Kota Bengkulu, Bengkulu.
Jaket Bung Karno sendiri diinisiasi oleh Kota Blitar, bersamaan dengan momentum peringatan Bulan Bung Karno dan Haul Ke-53 Bung Karno.
Pembacaan deklarasi yang berisi lima poin itu dipimpin oleh Eri Cahyadi. Pertama, melaksanakan inventarisasi dan menggali semua situs terkait tapak sejarah Bung Karno sejak lahir sampai proklamasi kemerdekaan di wilayah masing-masing. Menetapkan secara hukum situs terkait dengan tapak sejarah Bung Karno dalam rangka melindungi dari kerusakan dan perusakan.
Kedua, memperkuat lembaga dan sumber daya manusia yang bertugas memelihara dan melestarikan tapak sejarah Bung Karno. Ketiga, mengembangkan kerja sama dengan masyarakat, lembaga terkait, dan dunia usaha untuk memperkuat upaya pelestarian situs tapak Bung Karno.
Keempat, mengembangkan pengelolaan dan pemanfaatan situs tapak sejarah Bung Karno menjadi bagian dari pendidikan karakter dan menyosialisasikan kepada seluruh masyarakat. Kelima, mengembangkan kerja sama dengan kota/kabupaten anggota Jaket Bung Karno dalam pembinaan dan mengimplementasikan gagasan trisakti Bung Karno dengan kegiatan yang relevan.
Menurut Eri, wadah yang baru dibentuk ini menjadi penyemangat dan pengingat bagaimana dulu Bung Karno ikut merebut perjuangan Indonesia sehingga bisa diteladani warga bangsa. Melalui deklarasi ini, seluruh anggota Jaket Bung Karno akan membuat kegiatan-kegiatan untuk terus menghidupi jejak perjuangan yang dilakukan Sang Proklamator.
”Bentuk kerja samanya nanti bagaimana situs-situs di tempat kami, di tiap-tiap wilayah itu akan dilakukan sebuah kegiatan, bagaimana selalu menjalankan ideologi-ideologi Bung Karno yang akan di masukkan dalam kegiatan yang ada di tiap-tiap wilayah,” ujar Eri.
Wali Kota Blitar Santoso berharap deklarasi yang telah dibacakan bisa benar-benar diimplementasikan di wilayah masing-masing. Ini merupakan titik awal untuk menjalin sinergitas daerah yang memiliki tapak sejarah Bung Karno sejak dia kecil sampai masa meninggal.
”Ini nanti program kerja yang sudah disusun oleh pengurus, dua tahun sekali kami akan melakukan silaturahmi ke beberapa daerah yang tergabung dalam Jaket Bung Karno,” katanya.
Dari 22 anggota, lanjut Santoso, tidak menutup kemungkinan akan berkembang daerah lain yang mempunyai ikatan sejarah. Pihaknya membuka pintu selebar mungkin kepada daerah lain yang memiliki tapak sejarah ”Putra Sang Fajar” dalam rangka membangun kebersamaan dan kegotongroyongan.
Sementara itu, dalam sambutannya, Yudian Wahyudi mengatakan, Presiden pertama RI itu berpesan agar rakyat Indonesia tidak melupakan sejarah. Sebab, dengan sejarah, rakyat bisa melihat beratnya perjuangan pahlawan dan pendiri bangsa. ”Bung Karno secara fisik telah wafat, tetapi jasa Bung Karno akan terus hidup sampai kiamat,” ucapnya.
Berkat jasa pahlawan, lanjut Yudian, rakyat sekarang bisa menikmati negara yang berdaulat dan merdeka, dengan mengamalkan nilai Pancasila dalam kehidupan, mulai dari diri sendiri, keluarga, bermasyarakat, hingga berbangsa dan bernegara.
Ajaran Trisakti
Sebelum deklarasi, lebih dulu diselenggarakan Sarasehan dengan tema ”Reaktualisasi Trisakti Bung Karno Perkokoh Jati Diri Bangsa” yang berlangsung di Balai Kota Kusumowicitro, Selasa pagi. Melalui sarasehan, Santoso berharap setiap anggota bisa mengimplementasikan penafsiran terhadap ajaran Trisakti Bung Karno: berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.
”Tentunya tiap-tiap daerah punya interpretasi dalam menafsirkan Trisakti yang disampaikan Bung Karno. Melalui sarasehan ini, kami berharap tiap-tiap daerah bisa mengimplementasikan ajaran Trisakti sesuai karakter daerah masing-masing,” katanya.
Santoso juga berharap ada tiga komitmen yang dilakukan oleh anggota. Komitmen itu ialah meneruskan ajaran Bung Karno, merawat dan mengamalkan situs sejarah Bung Karno, dan bersama-sama melaksanakan kerja sama antardaerah yang tergabung dalam Jaket Bung Karno.
Staf Khusus Menteri Dalam Negeri Bidang Pemerintahan Muchlis Hamdy, di depan peserta sarasehan, mengatakan, sudah 78 tahun Indonesia merdeka dan banyak kemajuan telah dicapai. Apa yang dinikmati hari ini tidak bisa dipisahkan dari apa yang dilakukan oleh Bung Karno.
Menurut Muchlis, ada satu nama yang istimewa dalam sejarah perjuangan bangsa, yakni Soekarno. Dalam perjalanan hidup dan pergerakan kemerdekaan, Bung Karno telah banyak memberikan pelajaran tentang gigihnya perjuangan dan kebanggaan yang harus ditumbuhkan. Semua itu dilakukan demi bangsa.
”Bangsa mesti kita bangun, kita pupuk, kita rawat. Bung Karno menegaskan itu semua. Kalau hari ini kita bicara soal Jaket Bung Karno, dia tidak hanya sebuah nama, tidak hanya sebuah istilah, tetapi komitmen kita untuk menegaskan bahwa cita-cita kita untuk bersatu, berdaulat, adil, dan makmur tetap terpelihara,” katanya.
Apa yang dirasakan saat ini merupakan sambungan dari hari kemarin untuk menuju masa depan. Dengan mengukir jaket Bung Karno, cita-cita sang proklamator diharapkan akan berkembang dari generasi ke generasi.
”Sederhana sepertinya sebuah seremoni belaka. Tetapi, andaikata ini terjaga, inilah bagian dari warisan yang akan dibaca di kemudian hari,” ucap Muchlis.